Sabtu, 07 Desember 2024

Cochar : Briket Kulit Kakao dan Zeolit Sebagai Sumber Energi Zero Emission di Provinsi Lampung Dengan Terintegrasi Internet of Things (IoT) Dalam Upaya Mewujudkan SDGs 2030

Pendahuluan

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah komitmen masyarakat dunia untuk mencapai tujuan berkelanjutan dalam menghadapi berbagai ancaman dan tantangan negara-negara di dunia. Orientasi tersebut mengacu kepada 17 tujuan dalam kerangka SDGs yang telah diadaptasi oleh negara anggota PBB hingga tahun 2030 (Saputri dkk., 2021). Salah satu tujuan SDGs yang ke-13 yaitu penanganan perubahan iklim. Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai kondisi suhu dan pola cuaca dalam jangka waktu tertentu. Perubahan iklim menjadi salah satu tantangan negara-negara di dunia tanpa terkecuali Indonesia. Berdasarkan data analisis BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, 2024) pada bulan September 2024 tercatat suhu udara rata-rata sebesar 27,4 C. Hal ini tergolong meningkat jika dibandingkan dengan normal suhu udara pada periode tahun 1991-2020 yaitu 26,56 C.

Peningkatan suhu udara (pemanasan global) diperkiran karena aktivitas manusia terutama dalam penggunaan bahan bakar fosil sehingga emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer mengalami peningkatan. Konsumsi bahan bakar fosil akan meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang secara global 72% berasal dari emisi CO2, 18 % berasal dari emisi CH4, 9% berasal dari emisi N2O, dan 1% berasal dari emisi gas lainnya (Susan dkk., 2023). Emisi di Indonesia telah meningkat secara signifikan sejak tahun 1990 yaitu mencapai angka 581 MtCO2 pada tahun 2019. Terdapat beberapa sektor yang berkontribusi sebagai penyumbang emisi CO2 antara lain, sektor industri 37%, transportasi 27%, dan pembangkit listrik dan panas 27%. Berdasarkan data laporan CO2 di Asia Tenggara, Indonesia memiliki jumlah angka paling tinggi dibandingkan dengan negara lainnya dalam interval tahun 2015-2019.

Masalah yang dihadapi saat ini yaitu timbul akibat tingginya angka gas emisi CO2 sehingga terjadi pemanasan global. Upaya pemerintah dalam mengatasi jumlah CO2 yang tinggi salah satunya dengan menggunakan sumber energi rendah emisi (Gamatara dan Kusumawardani., 2024). Sumber daya rendah emisi mengacu pada energi yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang lebih sedikit dibandingkan dengan sumber energi lainnya seperti fosil. Penggunaan sumber daya yang rendah emisi tentunya sangat penting sebagai upaya mitigasi perubahan iklim dan transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan (Pahlevi dkk., 2024). Terdapat beberapa alternatif sumber energi yang dapat dikembangkan salah satunya berupa briket. Briket adalah bahan bakar dalam bentuk padat yang terbuat dari limbah organik (Mutiara dkk., 2024). Limbah organik umumnya merupakan limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu limbah organik yang belum termanfaatkan secara optimal yaitu adalah kulit buah kakao. Buah kakao terdiri dari ± 74% kulit buah, 2% plasenta, dan 24% biji (Mutiara dkk., 2024). Pada tahun 2022 produksi buah kakao di Provinsi Lampung mencapai 53.991 ton (Badan Pusat Statistika, 2022). Angka produksi buah kakao yang cukup tinggi ini tentunya dapat menjadi peluang potensi untuk pengembangan briket yang berasal dari kulit kakao. Selain itu juga, dengan persentase kulit buah kakao sebesar 74% maka apabila kulit buah ini dibuang di sekitar kebun akan menjadi masalah lingkungan (Barus dkk., 2022).

Zeolit merupakan polimer anorganik yang tersusun dari unit berulang terkecil berupa tetrahedra SiO4 dan AlO4. Zeolit alam menjadi senyawa alumina silikat terhidrasi yang secara fisik dan kimia mempunyai kemampuan sebagai penyerap (adsorpsi), penukar kation dan sebagai katalis. Dalam implementasinya zeolit sudah banyak digunakan sebagai adsorben CO2 maupun zat lainnya. Komponen zeolit mampu menyerap CO2 mencapai 75,5% bergantung pada ukuran partikel dan laju aliran CO2 (Utami, 2017). Berdasarkan pemaparan masalah dan potensi TON/TAHUN Jumlah Produksi Kakao kulit buah kakao serta zeolit sebagai upaya menurunkan gas emisi CO2, penulis menarik solusi yang dapat diterapkan yakni pembuatan cochar berupa briket dari kulit kakao dan zeolit sebagai sumber energi rendah emisi. Skema cochar ini terintegrasi dengan dengan IoT (Internet of Things) untuk meningkatkan efisiensi dan monitoring dalam penggunaan cochar. Melalui solusi ini, akan membantu dalam mengembangkan Provinsi Lampung dalam pengolahan produk inovasi berkelanjutan dan tentunya sebagai upaya dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) tahun 2030.

Pembahasan 

Cochar merupakan inovasi briket yang terbuat dari kulit buah kakao dan zeolit sebagai upaya menurunkan emisi gas CO2. Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai briket menjadi salah satu optimalisasi limbah kulit buah kakao supaya tidak menumpuk di lahan dan mengganggu lingkungan. Proses ini diawali dengan pengumpulan kulit kakao, diikuti oleh tahap pengeringan, karbonisasi, penggerusan, dan pengayakan (Saputra dkk., 2023). Tahap pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kulit kakao, yang dilakukan dengan oven pada suhu 120°C selama 4 jam. Selanjutnya, proses karbonisasi berlangsung dalam furnace pada suhu 400°C selama 1 jam. Kemudian, kulit kakao yang telah dikarbonisasi digerus menggunakan mortar dan disaring dengan ayakan 40 mesh untuk memperoleh arang halus (Virgiwan, 2022).

etelah arang halus berhasil diproduksi, langkah berikutnya yaitu menggabungkan dengan zeolit dan perekat. Namun, zeolit terlebih dahulu diaktivasi. Aktivasi zeolit dilakukan dengan mencampurkan H2SO4 sebanyak 25% dan dilanjutkan proses kalsinasi pada suhu 500 C selama 4 jam menggunakan furnace (Utami, 2017). Zeolit berukuran 60 mesh dipilih karena memiliki efektivitas penyerapan CO₂ yang cukup tinggi, mencapai 75,5% (Utami, 2017). Zeolit yang telah diaktifkan dicampur dengan arang halus dan bahan perekat berupa tepung tapioka sebesar 20% dari berat kulit kakao. Tepung tapioka dilarutkan dalam 50 ml air, lalu dipanaskan hingga membentuk lem perekat. Selanjutnya, lem perekat dicampurkan dengan arang kulit kakao, dan adonan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan briket berbentuk kubus berukuran 5 cm. Briket yang telah dicetak kemudian dikeringkan dalam oven selama dua hari, dengan pemanasan empat jam per hari pada suhu 120ºC agar kadar air briket rendah, sehingga lebih tahan lama dan tidak mudah padam saat digunakan (Saputra dkk., 2023). Dengan demikian, produk akhir berupa cochar siap digunakan sebagai sumber energi.

Briket kulit buah kakao (cochar) memiliki nilai kalor sebesar 5.273 kal/g dan kadar air sebesar 2,98% (Saputra dkk., 2023). Pembuatan cochar dikombinasikan dengan bahan zeolit untuk meningkatkan densitas briket, menyerap kelembaban sehingga menjaga briket dalam penyimpanan, dan menurunkan gas emisi CO2 yang dihasilkan oleh cochar (Badri dan Bahri, 2024).

Cochar sebagai briket menjadi salah satu supply bahan bakar energi rumah tangga maupun industri yang dapat dikembangkan secara luas. Penggunaan Cochar sebagai briket dapat menggantikan penggunaan bahan bakar kayu, sisa gergajian, ataupun bahan bakar yang berasal dari fosil yang lebih efisien dan rendah emisi. Penggunaan bahan bakar fosil secara terus menerus tentunya akan berdampak buruk bagi lingkungan terutama produksi emisi gas CO2 yang tinggi sehingga dapat berpengaruh terhadap perubahan iklim. Selain itu juga cochar dalam proses pembakarannya lebih efisien karena minim menghasilkan asap dan jelaga, sehingga mengurangi polusi udara.

Integrasi IoT (Internet of Things) dalam pengembangan inovasi cochar ini perlu diterapkan. Hal ini bertujuan agar proses monitoring dapat berjalan dengan lebih optimal dan meningkatkan efisiensi inovasi. Penggunaan IoT (Internet of Things) ini dirancang untuk mendeteksi jumlah CO2 yang dihasilkan oleh cochar dan langsung terhubung degan perangkat digital melalui aplikasi yaitu My Cochar.

enjelasan skema kerja Cochar terintegrasi IoT (Internet of Things) yaitu dimulai dengan udara akan mengenai sensor MQ-2. Sensor MQ-2 ini nantinya akan mendeteksi gas CO2 dari hasil pembakaran (Amsar dkk., 2020). Hasil baca sensor selanjutnya akan dihantarkan ke mikrokontroler untuk diproses. Mikrokontroler yang digunakan yaitu jenis mikrokontroler PIC16F877 untuk mengoptimalisasi pengolahan data dari hasil baca sensor (Pelawi dan Yulianto., 2023). Selanjutnya, hasil proses data pada mikrokontroler akan masuk ke server untuk diolah dan diberikan respon. Apabila emisi gas CO2 lebih dari 1000 ppm (Awal, 2019), maka akan langsung muncul peringatan melalui notifikasi pada aplikasi My Cochar dan ditampilkan juga hasil baca data gas CO2 melalui fitur yang ada pada aplikasi My Cochar.

Strategi Implementasi yang dapat dilakukan terkait inovasi cochar dengan terintegrasi IoT (Internet of Things) ini yaitu sebagai berikut: 

  1. Sosialisasi; Sosialisasi dilakukan sebagai langkah awal untuk pengenalan dan edukasi proses pembuatan cochar serta penggunaan aplikasi dengan melibatkan perangkat desa untuk mempermudah dalam mengumpulkan masyarakat. 
  2. Uji Coba; Praktik secara langsung pembuatan cochar dan sistem IoT (Internet of  Things) yang terhubung dengan aplikasi My Cochar. 
  3. Implementasi dan Monitoring; Produksi dan penggunaan cochar secara masal serta launching aplikasi sebagai monitoring produk cochar. Melalui strategi implementasi diatasi diharapkan inovasi cochar yang terintegrasi IoT (Internet of  Things) dan terhubung dengan aplikasi My Cochar mampu menjadi produk diversifikasi kulit buah kakao yang bernilai ekonomis dan berkelanjutan serta sebagai optimasi sumber daya yang ada di Provinsi Lampung.

Penutup 

Penanganan perubahan iklim merupakan salah satu tujuan utama Sustainable Development Goals (SDGs). Dampak perubahan iklim dapat berupa pemanasan global dengan suhu udara yang ekstrim. Perubahan iklim disebabkan salah satunya oleh gas rumah kaca (GRK) terutama emisi CO2 baik dari industri maupun rumah tangga. Di sisi lain, Indonesia juga menghadapi masalah limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama di Provinsi Lampung yaitu berupa kulit buah kakao. Dampak penumpukan kulit buah kakao di lahan tentunya akan menghambat pertumbuhan tanaman kakao dan merusak lingkungan. Dalam upaya mengatasi kedua masalah tersebut, kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai briket dengan penambahan zeolit untuk optimasi menurunkan emisi CO2 pada bahan bakar briket cochar. Inovasi cochar juga diintegrasikan dengan sistem IoT (Internet of  Things) sebagai upaya meningkatkan efisiensi dalam kegiatan monitoring cochar. Solusi ini tentunya dapat memberikan manfaat dalam pencegahan bencana pemanasan global dan secara tidak langsung mendukung terwujudnya SDGs 2030.

____

Ditulis Oleh:

  1. Muhammad Agung Saputra (2114231008/2021) 
  2. Reni Widi Astuti (2114231045/2021)


KONTRIBUSI KEPADA INDONESIA

Sejak kecil, saya selalu yakin bahwa kesempatan tidak datang begitu saja. Kesempatan harus dijemput dengan langkah yang berani dan hati yang siap. Saya berani mengambil kesempatan tersebut dengan segenap kesiapan hati untuk menjadi delegasi 100% Fully-Funded Leadership Trip to Japan di SejutaCita Future Leaders Chapter 7: Japan. 

Saya, Putri Suspita Dewi, lahir di Lampung 20 Februari 2004 usia 20 tahun. Anak perempuan pertama dari tiga bersaudara. Saya seorang muslimah yang masih berprogres untuk menjadi insan yang baik dan benar di dunia maupun akhirat. Sejak kecil tinggal dengan nenek dan paman sementara orangtua merantau ke Palembang. “Nak, jadi anak sholehah, cerdas, dan berakhlak mulia ya” pesan ayah atau ibu di HP jadul paman dan otomatis semangat juang hidup saya semakin membara ditengah keterbatasan ekonomi. Alhasil sejak SD sampai SMA saya selalu masuk 3 besar ranking dikelas, dan sudah menjadi guru bimbel les Bahasa Inggris dan Komputer di Brain Communication Lampung serta menjadi lulusan terbaik dan termuda disana. 

Setelah lulus SMA, tantangan hidup semakin terasa dan tentu saya akan terus berusaha karna yakin Allah menjadi backingan saya semua akan berhasil. Saya gagal di SNMPTN dan berhasil di SBMPTN S1 Pendidikan Sejarah UNILA. Saya sekarang awardee Bright Scholarsip Lampung dan langsung menjadi leader. Hari-hari saya sebagai mahasiwa, mengabdi pada masyarakat, dan berprestasi akademik serta non-akademik tingkat nasional maupun internasional berhasil menjadi Mapres Pendidikan Sejarah UNILA 2023. Setiap hari saya terus mengupdate versi terbaik saya seperti cleanfood (kesehatan fisik), skill, dan spiritual. Saya sekarang pun menjadi National Ambassador di Indonesia National Job-Expo 2024. Sebelumnya saya diterima sebagai top 100 delegasi Leadership Jepang di Global Goals Youth, tapi saya gagal karena event tersebut self funded. Meski demikian, saya yakin akan berhasil menjadi delegasi 100% Fully-Funded Leadership Trip to Japan di SejutaCita Future Leaders Chapter 7: Japan dibulan Juni! Bismillah!

Ditulis Oleh:

Putri Suspita Dewi

Histopedia (Local History Explorer): Media Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Dalam Melestarikan Budaya Lampung

Tujuan Rancangan Media 

Tujuan dari pembuatan media ini adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa dalam melestarikan budaya lokal dengan basis teknologi android yang di dalamnya memuat terkait aspek berbagai budaya Lampung yang semestinya senantiasa dilestarikan. 

Langkah-Langkah Rancangan Media 

Pada langkah-langkah rancangan media perlu adanya prosedur dalam penelitian pengembangan dan adapun tahapan-tahapan yang dilalui oleh peneliti dalam mengembangkan suatu produk. Penyusunan naskah dan materi dilakukan dengan menggunakan storyboard. Materi digunakan sebagai informasi yang akan dituliskan atau digambarkan ke dalam storyboard agar berurutan dan mudah dipahami. Desain storyboard pada pengembangan game edukasi berisi terkait percancangan interface meliputi penentuan tata letak, dan isi pada pada game edukasi yang akan dikembangkan, seperti tombol navigasi, teks, layout, dan fitur-fitur lainnya.

Cara Penggunaan dalam Pembelajaran 

Penggunaan media pembelajaran dimulai dengan membuka aplikasi Histopedia (Local History Explorer) dan memilih materi yang terkait dengan sejarah lokal Lampung. Kemudian, guru dapat menggunakan fitur eksplorasi interaktif di aplikasi untuk memperkenalkan siswa pada berbagai aspek sejarah, budaya, dan warisan Lampung, termasuk tokoh-tokoh, peristiwa bersejarah, dan adat istiadat lokal. Dengan menggunakan fitur multimedia seperti video, gambar, dan narasi, siswa diajak untuk berpartisipasi aktif dan memahami konten. Guru dapat mengukur tingkat pemahaman siswa setelah siswa mengeksplorasi materi dengan menggunakan kuis atau evaluasi yang tersedia. Salah satu fitur aplikasi yang memungkinkan diskusi kelompok adalah forum diskusi. Fitur ini memungkinkan siswa untuk berbagi hasil penelitian mereka dan membahas cara mereka dapat membantu melestarikan budaya Lampung. Selain itu, aplikasi ini mendukung kegiatan proyek di mana siswa dapat melakukan penelitian mini tentang sejarah lokal dan mempresentasikan hasilnya menggunakan media digital yang disediakan oleh aplikasi. Hal ini, membuat pembelajaran lebih menarik, interaktif, dan relevan dengan konteks lokal mereka.

Link Simulasi 

https://youtu.be/F9HbVkwo32o 

_____

Ditulis Oleh:

  1. Nur Febri Putranto (2213033070) 
  2. Anindita Nuurii Nabiilah (2213033042) 
  3. Zalfa Izzati Hadini (2213033078)

Jumat, 06 Desember 2024

Dari Mahasiswa Untuk Indonesia: Pemberdayaan Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan Dalam Mewujudkan Perekonomian Berkelanjutan Melalui Inovasi Dan Kewirausahaan Sosial

BAB I PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 

Mahasiswa memiliki peran krusial sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Mereka adalah generasi muda yang sedang berada dalam fase pembentukan wawasan, keterampilan, serta pemahaman terhadap berbagai isu yang berkembang di sekitar mereka. Dalam hal ini, mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda yang memiliki akses terhadap pendidikan dan teknologi, memegang peran penting dalam menciptakan solusi inovatif untuk masalah sosial dan lingkungan. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai universitas, inisiatif kewirausahaan sosial di kalangan mahasiswa semakin mendapatkan perhatian, terutama karena potensi mereka dalam menciptakan dampak sosial yang positif sambil mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (Raheem et al., 2014). Melalui inovasi dan kewirausahaan, mahasiswa dapat menjadi motor penggerak yang menciptakan solusi kreatif dan relevan untuk menjawab berbagai tantangan yang ada.

Peran mahasiswa semakin penting mengingat negara ini memiliki populasi yang besar serta beragam tantangan ekonomi. Mahasiswa dapat berperan strategis dalam mendukung pembangunan perekonomian yang berkelanjutan melalui berbagai inovasi yang berpihak pada masyarakat dan lingkungan. Mereka tidak hanya diharapkan menjadi konsumen dari perubahan, tetapi juga sebagai produsen ide-ide baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sambil tetap memperhatikan aspek sosial dan ekologis. Dengan demikian, kontribusi mahasiswa tidak hanya berdampak pada pengembangan ekonomi, tetapi juga pada terciptanya masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan. Kewirausahaan sosial merupakan salah satu jalan yang sangat potensial dalam mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan. Berbeda dengan kewirausahaan 2 konvensional yang fokus utamanya adalah mencari keuntungan finansial, kewirausahaan sosial mengutamakan penciptaan dampak sosial positif sekaligus memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Permasalahan seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, serta kerusakan lingkungan adalah beberapa tantangan yang dapat diatasi melalui model bisnis yang berfokus pada keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat. 

Kewirausahaan sosial menawarkan pendekatan yang inklusif dan berorientasi jangka panjang, di mana keuntungan ekonomi sejalan dengan upaya pemberdayaan komunitas dan pelestarian lingkungan.Peran mahasiswa semakin penting mengingat negara ini memiliki populasi yang besar serta beragam tantangan ekonomi. Mahasiswa dapat berperan strategis dalam mendukung pembangunan perekonomian yang berkelanjutan melalui berbagai inovasi yang berpihak pada masyarakat dan lingkungan. Mereka tidak hanya diharapkan menjadi konsumen dari perubahan, tetapi juga sebagai produsen ide-ide baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sambil tetap memperhatikan aspek sosial dan ekologis. Dengan demikian, kontribusi mahasiswa tidak hanya berdampak pada pengembangan ekonomi, tetapi juga pada terciptanya masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan. Kewirausahaan sosial merupakan salah satu jalan yang sangat potensial dalam mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan. Berbeda dengan kewirausahaan 2 konvensional yang fokus utamanya adalah mencari keuntungan finansial, kewirausahaan sosial mengutamakan penciptaan dampak sosial positif sekaligus memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Permasalahan seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, serta kerusakan lingkungan adalah beberapa tantangan yang dapat diatasi melalui model bisnis yang berfokus pada keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Kewirausahaan sosial menawarkan pendekatan yang inklusif dan berorientasi jangka panjang, di mana keuntungan ekonomi sejalan dengan upaya pemberdayaan komunitas dan pelestarian lingkungan.

Fenomena kewirausahaan sosial di Indonesia, semakin menonjol dengan munculnya berbagai startup yang fokus pada solusi sosial dan lingkungan. Dalam program- program seperti “Internet Plus” di Tiongkok, kewirausahaan sosial yang digagas mahasiswa telah terbukti berperan signifikan dalam mengatasi masalah lingkungan dan sosial, dengan mempertemukan inovasi teknologi dengan tantangan lokal (Yan et al., 2018). Konsep ini dapat diterapkan di Indonesia untuk memberdayakan mahasiswa melalui pendidikan kewirausahaan yang berfokus pada keberlanjutan dan dampak sosial. Universitas dan sektor swasta juga memainkan peran sentral dalam mendukung kewirausahaan sosial. Dengan menyediakan platform penelitian dan pengajaran yang terkait dengan inovasi sosial, universitas dapat membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan kewirausahaan mereka dan memahami pentingnya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Li & Yuan Feng-Mei, 2019). Misalnya, universitas-universitas di Jerman telah berhasil memanfaatkan pendidikan kewirausahaan untuk menciptakan ekosistem inovasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi regional secara berkelanjutan (Holzbaur, 2005). 

Dalam hal ini, mahasiswa memiliki peluang besar untuk terlibat aktif dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan kreatifitas, pengetahuan, dan semangat perubahan yang dimiliki, mahasiswa 3 dapat mengembangkan inovasi sosial yang tidak hanya membawa dampak positif bagi masyarakat lokal, tetapi juga berkontribusi terhadap pencapaian target global untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Mahasiswa yang terlibat dalam kewirausahaan sosial cenderung memiliki pola pikir yang lebih inklusif, tangguh, serta mampu merumuskan solusi jangka panjang yang berkelanjutan (Barrera-Verdugo et al., 2024). Keterlibatan mereka dalam kewirausahaan sosial tidak hanya meningkatkan kesadaran sosial, tetapi juga mendorong pengembangan inovasi yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat secara komprehensif.

Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah bagaimana menghubungkan pendidikan kewirausahaan dengan praktik nyata dalam dunia usaha. Sering kali, mahasiswa merasa kurang percaya diri untuk memulai bisnis yang berkelanjutan karena minimnya pengalaman praktis dan kurangnya bimbingan yang memadai (Shu et al., 2020). Oleh karena itu, diperlukan pendekatan baru dalam pendidikan yang lebih memfokuskan pada kreativitas, inovasi, dan penerapan langsung dalam lingkungan kewirausahaan sosial. 

Inovasi dan kewirausahaan sosial yang dikembangkan oleh mahasiswa tidak hanya akan memberikan dampak positif pada perekonomian, tetapi juga berpotensi mempercepat pencapaian pembangunan sosial yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan menggabungkan wawasan akademis dan pengalaman lapangan, mahasiswa dapat mengidentifikasi dan merespons kebutuhan masyarakat dengan lebih efektif. Selain itu, pendekatan ini memungkinkan terciptanya solusi yang lebih adaptif terhadap tantangan yang ada, sehingga dampaknya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemberdayaan mahasiswa melalui inovasi sosial dan kewirausahaan bukan hanya penting untuk pengembangan ekonomi, tetapi juga untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan. Karena topik ini menarik untuk diteliti, sehingga penulis mengangkat judul “Dari Mahasiswa Untuk Indonesia: Pemberdayaan Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan Dalam Mewujudkan Perekonomian Berkelanjutan Melalui Inovasi Dan Kewirausahaan Sosial” untuk menjawab pertanyaan dari permasalahan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah 

  1. Bagaimana peran Universitas dalam menunjang kegiatan mahasiwa dalam mendorong mahasiswa untuk mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan? 
  2. Bagaimana peran pihak terkait dalam mendorong mahasiswa untuk mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan? 

1.3 Tujuan 

  1. Untuk mengetahui peran Universitas dalam rangka mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan 
  2. Untuk mengetahui peran pihak terkait dalam mendorong mahasiswa untuk mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan
1.4 Manfaat 
Tulisan ini memberikan referensi mengenai dampak positif mahasiswa yang tertarik pada kewirausahaan dalam mewujudkan ekonomi berkelanjutan, sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Mahasiswa wirausaha tidak hanya menciptakan solusi bisnis yang inovatif, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Selain itu, kontribusi dari berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta sangat penting untuk mendukung pengembangan kewirausahaan sosial melalui kebijakan, pendanaan, dan bimbingan yang memadai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 

2.1 Pendidikan Kewirausahaan 
Pendidikan kewirausahaan adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan kewirausahaan pada individu. Pendidikan kewirausahaan menggabungkan teori ekonomi, manajemen, dan inovasi untuk membentuk pola pikir wirausaha yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, berinovasi, serta menghadapi tantangan dalam dunia bisnis yang dinamis. Khusus untuk mahasiswa, pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membangun kesadaran akan peluang bisnis, mengembangkan keterampilan praktis, serta membentuk pola pikir inovatif dan kreatif. 

Pendidikan kewirausahaan yang berfokus pada keberlanjutan dapat membekali mahasiswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk menciptakan usaha yang mendukung tujuan lingkungan dan sosial. Kurikulum kewirausahaan yang berbasis keberlanjutan memberikan mahasiswa wawasan mengenai praktik bisnis yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan dapat meminimalkan dampak negatif terhadap alam. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan berbasis keberlanjutan membantu meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya integrasi nilai-nilai keberlanjutan dalam kegiatan bisnis mereka di masa depan (Aurellia & Puspitowati, 2023). 

Di universitas, mahasiswa berpartisipasi dalam penelitian yang mendorong perkembangan solusi inovatif untuk tantangan keberlanjutan. Seperti riset di bidang teknologi hijau, energi terbarukan, manajemen limbah, dan pertanian berkelanjutan, yang sering kali melibatkan mahasiswa, memiliki dampak langsung pada peningkatan 6 metode ekonomi berkelanjutan. Melalui penelitian ini, mahasiswa membantu mengembangkan teknologi dan strategi yang dapat diadopsi oleh industri dan pemerintah untuk mendukung keberlanjutan ekonomi. beberapa pendekatan yang dapat diterapkan pada mahasiswa adalah:
  • Pembelajaran Berbasis Proyek, yakni mahasiswa dilibatkan dalam proyek nyata di mana mereka dapat merancang dan menjalankan usaha kecil. Proyek ini memberikan pengalaman langsung tentang bagaimana mengelola bisnis, menghadapi tantangan pasar, dan membuat keputusan bisnis strategis. Misalnya Program Pembinaan Wirausaha Mahasiswa Indonesia (P2MW) dan Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K).
  • Mentoring dan Bimbingan, ini dapat menghubungkan mahasiswa dengan pengusaha berpengalaman atau mentor untuk mendapatkan bimbingan dalam memulai dan mengelola bisnis. Mentor dapat memberikan nasihat praktis, berbagi pengalaman, dan membantu mahasiswa menghindari kesalahan umum dalam berwirausaha.
  • Pembelajaran Kolaboratif dan Kerja Tim, mahasiswa didorong untuk bekerja dalam tim untuk mengembangkan ide bisnis. Kerja tim membantu mereka belajar keterampilan kolaborasi, kepemimpinan, serta manajemen konflik dalam konteks kewirausahaan. 
  • Kompetisi Kewirausahaan, kompetisi bisnis atau kewirausahaan memberikan mahasiswa kesempatan untuk menguji ide bisnis mereka di hadapan pihak swasta atau panel juri. Kompetisi ini biasanya mencakup penghargaan atau pendanaan untuk ide bisnis terbaik.

2.3 Ekonomi Berkelanjutan 
  1. Definisi dan Konsep Ekonomi Berkelanjutan: Ekonomi berkelanjutan adalah sistem ekonomi yang tidak hanya menjelaskan pertumbuhan ekonomi tetapi juga memengaruhi dampak sosial dan lingkungan dari 7 aktivitas ekonomi. Konsep ini muncul sebagai respons terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim, fluktuasi permukaan laut, dan ketidakadilan sosial. Ekonomi berkelanjutan bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan keberlanjutan ekosistem, dengan memastikan kesejahteraan sosial yang lebih adil bagi semua lapisan masyarakat. Ekonomi berkelanjutan memerlukan perubahan paradigma dari eksploitasi daya alam ke penggunaan yang lebih efisien dan bijaksana, yang menjamin keberlanjutan bagi generasi mendatang (Nababan, 2014). Dalam kerangka ekonomi berkelanjutan, penggunaan sumber daya alam harus dilakukan secara efisien dan bertanggung jawab. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kebutuhan saat ini terpenuhi tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Selain aspek lingkungan, ekonomi berkelanjutan juga menyoroti pentingnya keadilan sosial. Sistem ekonomi yang berkelanjutan harus memberikan manfaat yang adil dan merata kepada semua kelompok masyarakat, terutama yang paling rentan. Ketimpangan sosial yang semakin melebar, baik dalam hal pendapatan maupun akses terhadap sumber daya, menuntut reformasi dalam kebijakan ekonomi. Selain aspek lingkungan, ekonomi berkelanjutan juga menyoroti pentingnya keadilan sosial. Sistem ekonomi yang berkelanjutan harus memberikan manfaat yang adil dan merata kepada semua kelompok masyarakat, terutama yang paling rentan.
  2. Prinsip Triple Bottom Line (Profit, People, Planet) : Prinsip triple bottom line dalam ekonomi berkelanjutan mengukur kesuksesan tidak hanya berdasarkan keuntungan finansial (profit) tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial (people) dan lingkungan (planet). Prinsip ini pertama kali diperkenalkan oleh John Elkington sebagai cara untuk mengevaluasi keseimbangan antara tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam kerangka ini, sebuah bisnis atau aktivitas ekonomi dikatakan berkelanjutan jika dapat menciptakan nilai bagi ketiga aspek tersebut tanpa mengorbankan salah satu dari yang lain (Coman, 2008). Dengan begitu manfaat dari prinsip ini yaitu:
    • Keuntungan Finansial: Praktik berkelanjutan dapat mengurangi biaya operasional, misalnya melalui penghematan energi dan pengelolaan limbah yang lebih baik.
    • Keberlanjutan Sosial: Perusahaan yang memperhatikan kesejahteraan pekerja dan masyarakat mendapatkan loyalitas dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan.
    • Reputasi dan Citra Merek: Perusahaan yang memprioritaskan aspek lingkungan dan sosial memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan dukungan konsumen yang semakin peduli dengan keberlanjutan. 
    • Akses terhadap Investasi: Banyak investor sekarang lebih tertarik pada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik di ketiga pilar TBL, terutama dalam hal lingkungan dan sosial.
BAB III METODE PENELITIAN 
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Definisi dari penelitian kualitatif adalah penelitian yang berguna untuk menyelidiki, menggambarkan, menjelaskan, dan menemukan kualitas atau ciri-ciri pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur, atau digambarkan dengan metode penelitian kuantitatif dianggap sebagai pengaruh kualitatif. Dalam penelitian kualitatif ini, fokus utamanya adalah mengetahui kontribusi yang diberikan oleh mahasiswa dalam kegiatan kewirausahaannya baik di internal kampus maupun eksternal kampus yang mampu menyumbang ekonomi berkelanjutan untuk indonesia. Oleh karena itu, ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian kualitatif biasanya terbatas, karena tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan generalisasi statistik dari temuan, melainkan untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan mendalam. Selain itu, hasil penelitian kualitatif biasanya disajikan secara deskriptif, di mana temuan-temuannya dideskripsikan dan dijelaskan secara rinci, daripada mencoba membuat prediksi atau kesimpulan statistik.

Artikel ini menggunakan jenis penelitian library research, karena dalam mengumpulkan, menganalisis, dan mengolah data pada artikel ini diambil dari studi literatur yang tertulis dan juga relevan dalam mengumpulkan data yang fokus pada kajian artikel mengenai kewirausahaan sosial sebagai wujud inovasi sosial mahasiswa. Digunakan data sekunder yaitu berupa data-data yang bersumber dari data yang tersedia, berupa dokumen, catatan-catatan, publikasi terbitan pemerintah, dan sumber lainnya. Berbagai data yang diperooleh dirangkum kemudian dipaparkan secara deskriptif dan kemudian dibuat suatu kesimpulan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 
4.1 Gambaran Umum 
Universitas memiliki peran strategis dalam mendukung pengembangan kewirausahaan sosial di kalangan mahasiswa. Sebagai institusi pendidikan, Universitas tidak hanya bertanggung jawab untuk memberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan keterampilan mahasiswa dalam menghadapi tantangan global. Dengan menyediakan pendidikan kewirausahaan yang terintegrasi dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, Universitas dapat mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menciptakan solusi yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memberikan dampak sosial dan lingkungan yang positif. Pendekatan ini memungkinkan mahasiswa untuk melihat kewirausahaan dari sudut pandang yang lebih luas, di mana keuntungan ekonomi tidak menjadi satu-satunya tujuan, melainkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan turut menjadi prioritas. 

Studi menunjukkan bahwa Universitas yang berfokus pada inovasi berkelanjutan dan kewirausahaan sosial berperan sebagai katalis dalam membentuk pola pikir kewirausahaan yang inovatif dan berkelanjutan di kalangan mahasiswa (Holzbaur, 2005). Dalam lingkungan akademis yang mendukung, mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan ide-ide yang bersifat disruptif dan relevan dengan tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini. Selain itu, melalui berbagai program, seperti inkubasi bisnis, pelatihan kewirausahaan, dan penelitian kolaboratif, Universitas dapat menciptakan ekosistem yang memungkinkan mahasiswa untuk mengeksplorasi, menguji, dan mengimplementasikan inovasi sosial yang dapat diterapkan secara luas. Dengan demikian, Universitas berperan penting dalam menyiapkan generasi wirausaha sosial yang mampu memberikan solusi berkelanjutan untuk masa depan.

Beberapa Universitas di berbagai negara telah sukses mendukung kewirausahaan berkelanjutan dengan mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dan prinsip keberlanjutan ke dalam kurikulum mereka. Langkah ini bertujuan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi agen perubahan yang mampu menciptakan solusi inovatif dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan. Contohnya, Universitas di Jerman dan Amerika Serikat telah mengadopsi pendekatan "living labs", di mana mahasiswa berpartisipasi dalam proyek-proyek nyata yang bertujuan mendorong perubahan sosial serta inovasi berkelanjutan (Purcell et al., 2019). Dengan konsep ini, mahasiswa tidak hanya belajar secara teoritis, tetapi juga langsung terlibat dalam praktek lapangan yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan kewirausahaan dengan memecahkan masalah-masalah yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. 

Pendekatan "living labs" ini tidak hanya memperkuat hubungan antara akademisi dan mahasiswa, tetapi juga memperluas kolaborasi dengan sektor swasta dan pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Melalui kemitraan lintas sektor ini, Universitas berperan sebagai penghubung yang mengintegrasikan berbagai sumber daya dan pemangku kepentingan untuk mendorong inovasi berkelanjutan yang berdampak luas. Dengan demikian, Universitas berfungsi sebagai pusat pembelajaran sekaligus laboratorium hidup bagi mahasiswa untuk mengembangkan solusi nyata yang berkontribusi pada pencapaian keberlanjutan global. 

4.2 Program Pemerintah dalam Mendukung Inovasi dan Kewirausahaan Mahasiswa
Program Pembinaan Wirausaha Mahasiswa Indonesia (P2MW) merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk mendukung pengembangan kewirausahaan di kalangan mahasiswa. P2MW adalah program pengembangan usaha mahasiswa yang diselenggarakan oleh Direktorat Belmawa, Ditjen Diktiristek. Program ini bertujuan untuk mendorong mahasiswa menjalankan wirausaha dan meningkatkan 12 ekosistem kewirausahaan di perguruan tinggi. P2MW mencakup pembinaan, pendampingan, dan pelatihan usaha mahasiswa. Berdasarkan data yang ada, jumlah proposal mahasiswa yang lolos pendanaan P2MW mengalami peningkatan signifikan selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2022, terdapat 888 proposal yang berhasil mendapatkan pendanaan. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2023 menjadi 1.871 proposal, dan pada tahun 2024, jumlah proposal yang lolos pendanaan mencapai 2.017 proposal (Ditjen Diktiristek, 2022, 2023, 2024). Peningkatan yang signifikan ini mencerminkan minat yang semakin tinggi di kalangan mahasiswa terhadap kewirausahaan. Mahasiswa tidak hanya dilihat sebagai penerima manfaat dari ekonomi, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mampu menciptakan solusi inovatif bagi masyarakat. Dengan dukungan pendanaan, mahasiswa lebih terdorong untuk mengembangkan ide bisnis yang berfokus pada keberlanjutan dan dampak sosial. 

Selain P2MW, Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) juga menjadi platform penting bagi mahasiswa untuk mengembangkan usaha sosial. Pada tahun 2022, sebanyak 293 proposal berhasil mendapatkan pendanaan melalui program PKM-K. Angka ini meningkat drastis menjadi 988 proposal pada tahun 2023, namun sedikit menurun menjadi 656 proposal pada tahun 2024(Ditjen Dikti, 2022, 2023, 2024). Penurunan jumlah proposal yang lolos pada tahun 2024 dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tingkat persaingan yang semakin ketat dan peningkatan kualitas seleksi. Meskipun demikian, program PKM-K tetap menjadi wadah yang efektif bagi mahasiswa untuk mengasah keterampilan kewirausahaan mereka dan berkontribusi terhadap ekonomi berkelanjutan melalui pengembangan usaha berbasis inovasi sosial. 

Peningkatan jumlah proposal P2MW dan PKM-K yang lolos pendanaan menunjukkan bahwa semakin banyak mahasiswa yang berfokus pada kewirausahaan sosial. Kewirausahaan sosial sendiri merupakan elemen penting dari ekonomi berkelanjutan karena menggabungkan tujuan ekonomi dengan dampak sosial dan lingkungan yang positif. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam kewirausahaan sosial 13 tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga bertujuan untuk menyelesaikan masalah sosial seperti kemiskinan, ketimpangan, dan degradasi lingkungan, sehingga secara langsung mendukung terciptanya ekonomi berkelanjutan. Program seperti P2MW dan PKM-K mendorong mahasiswa untuk berinovasi dalam menciptakan produk dan layanan yang ramah lingkungan dan inklusif. Contoh konkretnya adalah proposal-proposal yang berfokus pada teknologi ramah lingkungan, bisnis berbasis komunitas, serta solusi inovatif dalam pengelolaan sumber daya alam yang dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mahasiswa yang mengembangkan usaha berbasis kewirausahaan sosial ini berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama dalam hal pemberdayaan ekonomi lokal, penyediaan pekerjaan layak, dan pelestarian lingkungan. 

Banyak mahasiswa juga berperan sebagai agen perubahan melalui media digital selain melalui program formal seperti P2MW dan PKM-K. Saat ini, semakin banyak mahasiswa yang beralih menjadi influencer dan content creator, memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram, YouTube, dan TikTok untuk mengedukasi serta mempengaruhi masyarakat. Dalam konteks kewirausahaan sosial, mahasiswa yang menjadi influencer sering mempromosikan gaya hidup berkelanjutan, produk ramah lingkungan, dan nilai-nilai kewirausahaan sosial. Lebih lanjut, data menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah mahasiswa yang memilih untuk mendirikan usaha mandiri tanpa bergantung pada program pendanaan pemerintah. Mereka memanfaatkan keterampilan digital dan jaringan sosial untuk membangun bisnis online, seperti toko daring, layanan konsultasi, dan jasa pembuatan konten. Para mahasiswa ini berperan besar dalam membentuk ekosistem kewirausahaan yang mandiri, inovatif, dan berkelanjutan di kalangan generasi muda. 

Keberhasilan mahasiswa dalam program-program ini menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan yang berfokus pada dampak sosial dan keberlanjutan telah 14 berhasil mendorong mahasiswa untuk berpikir lebih kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah. Program seperti P2MW dan PKM-K menyediakan ekosistem yang mendukung mahasiswa dalam mewujudkan ide bisnis mereka, dengan tujuan jangka panjang untuk menciptakan perubahan sosial. Selain itu, peran mahasiswa sebagai influencer dan content creator juga menunjukkan bahwa generasi muda memiliki kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat melalui media digital. Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini tidak hanya menciptakan konten yang menghibur, tetapi juga berperan sebagai agen perubahan sosial dengan mempromosikan nilai-nilai keberlanjutan dan inovasi.

4.3 Peran Pihak Terkait dalam Mendorong Proses Pemberdayaan Mahasiswa 

Sektor swasta juga memberikan kontribusi besar dalam mendukung pengembangan kewirausahaan sosial di kalangan mahasiswa. Dukungan yang diberikan oleh sektor swasta termasuk dalam bentuk pendanaan, kolaborasi, serta penyediaan akses ke jaringan profesional dan pasar. Melalui kemitraan ini, sektor swasta membantu mahasiswa mengembangkan ide-ide bisnis mereka, memberikan bimbingan, serta membuka peluang untuk implementasi inovasi yang berdampak sosial.Sebagai contoh, di Bulgaria, sektor swasta memimpin transformasi ekonomi berbasis keberlanjutan dengan berkolaborasi dengan Universitas lokal untuk mendorong regenerasi ekonomi dan inovasi sosial (Purcell et al., 2018). Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana kemitraan antara Universitas dan sektor swasta dapat menciptakan dampak yang signifikan dalam membangun ekonomi berkelanjutan. 

Pihak eksternal lainnya, seperti lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), dan komunitas global, juga memainkan peran penting dalam mendukung pemberdayaan mahasiswa melalui kewirausahaan sosial. Lembaga-lembaga ini sering kali menyediakan program pendanaan, dukungan teknis, dan pelatihan untuk mahasiswa yang ingin mengembangkan ide-ide bisnis yang berorientasi pada dampak sosial. Dalam kasus lain, Universitas di Eropa membentuk jaringan pendidikan tinggi yang berfokus pada keberlanjutan untuk mengembangkan kapasitas mahasiswa dalam 15 bidang kewirausahaan sosial. Jaringan ini berfungsi sebagai platform untuk bertukar pengalaman dan merumuskan kebijakan bersama terkait kewirausahaan berkelanjutan. Kolaborasi ini memungkinkan Universitas untuk memperluas dampaknya dalam menciptakan solusi inovatif melalui partisipasi mahasiswa. 

Peran yang dimainkan oleh Universitas, sektor swasta, dan pihak eksternal lainnya dalam mendukung kewirausahaan sosial dan inovasi berkelanjutan sangatlah penting. Melalui pendidikan kewirausahaan yang berfokus pada keberlanjutan, beberapa Universitas memberikan fondasi yang kuat bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan kewirausahaan yang dapat diterapkan dalam konteks bisnis sosial. Sektor swasta dan pihak eksternal berkontribusi dengan menyediakan sumber daya, pengetahuan, dan jaringan yang diperlukan untuk mengembangkan usaha sosial yang berkelanjutan. 

Dengan adanya kolaborasi antara Universitas, sektor swasta, dan pihak eksternal lainnya, mahasiswa tidak hanya dipandang sebagai pelaku pasif dalam ekosistem kewirausahaan, tetapi juga sebagai agen perubahan yang aktif. Program-program pendukung yang ada membantu mahasiswa mengubah ide-ide inovatif menjadi bisnis nyata yang berdampak sosial dan lingkungan. Keberhasilan model ini dapat dilihat dalam peningkatan jumlah mahasiswa yang terlibat dalam program kewirausahaan sosial dan jumlah proposal yang lolos pendanaan di berbagai program kewirausahaan mahasiswa.

BAB V KESIMPULAN 

5.1 Kesimpulan 

Mahasiswa memainkan peran strategis sebagai agen perubahan dalam mewujudkan perekonomian berkelanjutan melalui inovasi dan kewirausahaan sosial. Dengan latar belakang pendidikan yang mereka peroleh di universitas, mahasiswa memiliki kemampuan untuk menciptakan solusi inovatif yang menjawab tantangan sosial dan lingkungan. Pendidikan kewirausahaan yang terintegrasi dengan prinsip keberlanjutan memberikan bekal penting bagi mahasiswa untuk berpikir kreatif dan kritis dalam menghadapi isu-isu global, seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, dan degradasi lingkungan. Kolaborasi antara universitas, sektor swasta, dan pihak eksternal lainnya, seperti pemerintah dan organisasi non-pemerintah, sangat penting dalam mendukung pemberdayaan mahasiswa. Dukungan dalam bentuk program pendanaan, bimbingan, serta penyediaan akses ke jaringan profesional memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ide bisnis mereka dengan fokus pada dampak sosial dan lingkungan. Melalui program seperti P2MW dan PKM-K, semakin banyak mahasiswa yang berfokus pada kewirausahaan sosial, yang berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). 

5.2 Saran 
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini banyak kekurangannya, baik data yang dipaparkan ataupun hasil yang kurang mendalam. Kekurangan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan untuk penelitian selanjutnya. Berikut saran dari penulis untuk penelitian ini: 
  1. Untuk institusi pendidikan, disarankan agar universitas memperkuat kurikulum kewirausahaan yang berbasis pada prinsip keberlanjutan dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis proyek nyata. Ini akan memberikan pengalaman praktis yang relevan bagi mahasiswa dalam menghadapi tantangan sosial dan lingkungan.
  2. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan dukungan terhadap program- program pendanaan kewirausahaan sosial di kalangan mahasiswa, seperti P2MW dan PKM-K, guna memfasilitasi lebih banyak mahasiswa untuk memulai bisnis yang berfokus pada dampak sosial dan lingkungan.
  3. Sektor swasta diharapkan menjalin kolaborasi lebih erat dengan universitas untuk menyediakan bimbingan dan akses jaringan profesional, sehingga mahasiswa dapat lebih mudah mengimplementasikan inovasi berkelanjutan yang diciptakan dalam skala yang lebih luas. 
  4. Mahasiswa disarankan untuk lebih aktif memanfaatkan peluang dalam kewirausahaan sosial dengan mengedepankan inovasi yang mendukung pembangunan berkelanjutan, baik melalui penelitian maupun keterlibatan dalam program-program inkubasi bisnis yang ada.
Ditulis Oleh:
  1. Wahyuni Safitri 2111021029 
  2. Fahmi Destry Amelia 2111021065 
  3. Desy Nur Maya 2114051017

PENGEMBANGAN BIOFOAM BERBASIS PATI LIMBAH KULIT SINGKONG TERINKORPORASI NANOSELULOSA SERAT DAUN NANAS DAN KITOSAN GUNA MENDUKUNG SUSTAINABILITY AGROINDUSTRI

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan potensi pengembangan pertanian terbesar di Asia Tenggara. Kegiatan agroindustri telah berkembang pesat dalam mengolah hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi ataupun produk akhir yang bernilai ekonomis (Istiyanti dkk., 2018). Hal ini dibuktikan dengan nilai ekspor produk olahan hasil pertanian yang mencapai US$ 33 miliar di tahun 2021 (Maimunah dkk., 2021). Namun, kegiatan agroindustri memiliki permasalahan dalam jumlah limbah yang dihasilkan. Sehingga, pelaku kegiatan agroindustri harus memiliki komitmen dalam penanganan dan pengolahan limbah untuk menjaga lingkungan hidup dan menerapkan sustainability agroindustri. Limbah agroindustri masih memiliki komposisi karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, protein, lignin, abu, air, nitrogen, dan karbon yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk turunan (Sadh et al., 2018).

Agroindustri pengolahan tepung tapioka merupakan jenis agroindustri yang banyak berkembang di Indonesia. Produksi rata-rata tepung tapioka di Indonesia mencapai 15-16 juta ton per tahun. Tingkat produksi tepung tapioka yang tinggi akan berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan. Tercatat sebanyak lebih dari 1 juta ton limbah kulit singkong yang dihasilkan di setiap tahun (Indrianeu dan Sinkawijaya, 2019). Pemanfaatan limbah kulit singkong selama ini hanya digunakan sebagai pakan ternak, kompos, dan bioenergi. Namun, jika melihat lebih jauh, limbah kulit singkong memiliki kandungan pati yang cukup tinggi hingga mencapai 44-59%. Sehingga, pati kulit singkong sangat menarik untuk dikembangkan secara lebih lanjut (Fauziyah dkk., 2024).

Dikutip dari Databoks (2023), Lampung merupakan produsen nanas terbesar di Indonesia dengan rata-rata produksi mencapai 861.706 ton pada tahun 2022. Hal tersebut menyebabkan adanya permasalahan pada tingginya limbah yang dihasilkan. Limbah daun nanas merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari pengolahan nanas. Pemanfaatan limbah daun nanas bisanya hanya sebatas dijadikan sebagai pakan ternak atau pupuk (Natalia dkk., 2019). Padahal, daun nanas memiliki kandungan selulosa yang tinggi mencapai 81%. Sehingga, serat daun nanas masih memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan menjadi bahan polimer alami (Karim et al., 2024). 

Kandungan limbah kulit singkong dan daun nanas memiliki potensi untuk dimanfaatkan menjadi kombinasi biomaterial pembuatan biofoam. Hal ini dikarenakan pati kulit singkong memiliki kelemahan pada sifat fisiknya dan memerlukan bahan pengisi dari serat daun nanas (Dewi dkk., 2023). Upaya lain yang dilakukan untuk memperbaiki karakteristik biofoam adalah dengan menambahan kitosan untuk meningkatkan ketahanan air dan sifat antimikroba pada biofoam (Yustinah dkk., 2023). Penelitian mengenai inovasi pengolahan biofoam sudah banyak dilakukan dari segi bahan yang digunakan. Namun, peningkatan ketahanan fisik dan material dengan penambahan nanoselulosa dan kitosan sebagai bahan pengisi dan senyawa antimikroba alami masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, pengembangan biofoam berbasis pati kulit singkong terinkorporasi nanoselulosa serat daun nanas dan kitosan sangat diperlukan untuk meningkatkan karakteristik biofoam.

ISI 

Penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern. Sifatnya yang praktis dan tahan air membuat penggunaannya meningkat di setiap tahun. Namun, styrofoam tergolong sebagai material yang sulit terurai di alam. Hal ini membuat styrofoam menduduki urutan kelima sebagai limbah yang paling membahayakan lingkungan (Dewi dkk., 2023). Dikutip dari Citarum Harum (2024), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah melakukan kegiatan penelitian di 18 kota di Indonesia. Hasilnya, pada tahun 2018 tercatat sebanyak 270.000-590.000 ton sampah yang didominasi styrofoam mencemari laut Indonesia. Tingginya dampak negative penggunaan styrofoam membuat banyak orang mulai sadar akan pentingnya produk ramah lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan data survei yang dikutip dari Databoks (2022), yang menunjukan bahwa 56,2% responden memilih produk ramah lingkungan dan sebesar 45,2% responden memilih produk yang terbuat dari bahan alam.

Biodegradable foam atau biofoam merupakan inovasi kemasan ramah lingkungan yang dapat menjadi alternatif dari penggunaan styrofoam. Biofoam bersifat biodegradable yang dapat terurai secara alami karena sifatnya terbuat dari bahan organik dan renewable (Febriani et al., 2021). Oleh karena itu, biofoam dapat dijadikan kemasan produk pangan yang aman untuk kesehatan maupun lingkungan. Umumnya, biofoam terbuat dari pati yang berasal dari bahan organik dengan tambahan selulosa untuk memperkuat strukturnya. Salah satu bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biofoam adalah limbah agroindustri. Hal tersebut dilakukan karena kebanyakan limbah agroindustri masih dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk turunan untuk mencapai sustainability agroindustri (Coniwanti dkk., 2018). 

Limbah kulit singkong merupakan hasil samping pengolahan tepung tapioka pengolahan tepung tapioka yang masih dapat dimanfaatkan. Tingginya kandungan pati pada kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai biomaterial pembuatan produk ramah lingkungan seperti biofoam (Mudaffar, 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Sumardiono et al. (2021), menunjukkan bahwa pati yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan biofoam memiliki keunggulan yang mudah terurai dan ketersediaan bahan baku yang melimpah. Namun, biofoam yang terbuat dari pati memiliki kelemahan yang tidak tahan air dan membutuhkan bahan pengisi lain untuk meningkatkan karakteristik produk biofoam (Luna et al., 2021). 

Selulosa serat daun nanas dapat digunakan sebagai bahan pengisi biofoam untuk memperbaiki karakteristik biofoam yang terbuat dari pati. Penambahan serat daun nanas mampu meningkatkan sifat fisik, mekanik, dan sifat barrier biofoam agar setara dengan styrofoam. Sehingga, biofoam akan memiliki kuat tarik yang tinggi dalam menahan beban dan tidak rapuh saat dipakai sebagai wadah makanan (Dewi dkk., 2023). Penggunaan serat daun nanas didasari oleh kandungan selulosanya yang tinggi dan keberadaannya yang cukup melimpah. Provinsi Lampung merupakan daerah dengan produksi nanas terbesar di Indonesia. Sehingga, dalam pengolahan produknya menghasilkan limbah daun nanas yang cukup melimpah dengan potensi mencapai 66.456 ton pertahun (Djazman, 2018).

Biofoam dari pati dan selulosa memiliki karakteristik yang masih rendah dibandingkan styrofoam. Sehingga, dilakukan pengembangan material penyusun dengan mengubah selulosa menjadi nanoselulosa. Nanoselulosa dipilih karena kemampuannya yang lebih baik dibandingkan selulosa dalam meningkatkan daya tarik, elastisitas, dan menstabilkan sifat mekanik biofoam (Phaodee et al., 2015). Selain itu, ditambahkan juga kitosan untuk memperbaiki sifat biofoam agar dapat diterima oleh masyarakat. Penambahan kitosan akan memperbaiki karakteristik biofoam karena sifatnya yang hidrofobik, mampu menahan air, dan mudah membentuk gel. Kitosan juga dapat digunakan sebagai agen antimikroba alami pada biofoam karena memiliki sifat antimikroba yang diharapkan mampu melindungi produk yang dikemas dalam biofoam (Muharram, 2020). 

Proses pembuatan biofoam yang terbuat dari pati kulit singkong terinkorporasi nanoselulosa serat daun nanas dan kitosan terbagi menjadi tiga tahap utama. Tahap yang pertama adalah proses isolasi pati kulit singkong yang didasari oleh penelitian Prameswari dkk. (2022), yang dimulai dengan memisahkan kulit luar dengan kulit bagian dalam yang berwarna putih. Kemudian, dilakukan pencucian dan penghalusan kulit singkong dengan chopper untuk proses ekstraksi. Ekstraksi pati dilakukan dengan menambahkan air dengan perbandingan 1 kg bahan : 2 liter air. Selanjutnya, campuran diperas dan hasil perasan diendapkan selama 24 jam agar terbentuk suspensi. Lalu, suspensi dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60o C selama 13 jam. Setelah itu, dilakukan penghalusan dan pengayakan pati yang dihasilkan (Yudiyanti dan Matsjeh, 2020). 

Tahap kedua pembuatan biofoam dilakukan dengan membuat nanoselulosa dari serat daun nanas. Selulosa dalam daun nanas diisolasi menggunakan teknik penghilangan lignin dengan bantuan natrium klorida. Lalu, dihidrolisis hasil isolasi menggunakan larutan asam sulfat (64% b/b) pada suhu 45o C selama 60 dan 90 menit sambil diaduk. Selanjutnya, hasil hidrolisis dicuci menggunakan air deionisasi dan dipisahkan menggunakan sentrifus. Selulosa yang telah diperoleh kemudian didialisis dan disonikasi selama 20 menit supaya selulosa terdispersi ke dalam air (Wahyuningsih et al., 2016).

Pembuatan nanoselulosa serat daun nanas menggunakan teknik Ultra-Fine Grinder. Proses ini diawali dengan pengenceran serat selulosa daun nanas menggunakan air suling (konsentrasi 2%). Kemudian, suspensi dimasukan dalam Ultra-Fine Grinder pada kecepatan 1500 rpm pada tingkat celah 0, -3, -5, dan -10. Proses ini diulangi selama 10-20 kali sampai terbentuk suspensi yang cukup banyak. Suspensi nanoselulosa serat daun nanas yang diperoleh kemudian dianalisis dengan instrumen PSA (Wahyuningsih et al., 2016). 

Tahap ketiga pembuatan biofoam adalah pembuatan adonan dan pencetakan. Proses ini dilakukan dengan mencampurkan nanoselulosa serat daun nanas dengan pati kulit singkong. Lalu, ditambahkan 5% magnesium stearat sebanyak dan 10% polivinil alkohol (PVA) dari total berat adonan. Kemudian, dilakukan pencampuran dan penambahan aquadest sebanyak 40%. Setelah itu, ditambahkan 10% kitosan ke dalam adonan dan dicampur hingga merata (Cahyani et al., 2023). Selanjutnya, dicetak adonan biofoam menggunakan teknik thermopressing selama 4 menit pada suhu mesin atas 177o C dan suhu bawah 166o C untuk setiap 50 adonan yang dicetak (Etikaningrum dkk., 2016). 

PENUTUP 

Pengembangan produk biofoam merupakan usaha dalam memanfaatkan ketersediaan limbah-limbah hasil agroindustri menjadi produk yang inovatif. Kombinasi antara pati kulit singkong, nanoselulosa serat daun nanas, dan kitosan diharapkan mampu menghasilkan kemasan biofoam pengganti styrofoam. Penggunaan biofoam sebagai kemasan ramah lingkungan dapat berkontribusi dalam mengurangi peningkatan jumlah sampah styrofoam yang selama ini berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan prinsip ekonomi sirkular yang mengutamakan pengurangan penggunaan bahan yang tidak ramah lingkungan serta mendukung 5 poin program SDGs Indonesia Emas Tahun 2045 yaitu poin 9 Industry, Innovation, and Infrastructure, poin 12 Responsible, Consumption, and Production, poin 13 Climate Action, poin 14 Life Below Water, dan poin 15 Life on Land.

____

Ditulis Oleh:

  • Wulan Nur Aisyah 2214051089 
  • Dea Meranda 2264051001 
  • Fitri Nuraini Fadila 2314051028

HEALFOOD: APLIKASI PENGHITUNG KALORI DAN GIZI GUNA MENEKAN MALNUTRISI DAN TERWUJUDNYA SDGS POIN 3 DAN 10 MENUJU INDONESIA SEHAT 2045

Pendahuluan 

Kualitas kesehatan masyarakat di Indonesia masih tergolong kategori rendah.  Berdasarkan indeks  keamanan kesehatan global,  pada 2021  Indonesia berada di peringkat ke-13 dari 20 negara yang tergabung dalam G20. Perlu diketahui bahwa penilaian indeks keamanan kesehatan global didasarkan pada enam kategori, yakni pencegahan, deteksi dan pelaporan, kecepatan merespons, sistem   kesehatan, pemenuhan   terhadap   standar   internasional,   dan   risiko lingkungan (Jessica dkk, 2021). Oleh karena itu, berada di peringkat ke-13 seharusnya menjadi catatan untuk segera dicarikan solusinya dalam mengimplementasikan keenam aspek tersebut sehingga meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia. 

Salah satu penyakit yang saat ini menjadi ancaman serius bagi masyarakat Indonesia yaitu penyakit terkait gizi, dikenal dengan malnutrisi. Malnutrisi merupakan suatu keadaan kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan kalori dan zat gizi baik gizi makro maupun mikro yang berdampak pada bentuk dan fungsi tubuh (Sari dan Septiani, 2019). Malnutrisi digolongkan menjadi tiga jenis yaitu kekurangan gizi contohnya stunting, kelebihan gizi contohnya obesitas, dan defisiensi gizi mikro contohnya anemia (Maharani, 2023). Malnutrisi merupakan penyakit tidak menular (PTM), tetapi walaupun tidak menular menurut Badan Pusat Statistik mencatat PTM menjadi penyebab kematian terbanyak dengan mampu membunuh  sekitar  7,04  juta  orang  sejak  2017-2022  sehingga  sangat krusial dan dikatakan sebagai sumber masalah penyakit degeneratif seperti serangan jantung, jantung koroner, dan diabetes (Santika, 2023).

Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan solusi guna menekan malnutrisi.    Usaha    yang    saat    ini    tengah    dilakukan    pemerintah    di antaranya  pemberian TTD (Tablet Tambah Darah) bagi remaja putri,  melakukan pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan bergizi pada ibu hamil, serta pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan (Kemenkes, 2022). Usaha tersebut berjalan cukup baik dibuktikan dengan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kementerian Kesehatan yang menyatakan prevalensi stunting mengalami penurunan dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022 (Rokom, 2023). Namun, dengan melihat faktanya bahwa penyakit malnutrisi  bukan  hanya  stunting  saja,  tetapi  juga  terdapat  penyakit lainnya seperti obesitas dan anemia yang menimpa berbagai kalangan usia, jumlah penderitanya terus meningkat secara signifikan Maka dari  itu  diperlukan  usaha  dan  solusi  yang  lebih  efisien  dan  inovatif  dalam mengatasi malnutrisi.

Berbagai permasalahan Kesehatan di Indonesia terus mengalami peningkatan terutama penyakit tak menular, di Provinsi Jawa dan Bali, 30 persen kematian terjadi  diakibatkan  oleh  penyakit  jantung  (World  bank,  2015).  Hal tersebut tidak sejalan dengan salah satu poin SDGs yakni poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan di semua kalangan usia. Kesulitan  dalam  meningkatkan kualitas kesehatan  di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan karena biaya yang mahal, penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata, sulitnya akses pelayanan kesehatan, dan fasilitas pelayanan yang tidak memadai (Kusumastuti, 2020). Perbedaan daerah tempat tinggal suatu masyarakat mempengaruhi kemudahan akses kesehatan, misalnya di daerah perkotaan umumnya memiliki layanan dan fasilitas kesehatan yang lebih baik dalam segi kualitas karena dekat dengan pemerintahan daripada di daerah pelosok. Selain tempat tinggal, keadaan finansial juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan suatu masyarakat yang disebabkan oleh ketidakmampuan orang tersebut dalam memenuhi harga jasa layanan kesehatan. Mereka cenderung lebih memilih untuk mengabaikan kondisi kesehatan karena mengutamakan kebutuhan sehari-hari, sebaliknya, kaum menengah ke atas yang tinggal di perkotaan memiliki kesempatan lebih besar untuk melakukan medical check up (MCU) secara rutin, melakukan konsultasi gizi, serta uji kesehatan lainnya.

Akses Layanan dan Fasilitas Kesehatan di Indonesia Selain kesulitan akses layanan dan fasilitas kesehatan, tantangan kesehatan di Indonesia adalah gaya hidup yang terpengaruh arus globalisasi yang menyebabkan perilaku konsumtif pada masyarakat seperti mengonsumsi junk food. Pola   makan yang   buruk   diikuti   dengan   kurangnya   aktivitas   fisik   akan memperbesar risiko terjadinya malnutrisi (Purwanto, 2022). Arus globalisasi meskipun membawa pengaruh negatif tetapi juga memiliki dampak positif yang cukup berperan penting, misalnya pada aspek kesehatan kini ada yang dikenal dengan digital health. Digital health yaitu pelayanan kesehatan yang dilakukan secara digital. Penerapan digital health sudah mulai digunakan contohnya yaitu chatbot yang diluncurkan oleh WHO untuk mengatasi disinformasi terkait Covid- 19 pada saat pandemi (WHO, 2020).

Menurut Badan Pusat Statistik (2020), jumlah penduduk Indonesia pada 2020 adalah 270 juta jiwa dengan 27,94% atau setara dengan 74,93 juta jiwanya merupakan Gen Z dan 25,87% atau 69,9 juta jiwanya merupakan Gen Milenial. Di  tahun  2021  tercatat  sebanyak  57%  warga  Indonesia  telah  menggunakan aplikasi kesehatan digital. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran akan  kesehatan  di Indonesia  perlahan  mulai meningkat,  terutama  di  kalangan Milenial  dan  Gen  Z  (Kemkes,  2022).  Potensi  aplikasi  kesehatan  digital  di Indonesia semakin berkembang dengan target utama generasi milenial dan Gen Z berjumlah lebih dari 50% dari total penduduk di Indonesia. Saat ini telah banyak tersedia aplikasi kesehatan digital dengan berbagai macam fitur, tetapi masih terdapat  beberapa  kelemahan  yang perlu  untuk  ditingkatkan.  Contohnya,  fitur yang kurang lengkap, belum terdapat informasi gizi pada beberapa bahan atau produk pangan, serta beberapa aplikasi masih memerlukan pembayaran dalam penggunaanya.

Healfood: Aplikasi Penghitung Kalori dan Nutrisi Perkembangan digital health mempermudah akses pelayanan kesehatan dengan biaya yang relatif minim. Maka, kami sebagai Gen Z Indonesia turut menyuarakan digital health melalui gagasan dalam bentuk inovasi aplikasi kesehatan digital yang disebut “Healfood”.  Healfood merupakan inovasi aplikasi yang dapat digunakan dalam menghitung serta menginformasikan kalori dan gizi suatu bahan atau produk pangan. Healfood juga memiliki fitur-fitur unggulan yang dapat membantu penggunanya untuk menjaga asupan dan porsi tubuh yang ideal.   Keunggulan   tersebut   diantaranya:   (1)   pengguna   akan   mendapatkan informasi kalori dan gizi yang lebih lengkap hanya dengan bermodalkan kuota internet; (2) Healfood memiliki fitur sinkronisasi yang dapat terhubung dengan fitur aplikasi mitra seperti shopeefood, gofood, grabfood, dan aplikasi lainnya yang akan menampilkan informasi gizi pada menu yang akan dipesan oleh pengguna; (3) Healfood memiliki   fungsi lebih beragam yang bisa disesuaikan dengan   tujuan pengguna;   (4)   Healfood   memiliki   fitur   scan   yang   dapat memudahkan pengguna untuk mendapatkan informasi gizi dan kalori dari pangan yang sedang dikonsumsinya. 

Dalam penerapannya aplikasi Healfood akan melalui tahapan-tahapan perencanaan, pengembangan, hingga siap diluncurkan. Penerapan Healfood bertujuan untuk mewujudkan SDGs terutama poin ketiga dan kesepuluh di Indonesia. Healfood berperan dalam menekan malnutrisi dengan cara memberikan kemudahan akses informasi terkait kalori dan gizi yang sejalan dengan poin 3 SDGs good health and well-being. Dalam penggunaannya aplikasi Healfood tidak memerlukan biaya yang tinggi sehingga bisa digunakan oleh semua kalangan dan mengurangi kesenjangan kualitas kesehatan di Indonesia sesuai dengan poin 10 SDGs reduced inequalities.

Strategi Langkah Implementasi 

  1. Tahap Analisis dan Perancangan: Pada tahap ini dilakukan analisis informasi, identifikasi kebutuhan pengguna, penentuan jadwal, sumber daya, dan risiko yang mungkin terjadi selama pengembangan sistem, kemudian dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan perencanaan proyek secara menyeluruh. 
  2. Tahap Implementasi: Pada tahap ini secara teknis melibatkan Infrastructure Engineer dalam proses pembuatan dan pengembangan aplikasi Healfood. 
  3. Tahap Uji Coba: Tahap uji coba bertujuan untuk memverifikasi efektivitas, durabilitas, dan kesesuaian aplikasi dengan kebutuhan pengguna. Jika semua hal tersebut terpenuhi, maka akan dilakukan tahap selanjutnya. Namun, jika terdapat kekurangan dan ketidaksesuaian, maka akan dilakukan tahap pengembangan untuk memperbarui aplikasi. 
  4. Tahap Sosialisasi: Tahap sosialisasi dilakukan dengan memberikan instruksi penggunaan aplikasi Healfood kepada masyarakat baik dari pemerintah maupun lembaga yang bergerak di bidang kesehatan lainnya. 
  5. Monitoring dan Evaluasi: Tahap peninjauan kembali kendala yang terjadi di lapangan serta konsistensi dan efektivitas penggunaan aplikasi Healfood di masyarakat
Fitur-Fitur Unggulan Healfood 
  1. Beranda, merupakan halaman utama dari aplikasi Healfood yang berisi konten seperti foto, video atau resep masakan yang diunggah oleh pengguna, kemudian terdapat   fitur scan untuk mempermudah informasi mengenai pangan yang dikonsumsi pengguna, pada beranda juga menampilkan fitur lainnya. 
  2. Profil,  yang  merupakan  fitur  berisi  informasi  pengguna  Healfood  termasuk setting  tinggi  badan,  berat  badan  dan  jumlah  kalori  yang  dibutuhkan  serta pilihan tujuan pengguna yaitu untuk menurunkan, menaikkan atau mempertahankan berat badan. 
  3. Pencarian, fitur pencarian berfungsi untuk mencari bahan atau produk pangan lalu menampilkan informasi kandungan gizi makro dan mikronya, 
  4. Konsumsi Harian, Fitur ini akan menampilkan jumlah kalori yang dibutuhkan pengguna  serta  mencatat  seluruh  asupan  harian  pengguna  dan menginformasikan apakah kalori dan nutrisi pengguna sudah cukup, kurang atau berlebih. 
  5. Sinkronisasi Sinkronisasi merupakan fitur unggulan untuk menghubungkan Healfood dengan aplikasi   lain   berbasis   makanan   atau   kuliner   kemudian   akan   otomatis menghitung seluruh nutrisi dan kalori lalu menampilkannya pada menu di aplikasi mitra. Hal ini sangat membantu terutama bagi masyarakat dengan gaya hidup konsumtif. 
  6. Diet Fitur   ini   digunakan   sesuai   dengan   tujuan   pengguna   untuk   menaikan, menurunkan atau mempertahankan berat badan melalui empat fitur bantuan yaitu yang disediakan yaitu workout, pelacak diet, kalkulator IMT dan puasa.
Mekanisme penggunaa aplikasi Healfood 
Pengguna mendaftarkan diri terlebih dahulu, lalu melakukan setting tinggi dan berat badan menyesuaikan tujuan pengguna menggunakan aplikasi, kemudian pengguna sudah dapat menggunakan fitur-fitur yang tersedia.

Kesimpulan 
Guna menekan malnutrisi di Indonesia, aplikasi Healfood dapat menjadi solusi sebagai alat yang berfungsi mempermudah akses informasi mengenai gizi. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur-fitur unggulan yang sangat berguna dalam mengontrol konsumsi gizi serta pola hidup bagi penggunanya. Healfood memiliki manfaat dan berkontribusi di 3 aspek yaitu aspek kesehatan, sosial, dan berkelanjutan. Berdasarkan manfaat yang diberikan, aplikasi Healfood diharapkan dapat  mengatasi  dan  menekan  malnutrisi  melalui  pengontrolan  gizi  berbasis digital. Diharapkan Healfood dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat demi mewujudkan SDGs poin ketiga Good Health and Well-Being dan menghilangkan ketimpangan kesehatan di Indonesia yang dapat mewujudkan SDGs poin kesepuluh Reduced Inequalities.

Ditulis Oleh:
  • Annisa Lidya Maharani (2217021010) 
  • Febiyona Karinsa (2217021082) 
  • Maritsa Husna Amanati (2217011079) 
  • Riska Aulia Putri (2215041107) 
  • Sabrina Musyarrafah Putrianti (2215041116)

MENTALHOMIES : PLATFORM MULTIMEDIA INTERAKTIF SEBAGAI SARANA EDUKASI DAN DUKUNGAN KESEHATAN MENTAL MASYARAKAT

 PENDAHULUAN 

Kesehatan mental adalah keadaan psikologis seseorang yang menunjukkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan menyelesaikan masalah, baik yang bersifat internal (dalam diri) maupun eksternal (lingkungan). Kesehatan mental mencakup cara seseorang berpikir, merasakan, dan bertindak secara efisien dan efektif dalam menghadapi tantangan hidup dan stres (Hanurawan, 2012). Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan di mana seseorang mampu menyadari potensi diri, mengelola stres dengan baik, beradaptasi, bekerja secara produktif, dan berkontribusi terhadap lingkungannya (Anwar & Julia, 2021). Gangguan mental adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, bertindak, dan berinteraksi dengan orang lain. Gangguan ini bisa berkisar dari yang ringan hingga berat dan memerlukan perhatian serta penanganan yang tepat. Gangguan mental memengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku seseorang, yang pada akhirnya dapat mengganggu fungsi sehari-hari serta menurunkan kualitas hidup penderitanya (Vitoasmara et al., 2024). Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, sekitar 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami gangguan mental. Dalam laporan yang sama, Riskesdas 2018 mencatat bahwa lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun di Indonesia mengalami gangguan mental emosional, sementara lebih dari 12 juta orang di kelompok usia tersebut menderita depresi. 

Sebuah riset eksploratif yang dilakukan oleh Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa pada Oktober 2023 mengungkapkan tiga faktor utama yang menyebabkan tingginya angka gangguan mental, yaitu stigma, lingkungan yang kurang mendukung kesehatan mental, serta fenomena self-diagnosis. Stigma terkait kesehatan mental mengacu pada stereotip, prasangka, dan diskriminasi yang dialami oleh individu dengan masalah kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa stigma ini sering kali menghalangi mereka untuk mencari bantuan yang dibutuhkan. Persepsi negatif dari orang lain dapat menimbulkan rasa malu atau takut bagi individu untuk mencari dukungan, bahkan dari keluarga dan teman. Oleh karena itu, edukasi mengenai kesehatan mental dan upaya mengurangi stigma sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi mereka yang membutuhkan bantuan (Kesyha, et al., 2024). 

Berdasarkan hal tersebut, diperlukan inovasi yang dapat berfungsi sebagai sarana edukasi untuk meningkatkan literasi kesehatan mental di masyarakat sekaligus menjadi wadah dukungan bagi pengidap gangguan mental. Penelitian ini bertujuan untuk merancang platform multimedia berbasis website yang interaktif dan menarik guna meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan mental. Platform ini diharapkan dapat membantu menghilangkan stigma negatif, sehingga tercipta masyarakat yang lebih mendukung kesehatan mental.

ISI 

1. MentalHomies 

MentalHomies merupakan platform edukasi berbasis website yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terkait stigma kesehatan mental yang beredar di masyarakat dan juga memberi dukungan kepada masyarakat yang memiliki gangguan kesehatan mental. Fitur-fitur yang tersedia dalam website ini diantaranya yaitu literasi kesehatan mental dengan komik interaktif, edukasi kuis mitos atau fakta terkait kesehatan mental, journaling, berbagi kisah terkait kesehatan mental, dan dapat terhubung ke psikolog online. Dengan berbagai fitur yang interaktif dan menarik, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terkait kesehatan mental serta membantu mengatasi gangguan kesehatan mental yang dihadapi.

2. Fitur Utama Mental

Homies Pengguna diharuskan untuk membuat akun terlebih dahulu untuk menyimpan data aktivitas mereka di platform ini. Pengguna dapat login setelah memiliki akun di MentalHomies dan dapat mengakses fitur-fitur platform ini. Adapun penjelasan fitur yang terdapat dalam MentalHomies antara lain: A. Komik Interaktif Literasi Kesehatan Mental Peningkatan literasi terkait kesehatan mental sangat penting karena akan berdampak pada peningkatan pengetahuan umum lainnya, seperti kemampuan mengidentifikasi kondisi gangguan mental dasar, cara pencegahan, informasi mengenai layanan pertolongan, strategi penanganan mandiri untuk masalah ringan, dan keterampilan pertolongan pertama untuk mendukung orang lain yang mengalami gangguan mental (Kutcher et al., 2016). Pada platform ini, literasi kesehatan mental disajikan secara menarik melalui komik interaktif. Komik ini dibuat menggunakan bahasa sederhana dan visual yang menarik, sehingga memudahkan pengguna memahami informasi terkait kesehatan mental. Pengguna dapat memilih alur cerita dari karakter yang memiliki masalah kesehatan mental dan setiap pilihan pengguna akan memengaruhi jalan cerita karakter tersebut sebagai akibat dari respons pilihan pengguna. Komik interaktif ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pengguna terhadap masalah kesehatan mental, baik bagi dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya.

B. Kuis Mitos atau Fakta 

Fitur ini merupakan kuis interaktif tentang kesehatan mental yang berfokus pada mitos maupun fakta seputar stigma kesehatan mental yang beredar di masyarakat. Setelah pengguna menjawab, mereka akan mendapat penjelasan yang meluruskan kesalahpahaman terkait stigma. Fitur ini bertujuan untuk memperluas pemahaman masyarakat terhadap kebenaran di balik stigma kesehatan mental yang umum terjadi. Dengan demikian, diharapkan kesalahpahaman dan stigma negatif dapat berkurang di kalangan masyarakat.

C. Journaling 

Pengguna dapat memanfaatkan fitur journaling untuk menyalurkan perasaan yang mereka alami. Terdapat dua bentuk fitur journaling yang tersedia: 

1) Audio Journaling Pengguna dapat meluapkan perasaan atau pikiran dengan berbicara melalui rekaman suara. Fitur ini dapat membantu pengguna melepaskan emosi secara pribadi tanpa melibatkan orang lain. 

2) Book Journaling Dengan fitur ini, pengguna dapat mengekspresikan perasaan maupun pikiran dengan mencatat dalam bentuk tulisan. Fitur ini membantu mereka menyalurkan emosi serta memvalidasi perasaan yang sedang dialami. Menurut Dr. James Pennebaker, journaling dapat menurunkan tingkat kecemasan (anxiety) dan depresi, serta dapat meningkatkan kualitas hubungan sosial. 

Adapun manfaat journaling yaitu membantu menjaga kesehatan mental, membantu pengguna lebih memahami diri sendiri, mengekspresikan perasaan, dan memperbaiki perasaan negatif. Fitur journaling pada platform ini sangat penting untuk membantu pengguna menghindari dampak negatif stres yang dialami. Data journaling akan disimpan secara aman dalam akun pengguna dan tidak dapat diakses oleh publik, sehingga privasi pengguna tetap terjaga.

D. Share My Journey 

Fitur ini memungkinkan pengguna untuk berbagi kisah dan pengalaman mereka terkait kesehatan mental, seperti perjuangan melawan stigma negatif di masyarakat atau pengalaman sembuh dari gangguan mental yang pernah dialami. Melalui fitur ini, pengguna dapat saling berkomentar dan memberi dukungan satu sama lain, sehingga tercipta rasa solidaritas dan motivasi. Dengan adanya interaksi ini, diharapkan pengidap masalah mental tidak merasa sendirian dan mendapatkan dukungan moral dari orang yang memahami situasi mereka.

E. Konsultasi Online Dengan adanya fitur konsultasi online ini, pengguna dapat berinteraksi secara langsung dengan psikolog melalui fitur chat atau video call untuk mendapatkan bantuan profesional secara real-time.

3. Manfaat dan Urgensi 

Platform edukasi MentalHomies memiliki manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan literasi kesehatan mental dan memberikan dukungan di masyarakat. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi depresi, gangguan emosi, dan gangguan mental berat di Indonesia berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Stigma yang keliru dalam kehidupan masyarakat terkait gangguan mental seringkali menghambat akses ke pelayanan kesehatan sehingga menyebabkan penanganan menjadi tidak tepat (Haryanti et al., 2024). Oleh karena itu, perlu adanya pencegahan dan penanganan yang baik untuk menurunkan risiko gangguan kesehatan mental di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa platform MentalHomies memiliki tingkat urgensi yang tinggi di Indonesia. Platform ini dapat berperan sebagai media edukasi yang efektif serta sebagai wadah dukungan masyarakat pengidap gangguan mental agar mereka merasa didukung dan dipahami.

4. Keunggulan MentalHomies 

MentalHomies memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan platform lain karena menawarkan konten yang lebih menarik dan interaktif. Fitur komik interaktif memungkinkan pengguna lebih mudah memahami edukasi yang disampaikan, sehingga secara efektif meningkatkan literasi kesehatan mental di masyarakat. Kuis interaktif yang tersedia juga dirancang agar pembelajaran tetap menarik dan menyenangkan, sehingga pengguna tidak merasa bosan. Fitur journaling yang disediakan platform ini unik karena tersedia dalam dua bentuk, yaitu audio journaling dan book journaling, yang dapat disesuaikan dengan preferensi pengguna. Terdapat juga fitur Share My Journey sebagai sarana membagikan kisah kesehatan mental kepada pengguna lain sekaligus sebagai sarana pendukung sesama. Selain itu, MentalHomies menyediakan fitur konsultasi online, di mana pengguna dapat terhubung dengan psikolog secara daring dan real-time, memberikan dukungan profesional secara cepat dan mudah. Berbasis website, MentalHomies mudah diakses melalui berbagai perangkat, sehingga fleksibel dan dapat diakses oleh lebih banyak orang. Keunggulan ini menjadikan MentalHomies platform yang komprehensif dan unggul dalam mendukung kesehatan mental masyarakat.

PENUTUP 

1. Kesimpulan 

MentalHomies adalah platform edukasi berbasis website yang interaktif dan dirancang untuk meningkatkan literasi kesehatan mental serta menyediakan dukungan bagi pengidap gangguan mental. Platform ini menawarkan berbagai fitur menarik untuk mendukung kesehatan mental, seperti komik edukasi interaktif, kuis mitos atau fakta terkait stigma, dan journaling, yang tersedia dalam bentuk audio maupun book journaling sesuai preferensi pengguna. Fitur Share My Journey memungkinkan pengguna membagikan kisah perjuangan mereka dalam menghadapi masalah kesehatan mental, sementara fitur konsultasi online menghubungkan pengguna dengan psikolog secara real-time untuk mendapatkan dukungan profesional. MentalHomies dapat diakses dengan mudah melalui berbagai perangkat, sehingga lebih fleksibel dan menjangkau lebih banyak orang. Diharapkan platform ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan mental serta membantu mengatasi masalah kesehatan mental yang ada. 

2. Rekomendasi 

Diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk memaksimalkan tujuan pengembangan MentalHomies. Selain memanfaatkan fitur yang tersedia, dukungan nyata dari orang terdekat juga sangat penting bagi pengidap gangguan kesehatan mental. Di samping itu, umpan balik dari pengguna menjadi kunci penting dalam proses penyempurnaan platform ini, sehingga MentalHomies dapat terus berkembang dan menjadi sarana edukasi serta dukungan yang lebih efektif bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA 

Anwar, F., & Julia, P. (2021). Analisis Strategi Pembinaan Kesehatan Mental oleh Guru Pengasuh Sekolah Berasrama di Aceh Besar Pada Masa Pandemi. Bimbingan Konseling, 7(1), 64-83. https://doi.org/10.22373/je.v6i2.10905 

Ayuwandira, C. D., & Suprapto, R. (2022). Perancangan Komik Interaktif untuk Memberikan Pemahaman Tentang Acute Stress Disorder di Lingkungan Keluarga. Desianpedia, 1(2), 73-78. 

Cpmh. (2020, September 29). Literasi Kesehatan Mental di Masyarakat: Apa Urgensinya? Center for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada. https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id/2020/09/29/literasi-kesehatan-mental-di- masyarakat-apa-urgensinya/ 

Direktorat Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan. (2022). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2022. Kementerian Kesehatan. 

Florensa, Hidayah, N., Sari, L., Yousrihatin, F., & Litaqia, W. (2023). Gambaran Kesehatan Mental Emosional Remaja. Kesehatan, 12(1), 112-117. 

Haryanti, A. N., Putra, M. B. S., Larasati, N., Khairunnisa, V. N., & Dewi A, L. D. (2024). Analisis Kondisi Kesehatan Mental di Indonesia dan Strategi Penanganannya. Student Research, 2(3), 28-40. https://doi.org/10.55606/srjyappi.v2i3.1219 

Kesyha, P., Tarigan, T. B., Wayoi, L., & Novita, E. (2024). Stigma Kesehatan Mental di Kalangan Mahasiswa. Journal on Education, 6(2), 13206-13220. 

Kutcher, S., Wei, Y., & Coniglio, C. (2016). Mental health literacy: Past, present, and future. Canadian Journal of Psychiatry, 61(3), 154-158. 

Lestarina, N. N. W. (2021). Pendampingan Remaja Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Mental Remaja di Desa Laban Gresik. PIKAT, 2(1), 1-6. 

Pennebaker, J. W. (1997). Opening up: The healing power of expressing emotions. Guilford Press. 

Rumah Sakit Universitas Indonesia. (n.d.). The art of journaling for mental health. https://rs.ui.ac.id/umum/berita-artikel/artikel-populer/the-art-of-journaling- for-mental-health 

Sunda, U. (2023, November 16). Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa Resmi Dideklarasikan. RM.ID. https://rm.id/baca- berita/humaniora/197325/kaukus-masyarakat-peduli-kesehatan-jiwa- resmi-dideklarasikan 

Suryaman, N. T., Wahjuningtijas, R., & Wulandari, W. (2024). Journaling Therapy Dalam Mengatasi Stres Guru Bimbingan dan Konseling SMK di Kabupaten Bogor. Mahasiswa BK An-Nur: Berbeda, Bermakna, Mulia, 10(1), 72-83. https://doi.org/10.31602/jmbkan 

Swawikanti, K. (2023, October 9). 8 manfaat journaling, cara kreatif untuk stabilkan kesehatan mental. Ruangguru. https://www.ruangguru.com/blog/manfaat-journaling 

Vitoasmara, K., Hidayah, F. V., Purnamasari, N. I., Aprillia, R. Y., & Dewi A, L. D. (2024). Gangguan Mental (Mental Disorders). Student Research, 2(3), 57-68. https://doi.org/10.55606/srjyappi.v2i3.1219 

Winurini, S. (2023). Penanganan Kesehatan Mental di Indonesia. Info Singkat, 15(20), 21-25.

_______________

Ditulis Oleh: Kerina Bakarudin

Mentalku: Digital Platform to Overcome Stress Problems in An Effort to Support Youth’s Mental Health

 Abstract 

The increasing prevalence of mental health disorders in Indonesia, especially among adolescents, calls for innovative solutions to address these issues. This paper introduces "Mentalku," a digital application designed to reduce stress and mental health problems, particularly those associated with excessive social media use. "Mentalku" provides features such as online counseling, discussion forums, mental health articles, tips and tricks for maintaining mental well-being, and mental health monitoring tools. The research adopts a qualitative descriptive approach, utilizing literature reviews and analyzing existing media applications to enhance mental health interventions. The study emphasizes the critical role of "Mentalku" in promoting healthier social media practices and providing easy access to mental health support. To ensure the successful implementation of the application, the involvement of various stakeholders including the Ministry of Health, mental health professionals, app developers, local communities, NGOs, and the general public is essential. Through collaborative efforts, "Mentalku" has the potential to be a vital tool in reducing mental health disorders among adolescents and supporting national mental health initiatives.

1. Introduction 1.

1. Research Background 

based on data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia (2021) there were around 19.7 million individuals in Indonesia who experienced mental health disorders, showing a significant increase from 14.7 million in 2020. Of that number, around 10.7 million people experienced anxiety disorders, 5.3 million experienced depression, and 1.8 million experienced bipolar disorder. The prevalence of anxiety disorders among adolescents reached 9.8%, while the prevalence of depressive disorders reached 8.5%. A survey conducted by the Health Research and Development Agency of the Ministry of Health in 2019 indicated that 25.4% of adolescents in Indonesia experienced mental health disorders [1]. Research by the University of Indonesia (2018) found that 69.3% of adolescents experience mental health disorders due to excessive use of social media, which is associated with stress, anxiety, depression, and feelings of loneliness [4].
Research by Putri et al. (2018) also identified that women are more susceptible to symptoms of depression due to social media use, especially when experiencing online harassment, lack of sleep, low self-esteem, and negative body image. Projections in 2024 show that the number of people with mental disorders in Indonesia will reach 3.24 million people, showing a significant increase from previous years. This increase is influenced by various factors, including social, economic, and environmental pressures [11].
In Lampung Province, mental health problems are also a serious issue. Data from the Lampung Provincial Health Office shows a high need for intervention for people with severe mental disorders (ODGJ) in various districts/cities [8]. The high suicide rate, such as the case of a student in Rajabasa, Bandar Lampung who was found hanging, reflects a critical mental health condition due to life pressures, economic difficulties, lack of social support, and stress that is not handled properly [7]. Barriers to access to mental health services, including limited facilities, social stigma, and lack of resources, also worsen this condition [2].
Until now, there have been no concrete policies or significant actions taken by the Lampung Provincial Government to adequately address these escalating mental health issues. Therefore, there is an urgent need for more targeted and strategic interventions that can effectively mitigate the problem. The "Mentalku" application emerges as an innovative and practical solution to help alleviate stress, particularly among teenagers, and plays a crucial role in the larger framework of efforts to address mental health concerns across Lampung Province.

1.2. Problem Formulation 

1) What is the best practice in reduce mental health cases in adolescents? 

2) How do mental health apps reduce mental health cases in adolescents? 

1.3. Research Objective 

1) To find the best practices in preventing mental health cases in adolescents. 

2) To find out how mental health applications can reduce the prevention of mental health cases in adolescents


2. Material and Methods

The type of research method used in this paper is qualitative descriptive research method. This method is often used in qualitative research, especially for descriptive studies. This kind of approach is widely applied in the field of Social Phenomenology. This research also utilizes the library study method, which is an approach that involves collecting data from various written sources. The data is obtained through the process of reading, recording, and processing relevant research materials. The data sources used include academic journals, textbooks, websites, scientific articles, and other literature related to mental health issues. In addition, in this writing, an analysis of various media applications that have the potential to be developed as partners in developing applications that focus on mental health is carried out. 

The steps taken include data collection, data processing, to compiling a concept that integrates all findings into a coherent whole. Furthermore, an analysis of the research results that have been obtained is carried out, focusing on adolescents as the community that is the target user of the application.

3. Result and Discussion 

The "Mentalku" application is designed to address the rising prevalence of stress, particularly linked to the excessive use of social media among the general public, with a specific focus on teenagers and the younger generation. As a technological solution, "Mentalku" is tailored to help manage and reduce stress levels, offering an accessible platform for mental health support. The goal of this application is to provide users with a digital tool that allows them to seek mental health assistance quickly and easily, while also promoting more balanced and responsible social media usage. Through its features, "Mentalku" aims to empower individuals to adopt healthier habits and better cope with the emotional challenges posed by the digital world.

3.1. Features of Mentalku

The "Mentalku" application is equipped with superior features that are easy to use. These superior features are as follows: 

1) Home Home is the main page of the "Mentalku" application which contains a list of other features and is equipped with a homepage. 

2) Online Counseling Services This application can offer online counseling services with trained and certified mental health experts. Users can make appointments with counselors and conduct counseling sessions online through the application. 

3) Discussion Forum This application can provide a discussion forum for users to talk to other users who are experiencing similar mental health problems. Users can share experiences, provide support, and get advice from other users. 

4) Mental Health Articles This application can offer articles about mental health and related problems, such as anxiety, depression, and stress. These articles can help users gain a better understanding of their condition and get advice on how to manage their mental health. 

5) Tips and Tricks This application can provide tips and tricks on how to maintain mental health, such as meditation, relaxation, exercise, and adequate sleep. Users can use these tips and tricks to improve their mental health. 

6) Emotional and Psychological Support This application can offer emotional and psychological support from mental health experts and other users. Users can get the support they need from people who understand and care about their condition. 

7) Education Education is a feature used by users of the "Mentalku" application to learn about what mental health is, its various categories, symptoms, causes, and how to treat it. 

8) Meditation The meditation feature in the Mentalku application is designed to help users relax, improve focus, and maintain mental health. In the Mentalku application, it facilitates users in terms of mediation, namely Relaxation with music is one effective way to calm the mind and body. 

3.2. Work Mechanism 

The Mentalku application is designed to be accessible to all levels of society, especially teenagers, with the main goal of supporting their mental health. This application offers an easily accessible and interactive approach, so that users can experience a comfortable and effective experience in maintaining mental well-being. To be able to utilize the features available in the Mentalku application, users need to register first via the sign-up menu. After registration, they will get full access to the various services provided. A more detailed explanation of how the Mentalku application works as a whole can be seen in the following scheme:

Users who have registered on the "Mentalku" application can take advantage of the various superior features offered. Users can access online counseling services with certified mental health experts to conduct virtual counseling sessions. In addition, there is a discussion forum where users can share experiences and get support from fellow users who are experiencing similar mental health problems. Users can also read the mental health articles provided, which discuss related problems such as stress, anxiety, and depression. Other features include tips and tricks for maintaining mental health, such as meditation, exercise, and getting enough sleep. This application is also equipped with mental health monitoring features such as mood trackers and mental health journals, which help users monitor their condition. For users who need further education, there is educational material about mental health, symptoms, and how to handle it. The "Mentalku" application also offers emotional support from counselors and fellow users, so that users get comprehensive support. 

3.3. Implementation Strategy 

1) Preparation Stage This stage is the stage for collecting information, observation, and cooperation with related parties and preparing facilities and infrastructure. 

2) Design Stage At this stage, the "Mentalku" application is designed and realized by related parties with various superior features that are easy to use. 

3) Trial Stage. The trial aims to ensure that the "Mentalku" application can work as expected. 

4) Socialization Stage This socialization is carried out by providing instructions for use and how the "Mentalku" application works and introducing the features it has. 

5) Monitoring and Evaluation Stage The monitoring stage aims to review the obstacles that occur when operating the "Mentalku" application.

3.4. Parties Involved 

In implementing this idea, a collective effort is needed from various parties in a synergistic and comprehensive manner. The parties involved in the implementation of the "Mentalku" application are: 

1) Ministry of Health Monitoring and evaluating the implementation of the "Mentalku" application and conducting socialization to psychologists, the general public and other parties. 

2) Application Developer The party responsible for creating the application, starting from planning, design, development, testing, and launching the application. Preparation Design Trial Socialization Monitoring 

3) Mental Health and Psychologist Team The party responsible for providing information and support to application users who need help in maintaining their mental health and as a partner to make it easier for users to consult regarding their mental health conditions. 

4) Marketing Team The party in charge of promoting the application so that it can be known andused by the public. 

5) Health Service Providers Parties tasked with providing mental health support and care to application users who need more intensive assistance. 

6) Local Communities and Non- Governmental Organizations (NGOs) Local communities and Non- Governmental Organizations play a role in promoting the "Mentalku" application through mental health education and campaigns, expanding the application's reach, and supporting stress reduction in the community 

7) The Community Plays an active role in developing the "Mentalku" application by becoming active users and promoting the "Mentalku" application to other communities. 

4. Conclusion 

"Mentalku" is an innovative digital solution designed to reduce stress and mental health issues, particularly among teenagers affected by excessive social media use. With features such as online counseling, discussion forums, and mental health monitoring, the app provides easily accessible support and promotes healthier social media habits. To ensure successful implementation, it is crucial for the government to integrate and support this app within the national mental health programs, while developers should focus on improving features and being responsive to users' needs. Local communities and NGOs should increase promotion and education about the app and mental health, while society is encouraged to actively utilize the app and contribute to creating a supportive environment for mental well- being.

5. Acknowledgment 

The author would like to express his deepest gratitude to Intan Fitri Meutia, S.A.N., M.A., Ph.D, as the supervisor in conducting this research, especially for her patience, enthusiasm, and criticism that were beneficial to this research. We dedicate this research entirely to the advancement of education in Indonesia and the development of social ideas in reducing the number of cases of adolescent mental health. Nothing is more important to the author in completing this project than the people who played a major role in this work. Therefore, the author would like to thank all parties who have contributed and been involved in the preparation of this work.

6. Reference 

[1] Ayuningtyas, D., & Rayhani, M. (2018). Analisis situasi kesehatan mental pada masyarakat di Indonesia dan strategi penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1), 1-10. 

[2] BPS Provinsi Lampung (2024). 66,06 Persen Penduduk Tidak Melakukan Rawat Jalan Meskipun Mengalami Keluhan Kesehatan. Diakses pada 21 Agustus 2024 dari https://lampung.bps.go.id/n ews/2024/03/21/284/66- 06-persen-penduduk-tidak- melakukan-rawat-jalan- meskipun-mengalami- keluhan-kesehatan.html 

[3] Detik Sumbagsel (2024). Marak Aksi Bunuh Diri di Lampung, Ini Kata Psikolog. Diakses pada 21 Agustus 2024 dari https://www.detik.com/sum bagsel/berita/d- 7456700/marak-aksi- bunuh-diri-di-lampung-ini- kata-psikolog 

[4] Fauziyyah, R., Awinda, R. C., & Besral, B. (2021). Dampak pembelajaran jarak jauh terhadap tingkat stres dan kecemasan mahasiswa selama pandemi COVID- 19. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan, 1(2), 113-123. 

[5] Goma, E. I. (2021). Dampak Covid-19 terhadap isu kependudukan di Indonesia. Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, 5(1), 33-42. Ivey, J. (2020). Mental Health Screening for Children and Adolescents. Pediatric Nursing, 46(1). 

[6] Kompas.id (2024). Kasus Bunuh Diri “Alarm” urgensi Mengatasi Problem Kesehatan Mental. Diakses pada 21 Agustus 2024 dari https://www.kompas.id/bac a/riset/2024/03/14/kasus- bunuh-diri-alarm-urgensi- mengatasi-problem-kesehatan-mental 

[7] Kupastuntas.co (2024). Kasus Bunuh Diri Lagi, Mahasiswa Ditemukan Tewas Gantung Diri di Gubuk Rajabasa. Diakses pada 21 Agustus 2024 dari https://kupastuntas.co/202 4/07/28/kasus-bunuh-diri-lagi-mahasiswa-ditemukan-tewas-gantung-diri-di-gubuk-rajabasa 

[8] Lampung Open Data (2024). Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat Kabupaten/Kota Se- Provinsi Lampung Tahun 2022. Diakses pada 21 Agustus 2024 dari https://opendata.lampungp rov.go.id/dataset/pelayana n-kesehatan-orang- dengan-gangguan-jiwa- odgj-berat-kabupatenkota- seprovinsi-lampung-tahun- 2022 

[9] MBP, R. L., & Saputra, W. T. (2020). Penggunaan media sosial sehat untuk mencegah gangguan mental. IKRA-ITH ABDIMAS, 3(3), 189-197. 

[10] Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A. S. (2015). Kesehatan mental masyarakat Indonesia (pengetahuan, dan keterbukaan masyarakat terhadap gangguan kesehatan mental). Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2). 

[11] umm.ac.id (2024). Kasus Mental Health Meningkat, Dosen UMM Jelaskan Penyebab dan Solusinya. Diakses pada 21 Agustus 2024 dari https://www.umm.ac.id/id/b erita/kasus-mental-health- meningkat-dosen-umm- jelaskan-penyebab-dan- solusinya.html 

[12] Yunanto, T. A. R. (2019). Perlukah kesehatan mental remaja? Menyelisik peranan regulasi emosi dan dukungan sosial teman sebaya dalam diri remaja. Jurnal Ilmu Perilaku, 2(2), 75-88. 

[13] Yunita, Y. (2019). Gambaran kesehatan mental siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Palembang tahun 2018. Jurnal Ilmiah P2M STKIP Siliwangi, 6(2), 223-230.


______

Ditulis Oleh

Muhammad Shafwan Assalam Sofia Tasya Ade Kurnia Febiyona Karinsa Muhammad Abdul Fattah Al Haffizh

Postingan Populer