PENGUKURAN MUTU SAYUR SEGAR SELAMA
PENYIMPANAN
Lauranty Forina*, Diah Pangastuti Rahayu, Nur Hanifa, Rafid
Leo Pratama
Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Unversitas Lampung
*Email
korespondensi : laurantyforina@gmail.com
ABSTRAK
Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan tanaman jenis sayur-sayuran dari
keluarga Brassicaceae yang berasal dari China. Sayuran pakcoy merupakan sayuran
yang mudah rusak jika tidak disimpan dalam keadaan yang tepat. Teknik
penyimpanan pakcoy menggunakan kemasan dan suhu dingin diharapkan mampu
memperpanjang masa simpan dan menghambat penurunan mutu sayur. Praktikum ini
bertujuan untuk menentukan indikator mutu sayuran selama penyimpanan meliputi
dimensi, volume, kekerasan, dan warna, serta mengetahui teknik penyimpanan
sayur segar terbaik. Berat jenis geometri dan archimedes cenderung mengalami
penurunan saat penyimpanan. Kekerasan sayur semakin lama penyimpanan semakin
menurun. Pada sayur yang diberi perlakuan kemasan sterofoam dan plastik pada
suhu dingin baru mengalami penurunan kekerasan pada hari ke-4. Indikator RGB
atau penentuan warna pada sayur pakcoy cenderung naik pada setiap perlakuan.
Penyimpanan sayur pakcoy dengan kemasan sterfoam dan plastik pada suhu dingin
merupakan perlakuan yang terbaik.
Kata
kunci : kemasan, pakcoy, penyimpanan, suhu
PENDAHULUAN
Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan tanaman jenis sayur-sayuran dari
keluarga Brassicaceae yang berasal dari China yang kemudian dikembangkan secara
luas di Filipina, Malaysia, Thailand, dan masuk ke Indonesia pada abad ke-19. Pakcoy
memiliki tangkai daun berwarna putih atau hijau muda dan daun berwarna hijau
tua menyerupai sendok. Oleh karena bentuknya yang menyerupai sendok, pakcoy
sering disebut juga sebagai sawi sendok (Yogiandre et al., 2011). Pakcoy memiliki kandungan protein, lemak,
karbohidrat, vitamin A, B, C, E, K, mineral Ca, P, dan Fe. yang sangat baik
untuk kesehatan. Kandungan gizi yang ada pada pakcoy dapat mencegah anemia,
menangkal hipertensi, penyakit jantung, dan mengurangi resiko kanker (Pracaya
dan Kartika, 2016).
Sayuran pakcoy merupakan sayuran yang
mudah rusak jika tidak disimpan dalam keadaan yang tepat. Pakcoy yang segar
memiliki daun hijau segar dan batang yang kokoh atau tegar. Penurunan mutu atau
munculnya kerusakan selama penyimpan ditandai dengan adanya perubahan warna
daun menjadi kuning, layu, batang yang melunak, dan pembusukan. Umur simpan sayuran
daun hijau segar termasuk pakcoy jika disimpan pada suhu ruang umumnya hanya
1-2 hari. Penyimpanan tanpa kemasan dan diletakkan pada suhu ruang akan
menyebabkan kerusakan yang semakin cepat, sedangkan penyimpanan suhu dingin
akan memperpanjang umur simpan sayur, namun jika tanpa dikemas juga akan
menyebabkan sayuran mudah layu dan menguning (Harnanik, 2018).
Sayuran hijau yang dikemas dalam
kemasan plastik yang dilapisi kertas dan disimpan pada suhu kulkas memiliki
umur simpan selama satu minggu. Penyimpanan dingin dapat menekan kegiatan enzim
(Nazaruddin, 2003) dan menghambat laju respirasi (Nofriati dan Oelviani, 2017).
Pengemasan pada sayuran segar dapat mengurangi kehilangan air yang menyebabkan
penurunan berat, layu, dan kisutnya sayur. Pengemasan akan menghambat proses
respirasi, transpirasi, dan serangan mikroorganisme (Muchtadi, 2000). Oleh
karena itu teknik penyimpanan pakcoy menggunakan kemasan dan suhu dingin
diharapkan mampu memperpanjang masa simpan dan menghambat penurunan mutu yang
terjadi, sehingga pada praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
indikator mutu sayuran selama penyimpanan meliputi dimensi, volume, kekerasan,
dan warna, serta mengetahui teknik penyimpanan sayur segar terbaik.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan pada penelitian ini yaitu sayur pakcoy. Alat yang digunakan pada
penelitian ini yaitu penggaris, timbangan digital, gelas ukur/baskom, kamera
ponsel, laptop (aplikasi image processing), Kemasan sterofoam, plastic wrap,
plastic bening, kanting kertas/ koran.
Metode Penelitian
Prosedur
pelaksanaan praktikum ini dapat dilihat pada
diagram alir sebagai berikut.
Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Praktikum Pengukuran
Mutu Sayur Segar Selama Penyimpanan
Pakcoy
di bersihkan kemudian di kemas sesuai dengan perlakuan (tanpa kemasan, kertas,
dan wrap) dan disimpan pada suhu ruang serta suhu dingin. Selanjutnya dilakukan
pengukuran berat jenis dengan metode geometrik dan archimides serta pengukuran
kekerasan dan tingkat warna. Pengujian
ini dilakukan setiap hari selama 5 hari dan diamati perubahan yang terjadi
selama penyimpanan.
Metode Pengukuran
a. Mengukur berat jenis
berdasarkan pendekatan volume geometrik bahan
sayur paakcoy di asumsikan sebagai
bentuk tabung, kemudian dimensi sayur diukur menggunakan penggaris yang
meliputi diameter dan tinggi sayur sebagai penghitungan volume pendekatan dalam
bentuk tabung. Selanjutnya di catat volumenya
dan dihitung berat jenis dengan rumus berikut.
b. Mengukur berat jenis dengan
metode Archimedes
Air dimasukkan kedalam teko ukur
kemudian dicatat volume air dicatat sebagai nilai x1. Selanjutnya pakcoy
dimasukkan kedalam teko berisi air tesebut dan kemudian di catat volumenya kedua sebagai nilai x2. Selanjutnya dihitung dengan rumus berikut.
Setelah diperoleh volume sayur dihitung berat jenis sayur
dengan rumus berikut.
c. Pengukuran kekerasan
Sayur pakcoy diberi tanda
menggunakan label atau spidol. Kemudian bagian yang diberi tanda. Kemudian
diuji tingkat kekerasan setiap harii dengan menekan sayur pada tanda yang
ditetapkan. Hasil di beri skor penilaian1-5 secara sensoris (sangat
lembek-sangat keras) kemudian dibuat grafik waktu penyimpanan vs nilai tekstur
d. Pengukuran Warna
Sayur
dikondisikan pada pencahayaan yang baik kemudian diambil gambar nya tahapan ini
dilakaukan setiapharinya dan dipilih warna dengan color picker photoshop
sehingga terbaca nilai R, G,B, nilai tesebut kemudian diplotkan dalam bentuk grafik.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan Berat Jenis,
Kenampakan dan Warna
Hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum
ini disajikan dalam grafik sebagai berikut .
Gambar 2. Grafik Berat Jenis Sayur dengan ametode Geometri
Gambar 3
. Grafik Berat Jenis dengan Metode
archimedes
Gambar 3. Grafik Tingkat Kekerasan
Sayur
Gambar 4. Nilai RGB Sayur Tanpa
kemasan di Suhu Ruang
Gambar 5. Nilai RGB Sayur Tanpa
kemasan di Suhu Dingin
Gambar 6. Nilai RGB Sayur kemasan
sterofoam dan plastic wrap di Suhu Ruang
Gambar 7. Nilai RGB Sayur kemasan
sterofoam dan plastic wrap di Suhu Ruang
Gambar 8. Nilai RGB Sayur kemasan
Kertas di Suhu Ruang
Gambar 9. Nilai RGB Sayur kemasan
Kertas di Suhu Dingin
Kondisi penyimpan sangat berpengaruh
terhadap masa simpan sayuran pakcoy. Pakcoy yang telah dipanen masih
melangsungkan proses metabolisme. Salah satu cara untuk menghambat laju
metabolisme pakcoy adalah penyimpanan pada suhu rendah. Suhu adalah faktor
sangat penting yang paling berpengaruh terhadap laju kemunduran dari komoditi
pascapanen. Setiap peningkatan 10°C laju kemunduran meningkat dua sampai tiga
kali. Komoditi yang dihadapkan pada suhu yang tidak sesuai dengan suhu
penyimpanan optimal, menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan fisiologis. Suhu
juga berpengaruh terhadap peningkatan produksi etilen, penurunan O2 dan
peningkatan CO2 yang berakibat tidak baik terhadap komoditi (Imamah, 2016)
Berdasarkan hasil pengamatan bj
geometri dan bj archimedes dengan perlakuan tanpa kemasan , sterofoam + plastik
dan kertas yang disimpan pada suhu ruang dan suhu dinggin selama 5 hari . Hasil
yang didapat yaitu pada perlakuan penyimpanan mengunakan kertas nilai bj
geometri pada pengamatan hari pertama yaitu 82,1 kg/m3 dengan bobot awal yaitu 99 g dan
mengalami penurunan hingga hari kelima dengan nilai bj geometri yaitu sebesar
64,69 kg/m3 dengan bobot
akhir yaitu 78 g . Nilai bj archimedes pada perlakuan penyimpanan mengunakan
kertas pada pengamatan hari pertama yaitu 198 kg/m3 dan mengalami
penurunan hingga hari kelima dengan nilai bj archimedes yaitu sebesar 156 kg/m3.
Berdasarkan nilai yang didapat dapat dilihat bahwa nilai bj archimedes lebih
besar daripada nilai bj geometri . Berdasarkan gambaran tersebut terlihat bahwa
semakin lama penyimpanan cenderung memiliki berat jenis lebih kecil . Perbedaan
berat jenis diduga karena struktur sayuran pakcoy yang mengalami penurunan
seperti mengkerut yang menyebabkan terjadi penyusutan sayuran pakcoy
dikarenakan terdapat rongga udara yang dapat mempengaruhi berat jenis sayuran
pakcoy (natvaratat , 1987)
Perlakuan
Pakcoy Tanpa Kemasan
Berdasarkan
pengamatan visual pada pengamatan pakcoy tanpa kemasan dengan suhu ruang dari
hari pertama hingga hari kelima, menunjukkan penurunan mutu yang signifikan,
terutama dari segi warna. Hasil yang
didapatkan berdasarkan pengukuran intensitas cahaya RGB menunjukkan bahwa
perlakuan kemasan memberikan efek perubahan warna yang cepat. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesegaran buah dan sayur dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu faktor
prapanen seperti genetik, iklim, budidaya; faktor fisiologi seperti respirasi,
kelayuan, kematangan; dan faktor pascapanen seperti suhu, kelembaban, komposisi
udara, cahaya, dan tekanan lain (Harnanik, 2018).
Pada
pengamatan kekerasan, hasil yang didapatkan juga menunjukkan perubahan yang
signifikan dari hari pertama hingga hari kelima pengamatan. Hasil yang
didapatkan berdasarkan pengecekan bagian-bagian tertentu menunjukkan bahwa
terdapat pelunakan setiap harinya yang terjadi dalam waktu cepat. Kondisi
perlakuan yang diberikan, yaitu tanpa kemasan, memberikan dampak kelayuan yang
cepat, dan diikuti dengan perubahan intensitas cahaya yang mulai menguning. Dua
hal ini dapat terjadi akibat adanya aktivitas kehilangan air akibat proses
evaporasi dan proses metabolisme yang terjadi secara cepat karena adanya jumlah
oksigen yang cukup serta kondisi suhu yang mendukung (Harnanik, 2018).
Pada
pakcoy tanpa kemasan dalam suhu dingin, hasilnya berbeda dengan yang ada pada
perlakuan suhu ruang. Terjadi penurunan mutu pada perlakuan suhu dingin ini
ditinjau dari segi kekerasan dan warna produk, namun dengan intensitas yang
lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan suhu ruang. Hal ini membuat kondisi
sayuran pakcoy pada suhu ini lebih baik dibandingkan dengan yang diletakkan di
suhu ruang. Hal ini terjadi karena pada suhu dingin kandungan uap air yang
keluar dari bahan lebih sedikit akibat terkurungnya air akibat penyempitan pori-pori
tumbuhan. Aktivitas inilah yang akan membuat permeabilitasnya jadi lebih kecil
(Mareta dan Nur, 2011).
Perlakuan
Pakcoy dengan Perlakuan Pengemasan Kertas
Pada
pakcoy yang diberi perlakuan pengemasan kertas, juga menunjukkan perubahan
signifikan pada warna pakcoy dari hari pertama hingga hari kelima. Sama seperti
perlakuan sebelumnya, data-data diperoleh dari pengamatan intensitas RGB pada
warna.Hasil yang didaparkan akan berbeda tergantung pada suhu yang dipakai.
Pada pengemasan kertas suhu ruang, menunjukkan hasil sayuran yang mulai
mengalami penguningan pada hari ke-3 sampai hari ke-5. Hasil pada pengemasan
kertas ini memberikan hasil yang sama baiknya dalam pengawetan, namun pada
intensitas cahaya biru pada RGB, mengalami penurunan di hari ke-5. Hal ini
disebabkan karena kondisi daun yang kuning pada hari ke-5 setelah dicek
intensitas RGB-nya, sehingga mengakibatkan intensitas cahaya birunya berkurang.
Faktor transfer karbondioksida, oksigen, dan uap air mempengaruhi kelembaban
pada sayuran, dan yang akhirnya mengarah pada perubahan warna (Waryat dan
Handayani, 2020).
Pada
pengamatan kekerasan di suhu ruang, hasilnya menunjukkan adanya penurunan
secara signifikan, mulai dari hari ke-3 sampai hari ke-5 yang ditandai dengan
pelunakan hingga pembusukan pada daun. Ditinjau dari kekerasan, didapatkan
hasil penurunan yang sama pada progres selama 5 hari pada kondisi tanpa
pengemasan suhu ruang. Hal ini disebabkan karena adanya celah yang
mengakibatkan terjadinya transfer karbondioksida, air, dan oksigen. Proses
pelunakan atau pelayuan pada komoditas sayuran ditandai dengan adanya
peningkatan respirasi terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan penurunan
respirasi yang berakibat pada pengeringan (Lamona et al, 2015).
Pada
pengamatan warna pada perlakuan suhu dingin, menunjukkan hasil yang tidak
mengalami penguningan, namun tetap mengalami kenaikan dan sempat mengalami
penurunan pada intensitas RGB pakcoy setelah diobservasi selama 5 hari. Hal ini
dapat terjadi akibat kesalahan dalam menginput data yang RGB akibat intensitas
warna yang berbeda pada titik yang berbeda. Hal ini terjadi karena adanya
penghambatan permeabilitas uap air pada bahan (Lamona et al, 2015).
Pengamatan
kekerasan pada suhu dingin, menunjukkan penurunan yang signifikan. Penurunan
kekerasan mulai terjadi pada hari ke-3, dan mulai konstan hingga hari ke-5. Hal
ini menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan dengan kertas pada suhu dingin
lebih baik dibandingkan dengan pengemasan styrofoam pada suhu ruang. Ini dapat
terjadi karena pengemasan mampu menghalangi permeabilitas bahan pertanian
(Agustia et al, 2016).
Perlakuan
Pakcoy dengan Perlakuan Pengemasan Styrofoam + Plastik
Pada
pakcoy yang diberi perlakuan pengemasan styrofoam, memberitahukan perubahan
pada warna pakcoy dari hari pertama hingga hari kelima. Sama seperti perlakuan
sebelumnya, data-data diperoleh dari pengamatan intensitas RGB pada warna. Pada
pengemasan kertas suhu ruang, menunjukkan hasil sayuran yang mulai mengalami
penurunan pada hari ke-3 sampai hari ke-5, walaupun tidak begitu signifikan.
Hasil pada pengemasan styrofoam + plastik ini memberikan hasil yang baik
dibandingkan dengan perlakuan lain dalam perlakuan suhu ruang. Hal ini
disebabkan karena plastik menghambat transfer karbondioksida, oksigen, dan uap
air mempengaruhi warna pada sayuran
(Waryat dan Handayani, 2020).
Pada
pengamatan kekerasan di suhu ruang, hasilnya menunjukkan adanya penurunan secara
signifikan dihari ke-4 dan mulai konstan sampai hari ke-5 yang ditandai dengan
pelunakan pada daun. Ditinjau dari kekerasan, didapatkan hasil penurunan yang
sama pada progres selama 5 hari pada kondisi tanpa pengemasan suhu ruang. Hal
ini diakibatkan karena adanya celah yang mengakibatkan terjadinya transfer
karbondioksida, air, dan oksigen. Proses pelunakan atau pelayuan pada komoditas
sayuran ditandai dengan adanya peningkatan respirasi terlebih dahulu, kemudian
diikuti dengan penurunan respirasi yang berakibat pada pengeringan (Lamona et al, 2015).
Pada
pengamatan warna pada perlakuan suhu dingin, menunjukkan hasil yang tidak
mengalami penguningan, namun tetap mengalami kenaikan pada intensitas RGB
pakcoy setelah diobservasi selama Hal ini terjadi karena adanya penghambatan
permeabilitas uap air pada bahan (Lamona et
al, 2015). Untuk pengamatan kekerasan pada suhu dingin, menunjukkan
penurunan yang signifikan. Penurunan kekerasan mulai terjadi pada hari ke-4,
dan mulai konstan hingga hari ke-5. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
penyimpanan dengan kertas pada suhu dingin lebih baik dibandingkan dengan
pengemasan styrofoam pada suhu ruang. Ini dapat terjadi karena pengemasan mampu
menghalangi permeabilitas bahan pertanian (Agustia et al, 2016).
Kelemahan
dan Kelebihan Pengukuran Secara Destruktif
Praktikum
ini menggunakan perbandingan massa jenis secara archimedes dan geometri dalam
progres pengamatan yang dilakukan selama lima hari. Densitas produk pakcoy
perlu diukur untuk mengetahui pengaruh perlakuan suhu dan kemasan terhadap
berat dan dimensi sayuran secara keseluruhan. Densitas perlu diperhatikan
karena memegang peranan penting pada bahan pertanian yang khususnya bersifat
curah, dan berukuran kecil. Kelebihan dari metode secara destruktif seperti
pengukuran densitas ini adalah mampu mengukur massa jenis bahan pangan yang
kepadatan bahan yang berpori-pori, dengan melakukan metode perpindahan air
(Ciptaningtyas dan Suhardiyanto, 2016).
Pada
varietas pakcoy yang diamati terdapat berbagai perbedaan dalam pengukuran. Pada
perhitungan massa jenis secara archimedes atau geometri yang dilakukan pada
perhitungan ini mendapatkan banyak kendala. Pada hasil data pengemasan kertas,
mendapatkan hasil berat jenis archimedes dan geometri relatif lebih kecil dibandingkan
dengan hasil perhitungan perlakuan lain. Hal ini mungkin dapat terjadi pada
kesalahan kalkulasi atau human error.
Selain itu, perbedaan pada hasil yang diperoleh juga dipengaruhi oleh asumsi
pengukuran bentuk, seperti kerucut, tabung dan sebagainya. Ini merupakan suatu
kendala yang dapat mengakibatkan penyimpangan data yang kemudian memicu
terjadinya salah perhitungan.
Pengukuran
secara destruktif seperti mengukur berat jenis berdasarkan metode archimedes
dan metode geometri ini melibatkan perhitungan volume dan massa bahan. Setelah
dilakukan perhitungan, didapatkan hasil bahwa rata-rata pakcoy memiliki berat
jenis antara 80-800 kg/m-3. Perbedaan berat jenis yang jauh ini dapat
disebabkan oleh masalah kepadatan bahan. Masalah yang sering muncul pada
pengukuran volume dan massa jenis adalah kepadatan bahan (Ciptaningtyas dan
Suhardyant0, 2016). Selain itu, faktor lain yang membuat terjadinya perbedaan
yang cukup jauh adalah dimensi sayuran antar perlakuan yang berbeda. Diketahui
pada sayuran pakcoy perlakuan tanpa kemasan dan kemasan styrofoam dibentuk
berimpitan hingga membentuk seperti tabung, sedangkan pada perlakuan kemasan
kertas hanya menggunakan satu sayuran per perlakuan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan praktikum ini Berat jenis pada metode geometri
dan archimedes cenderung mengalami penurunan saat penyimpanan. Metode archimides lebih akurat dibandingkan metode
geometri hal ini disebabkan pengukuran pada geometri menggunakan pendekatan
terkait bentuk sayur yang menyerupai tabung namun belumdapat dipastikan bahwa
ukuran tersebut tepat. Kekerasan sayur semakin lama penyimpanan
semakin menurun pada setiap perlakuan.
Indikator RGB atau penentuan warna pada sayur pakcoy cenderung naik pada setiap
perlakuan. Penyimpanan sayur pakcoy dengan kemasan sterfoam dan plastik pada
suhu dingin merupakan perlakuan yang terbaik. Hal
ini ditunjukkan sayur yang diberi perlakuan kemasan sterofoam
dan plastik pada suhu dingin baru mengalami penurunan kekerasan pada hari ke-4.
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, N., Agustina,
R., dan Ratna. 2016. Pengaruh Kemasan Plastik dan Suhu
Penyimpanan Terhadap
Masa Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 1 (1) : 977- 984.
Ciptaningtyas, D., dan
Suhardiyanto. 2016. Sifat Thermo-Fisik Arang Sekam. Jurnal Teknatan. 10
(2) : 1-6.
Harnanik,
S. 2018. Kajian Perubahan Karakteristik Mutu Sawi Segar Selama Penyimpanan dengan Pencucian Air Berozon
pada Suhu dan Kemasan Berbeda. Prosiding Seminar Nasional I Hasil
Litbangyasa Industri. ISSN 2654-8550:
74-82.
Imamah, N., Hasbullah, R., dan Nugroho, L.P.E. 2016 Model
Arrhenius untuk Pendugaan Laju
Respirasi Brokoli Terolah Minimal. Jurnal
Keteknikan Pertanian.4(1)
:
25-30.
Keriting Segar. JTEP
Jurnal Keteknikan Pertanian. 3(2) : 145-152.
Lamona, A., Purwanto,
Y., dan Sutrisno. 2015. Pengaruh Jenis Kemasan dan Penyimpanan Suhu Rendah Terhadap Perubahan Kualitas Cabai Merah
Keriting Segar. JTEP Jurnal Keteknikan Pertanian. 3(2)
: 145-152.
Mareta, T., D., Nur, S.
2011. Pengemasan Produk Sayuran dengan Bahan Kemas
Plastik pada Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu Dingin. Mediagro. 7 (1) :
26-40.
Muchtadi,
T. R. 2000. Sayur-Sayuran Sumber Serat
dan Antioksidan : Mencegah Penyakit
Degeneratif. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. FATETA. IPB, Bogor.
Natvarathat, T .1987.Spesifik gravity
and weight loss of chanee , monthong and kanyou
durian harvestted at different stages of maturity . ASEAN Food Handling Bureau.
Malaysia
Nazaruddin.
2003. Budidaya dan Pengaturan Panen
Sayuran Dataran Rendah. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Nofriati,
D. dan Oelviani, R. 2017. Kajian
Teknologi Pascapanen Sawi (Brassica j uncea
L.) dalam Upaya Mengurangi Kerusakan dan Mengoptimalkan Hasil Pemanfaatan Pekarangan. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Jambi.
Pracaya
dan Kartika, J. K. 2016. Bertanam 8
Sayuran Organik. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Waryat, dan Handayani, Y. 2020. Implementasi Jenis Kemasan
Untuk Memperpanjang Umur Simpan Sayuran Pakcoy. Jurnal Ilmiah Respati. 11 (1) :33-45.
Yogiandre,
R., Irawan. W., Laras. M., Cantika. F.,
Naomi. C., Pratama.D., Rahendianto.R.,
Cholidah.S.N., dan Rahayu, E. 2011. Komoditas
Pakcoy Organik. Laporan Praktikum. Program Studi Agribisnis. Universitas Padjadjaran.
LAMPIRAN
Tabel 1. Gambar Pengamatan
Hari ke- |
penyimpanan |
Pengemasan |
||
Kontrol (tanpa
kemasan) |
Kertas |
Wrap dan sterofoam |
||
1 |
Ruang |
|
|
|
Dingin |
|
|
|
|
2 |
Ruang |
|
|
|
Dingin |
|
|
|
|
3 |
Ruang |
|
|
|
Dingin |
|
|
|
|
4 |
Ruang |
|
|
|
Dingin |
|
|
|
|
5 |
Ruang |
|
|
|
Dingin |
|
|
|
Tabel. 2 Pembagian Tugas
Nama |
Tugas |
Diah Pangastuti Rahayu |
Praktikum pengemasan Wrap, metodologi, kesimpulan,
lampiran, menyatukan dan mengedit |
Lauranty Forina |
Praktikum tanpa pengemasan, membuat halaman judul,
abstrak, pendahuluan |
Nur Hanifa |
Mengumpulkan data, membuat pembahasan berat jenis |
Rafid Leo Pratama |
Praktikum pengemasan kertas, membuat pembahasan
tingkat kecerahan warna dan kekerasan/tekstur |
No |
Perlakuan Pengemasan |
Hari
ke 1p
|
||||||||
Berat |
volume |
BJ geo ( kg / m3 ) |
BJ archi (kg / m 3 ) |
kekerasan |
warna |
keterangan over all |
||||
R |
G |
B |
||||||||
1 |
Penyimpanan suhu ruang |
|||||||||
a |
tanpa kemasan |
100 g |
150 m3 |
216.65 |
666.67 |
5 |
143 |
160 |
106 |
segar , kokoh |
b |
sterofoam+plastik wrap |
50 g |
58 m3 |
602.41 |
862.07 |
5 |
47 |
84 |
4 |
segar , kokoh |
c |
kantong kertas/koran |
99 9 |
50 m3 |
82.1 |
198 |
5 |
89 |
97 |
24 |
segar , kokoh |
2 |
Penyimpanan suhu dingin |
|||||||||
a |
tanpa kemasan |
100 g |
150 m3 |
216.65 |
666.67 |
5 |
95 |
108 |
78 |
segar , kokoh |
b |
sterofoam+plastik wrap |
57 g |
82 m3 |
303 , 9 |
695.12 |
5 |
47 |
84 |
4 |
segar , kokoh |
c |
kantong kertas/koran |
95 g |
50 m3 |
35.02 |
196 |
5 |
78 |
90 |
24 |
segar , kokoh |
Tabel
3. Pengamatan Hari ke-1
No |
Perlakuan |
Hari ke 2 |
||||||||
Berat |
volume |
BJ geo ( kg / m3 ) |
BJ archi (kg / m 3 ) |
kekerasan |
warna |
keterangan over all |
||||
R |
G |
B |
||||||||
1 |
Penyimpanan suhu ruang |
|||||||||
a |
tanpa kemasan |
84 g |
150 m3 |
181.98 |
560 |
4 |
120 |
153 |
96 |
mulai layu |
b |
sterofoam+plastik wrap |
40 g |
51 m3 |
533.33 |
784.31 |
4 |
64 |
102 |
15 |
mulai layu , warna
hijau |
c |
kantong kertas/koran |
89 g |
50 m3 |
73.81 |
178 |
4 |
94 |
102 |
42 |
mulai layu |
2 |
Penyimpanan suhu
dingin |
|||||||||
a |
tanpa kemasan |
91 g |
150 m3 |
197.15 |
606.67 |
5 |
73 |
104 |
37 |
masih terlihat segar |
b |
sterofoam+plastik wrap |
57 g |
82 m3 |
303.19 |
695.12 |
5 |
69 |
94 |
22 |
segar , kokoh |
c |
kantong kertas/koran |
90 g |
50 m3 |
33.17 |
180 |
5 |
94 |
96 |
46 |
segar , kokoh |
Tabel 4. Pengamatan Hari ke-2
No |
Perlakuan |
Hari ke 3 |
||||||||
Berat |
volume |
BJ geo ( kg / m3 ) |
BJ archi (kg / m 3 ) |
kekerasan |
warna |
keterangan over all |
||||
R |
G |
B |
||||||||
1 |
Penyimpanan suhu ruang |
|||||||||
a |
tanpa kemasan |
75 g |
46 m3 |
318.47 |
1630.43 |
3 |
116 |
136 |
75 |
layu , warna daun mulai kuning |
b |
kemas sterofoam+plastik wrap |
37 g |
50 m3 |
500 |
740 |
3 |
104 |
119 |
18 |
layu , daun mulai kuning |
c |
kemas kantong kertas/koran |
85 g |
50 m3 |
70.5 |
170 |
3 |
137 |
148 |
45 |
layu menguning |
2 |
Penyimpanan suhu dingin |
|||||||||
a |
tanpa kemasan |
83 g |
46 m3 |
244.75 |
1804.43 |
4 |
76 |
100 |
52 |
mulai layu , warna daun
masih hijau |
b |
kemas sterofoam+plastik wrap |
56 g |
82 m3 |
342.72 |
682.93 |
5 |
75 |
101 |
27 |
segar kokoh |
c |
kemas kantong kertas/koran |
88 g |
50 m3 |
32.43 |
190 |
4 |
124 |
126 |
61 |
layu , warna daun hijau |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 5. Pengamatan Hari ke-3
No |
Perlakuan |
Hari ke 4 |
||||||||
Berat |
volume |
BJ geo ( kg / m3 ) |
BJ archi (kg / m 3 ) |
kekerasan |
warna R |
G |
B |
keterangan over all |
||
1 |
Penyimpanan suhu ruang |
|||||||||
a |
tanpa kemasan |
70 g |
40 m3 |
324.26 |
1750 |
1 |
193 |
209 |
121 |
sangat layu , warna daun mengguning |
b |
kemas sterofoam+plastik wrap |
35 g |
49 m3 |
522.39 |
714.29 |
1 |
147 |
164 |
29 |
sangat layu , warna daun menguning |
c |
kemas kantong kertas/koran |
81 g |
50 m3 |
67.17 |
162 |
1 |
170 |
182 |
54 |
sangat layu |
2 |
Penyimpanan suhu dingin |
|||||||||
a |
tanpa kemasan |
78 g |
40 m3 |
361.32 |
1950 |
3 |
131 |
153 |
78 |
layu , belum ada daun yang menguning |
b |
kemas sterofoam+plastik wrap |
54 g |
81 m3 |
331.29 |
666.67 |
4 |
78 |
104 |
30 |
mulai layu , warna masih hijau |
c |
kemas kantong kertas/koran |
85 g |
50 m3 |
31.33 |
180 |
4 |
138 |
151 |
46 |
layu , warna daun hijau |
Tabel 6. Pengamatan Hari ke-4
No |
Perlakuan |
Hari ke 5 |
||||||||
Berat |
volume |
BJ geo ( kg / m3 ) |
BJ archi (kg / m 3 ) |
kekerasan |
warna |
keterangan over all |
||||
R |
G |
B |
||||||||
1 |
Penyimpanan suhu ruang |
|||||||||
a |
tanpa kemasan |
62 g |
40 m3 |
315.92 |
1550 |
0 |
189 |
197 |
96 |
banyak daun menguning , kering , rusak |
b |
kemas sterofoam+plastik wrap |
33 g |
48 m3 |
492.54 |
687.5 |
1 |
174 |
166 |
57 |
sangat layu , warna daun memudar
menguning |
c |
kemas kantong kertas/koran |
78 g |
50 m3 |
64.69 |
156 |
1 |
199 |
184 |
19 |
sangat layu |
2 |
Penyimpanan suhu dingin |
|||||||||
a |
tanpa kemasan |
73 g |
40 m3 |
371, 97 |
1825 |
1 |
142 |
172 |
112 |
sangat layu , mulai ada warna daun memudar |
b |
kemas sterofoam+plastik wrap |
54 g |
81 m3 |
331.29 |
666.67 |
4 |
82 |
107 |
34 |
mulai layu , warna masih hijau |
c |
kemas kantong kertas/koran |
81 g |
50 m3 |
29.85 |
162 |
4 |
173 |
185 |
85 |
layu , warna daun hijau |
Tabel 7. Pengamatan Hari ke-5
0 comments:
Posting Komentar