BUBUR INSTAN TINGGI SERAT DAN DIPERKAYA LOVASTATIN
SEBAGAI INOVASI PANGAN FUNGSIONAL ANTI KOLESTEROL
ESAI
Diah Pangastuti Rahayu Teknologi Hasil Pertanian/1814051042
Marza Yulia Herdina Teknologi Hasil Pertanian/1914051060
Pendahuluan
Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang memiliki berbagai masalah
kesehatan. Penyakit yang cukup serius dan banyak terjadi terutama penyakit
degeneratif. Beberapa faktor yang mengakibatkan penyakit degeneratif yaitu
perilaku gaya hidup, pola konsumsi makanan, dan aktifitas yang tidak seimbang
(Mado dkk, 2020). Penyakit degeneratif yang banyak ditemui di Indonesia salah
satunya yaitu kolesterol dan terdapat peningkatan kasus setiap tahunnya (Wahid
dkk, 2019).
Penyakit kolesterol merupakan penyakit yang terjadi lemak didalam tubuh yang
mengendap di pembuluh darah akibatnya dinding pembuluh darah menebal dan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Aterosklerosis) (Poedjiadi, 2006).
Kolesterol didalam tubuh di produksi secara normal dan dalam jumlah tepat.
Terjadinya perubahan jumlah kolesterol disebabkan pola makan yang berlemak
tinggi dari produk hewani. Konsumsi tinggi lemak hewani berpotensi dalam
menaikkan kadar kolesterol darah dan merupakan resiko utama aterosklerosis
yang dapat mengakibatkan penyakit jangtung coroner sehingga berpotensi
meningkatnya kasus kematian (Ratnawati dan wahyu, 2011).
Nasi menjadi salah satu pangan pokok di Indonesia sebagai sumber karbohidrat
tinggi. Mengkonsumsi karbohidrat sederhana terlalu banyak dapat menyebabkan
resiko diabetes militus. Glukosa yang meningkat secara berlebih dalam tubuh
akan menebabkan hormon insulin cepat diproduksi dan gula darah masuk ke sel
otot ataupun sel hati. Ketika tempat penyimpanan gula sudah penuh otot atau hati,
gula akan di simpan dalam sel lemak (Turoan, 2012). Sehingga lemak tersebut
dapat menyebabkan kenaikan kolestrol darah (Mahendri dkk, 2015). Obat-obatan
untuk menurunkan kolesterol baik obat alami maupun sintesis telah beredar
dipasaran namun, obat modern ataupun sintetis memiliki efek samping berupa
gastrointestinal (Krentz and Bailey, 2005). Sehingga diperlukan alternative seperti
pangan fungsional sebagai pencegah kolesterol.
Faktor utama meningkatnya kadar kolesterol yang memicu terjadinya
aterosklerosis adalah pola makan. Makanan pokok masyarakat Indonesia
umumnya nasi, dan diolah sebagai beberapa produk seperti bubur, nasi goreng,
lontong, nasi bakar dan lainnya. Nasi beras putih diketahui memiliki kadar gula
dan indeks glikemik lebih tinggi di bandingkan beras merah (Diyah dkk, 2016).
Sehingga beras merah dapat menjadi alternatif pangan fungsional anti kolesterol
salah satunya yaitu bubur instan. Beras merah diketahui memiliki manfaat untuk
mencegah penyakit gastrointestinal, diabetes melitus, tinggi vitamin B untuk
mencegah menyakit beri-beri, antioksidan, anti kanker, menurunkan serum
kolesterol, dan mencegah kardiovaskular (Wahid dkk, 2019).
Beras merah selain memiliki indeks glikemik lebih rendah pengolahan menjadi
produk angkak atau fermentasi beras merah dengan kapang Monascus purpureus
diketahui memiliki senyawa anti kolesterol yaitu lovastatin. Lovastatin diketahui
memiliki sifat anti kolesterol karena menghambat enzim HMG- CoA reductase
(Wahid dkk, 2019). Selain terdapat di dalam angkak lovastatis juga terdapat
didalam jamur tiram (Prameswari, 2019). Oleh sebab itu penting untuk
mengetahui potensi bubur instan beras merah dengan penambahan angkak dan
jamur tiram sebagai pangan fungsional anti-kolesterol.
Pembahasan
Sumber Komponen Bioaktif dan Mekanisme anti-Kolesterol
Bahan utama dalam pembuatan bubur instan ini adalah beras merah karena indeks
glikemik dan kadar glukosa lebih rendah dibandingkan meras putih. Berdasarkan
penelitian Diyah dkk (2016) beras merah dan beras putih di tanak menjadi nasi
dan dilakukan pengujian kadar glukosa serta indeks glikemik. Tiap 100 gram nasi
beras merah memiliki kadar glukosa 23,03 g, dengan indeks glikemik 47.
Sedangkan pada nasi beras putih kadar glukosa tiap 100 g nasi yaitu 25,40 dengan
indeks glikemik 47. Indeks glikemik rendah jika nilai dibawah 55, indeks
glikemik sedang jika berada diantara 55-69, dan dikatakan tinggi jika diatas 70
(Atkinson dkk., 2008). Sehingga dalam hal ini beras merah tidak menimbulkan
resiko kenaikan kadar gula darah yang dapat memicu terjadinya aterosklerosis.
Selain itu pada pembuatan bubur instan ini diberi tambahan angkak atau beras
merah yang telah di fermentasi dengan Monascus purpureus. Metabolit yang
dihasilkan dari fermentasi tersebut yaitu senyawa- senyawa poliketida, seperti
monascin, ankaflavin, rubropuctatin, dan monascorubrin, yang merupakan pigmen
warna. Pigmen warna yang dihasilkan dari fermentasi mengandung senyawa
flavonoid yang mempunyai antioksidan kuat. Selain itu dihasilkan metabolit
sekunder diantaranya monakolin K yang identik dengan lovastatin atau mevinolin,
serta senyawa monakolin lainnya yang berfungsi sebagai antikolesterol
(Tisnadjaja, 2006).
Selain itu pada pembuatan bubur instan ini diberi penambahan jamur tiram untuk
memberikan rasa umami pengganti kaldu ayam yang mengandung kolesterol.
Menurut data BPS (2020), produktivitas jamur di Indonesia yaitu sebesar 3,3 ton
yang dapat berkembang lagi di setiap tahunnya, karena jamur memiliki banyak
peminat dan jangkauan pasar yang luas di Indonesia. Produksi jamur yang paling
dominan yaitu jamur tiram, karena sangat mudah untuk dibudidayakan dan
memiliki nilai manfaat serta ekonomi yang terjangkau. Masyarakat sering
mengkonsumsi jamur sebagai bahan olahan pangan pendamping nasi atau camilan
saja, tanpa mengetahui lebih dalam mengenai nilai manfaat dari segi gizi bagi
kesehatan. Jamur tiram kaya akan protein dan zat gizi lainnya yang sangat
berguna bila dioptimalkan pemanfaatannya menjadi pangan fungsional. Jamur
tiram mengandung asam amino diantaranya lisin, metionin, triptofan, valin,
leusin, isoleusin, histidine, dan fenilanin. Sebanyak 75% kandungan lemak di
jamur tiram tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi oleh penderita
hiperkolesterolemia (Sumarmi, 2008). Kandungan lovastatin yang terdapat pada
angkak dan jamur tiram akan menghambat biosintesis kolesterol sehingga dapat
mencegah terjadinya hiperkolesterol.
Lovastatin memiliki sifat menghambat aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril
koenzim A (HMG-KoA) reductase sehingga pembentukan kolesterol akan
dihambat. Ketika lovastatin memiliki konsentrasi melebihi HMG-KoA, maka
HMG-KoA akan berikatan dengan lovastatin sehingga pembentukan kolesterol
akan terhambat (Alam et al, 2011). Jika kolesterol dihambat maka dapat
menurunkan kolesterol di dalam darah. Hal ini juga akan menghambat sintesis
VLDL dalam hati, dengan itu dapat menekan jumlah LDL dan meningkatkan
HDL (Barrios dan Miranda, 2010). Ditinjau dari segi manfaat, bahan utama yang
digunakan pada pembuatan bubur instan ini yaitu beras merah kaya akan nutrisi,
dengan tinggi serat, angkak dan jamur tiram mengandung lovastatin sebagai
antikolesterol. Hal tersebut dapat diupayakan sebagai salah satu sektor penggerak
ketahan pangan fungsional lokal dalam mewujudkan SDGs poin ke 3 yaitu
kehidupan yang sehat dan sejahtera. Mekanisme penghambatan pembentukan
kolesterol oleh senyawa lovastatin dapat dilihat paga Gambar 1.
Gambar 1. Mekanisme Lovastatin dalam Menghambat Biosintesis Kolesterol
(Incardona dan Roelink, 2000).
Proses Pembuatan Bubur Instan Beras Merah
Pembuatan Angkak
pembuatan angkak dilakukan dengan beras merah dilakukan perendaman dalam
air selama 8 jam. Selanjutnya di sterilisasi pada suhu 121° C selama 15 menit.
Selanjutnya didinginkan pada suhu ruang kemudian diinokulasikan suspense
Monascus purpureus 2ml tiap 100 g bahan. Setelah itu diaduk dan diinkubasi
selama 14 hari pada suhu 27-32°C hingga terbentuk pigmen yang menyelubungi
beras kemudian dilakukan pengeringan dan penggilingan (Wahid dkk, 2019).
Pembuatan Jamur Bubuk Jamur Tiram dan Bumbu Tambahan
Proses pembuatan bubuk jamur tiram diawali dengan pencuciab bahan, kemudian
dilakukan blanching. Setelah itu dilakukan pengeringan dan penggilingan serta
pengayakan Selanjutnya pembuatan bumbu tambahan yaitu bawah merah dan
bawang putih di iris tipis yang dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu
40°C selanjutnya di lakukan penggilingan dan pengayakan.
Proses pembuatan bubur instan beras merah diawali dengan beras di cuci bersih
kemudian di lakukan penanakan selanjutnya pendinginan di suhu ruang.
Kemudian dilakukan penghalusan /Blending sehingga bahan berbentuk bubur.
Kemudian di keringkan dengan oven pada suhu 80°C selama 5jam. Setelah kering
produk di lakukan penggilingan dan pengayakan. Setelah itu dilakukan
pengemasan bubuk beras merah dikemas secara terpisah dengan bumbu-bumbu
tambahan. Untuk meperpanjang umur simpan produk bubur instan beras merah.
Metode Pengujian Anti-Kolesterol
Metode pengujian anti-Kolesterol yaitu dengan mengukur kadar kolesterol hewan
percobaan yang diberi pakan bubur berdasarkan Muhtadi dkk, 2013. Hewan uji
yang digunakan yaitu tikus putih sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5
kelompok. Sebelum pengujian tikus diadaptasikan dengan pemberian pakan
standar selama 7 hari. Pengukuran kolesterol dilakukan. Tikus di beri pakan tinggi
lemak untuk menaikan kadar kolesterol selama 4 minggu seluruhnya dan diukur
kadar kolesterol.
Kelompok 1 : diberi pakan tinggi lemak (kontrol negatif)
Kelompok 2 : diobati dengan simvastatin (control positif)
Kelompok 3 : diberi pakan bubur beras merah 3gram/200g BB
Kelompok 4 : diberi pakan bubur beras merah 5gram/200g BB
Kelompok 5 : diberi pakan bubur beras merah 7gram/200g BB
Pengukuran kadar kolesterol menurut Wahid (2019)
Pengukuran total kolesterol dilakukan dengan sampel darah mencit di tampung, di
sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm. Ditambahkan pereaksi kolesterol 1ml lalu
di vortex. Selanjutnya di ukur serapan pada Panjang gelombang 500 nm terhadap
blanko. Sebagai blanko digunakan 1 ml kolesterol dengan aguades 0,01 ml.
pengukuran serapan standar dankolesterol total sama, tetapi serum darah diganti
dengan standar kolesterol. Kadar kolesterol yang baik yaitu kurang dari 200
mg/dL. Kolesterol tinggi yaitu lebih dari 240 mg/dL.
Rumus pengukuran :
C =
A sampel
A standar X C s t
Keterangan :
C = Kadar kolesterol (mg/dL)
A = Serapan
C St = Kadar kolesterol standar (200 mg/dL)
Kesimpulan
bubur beras merah yang di beri penambahan angkak dan jamur tiram memiliki
potensi sebagai anti kolesterol karena beras merah memiliki indek glikemik
rendah, selain itu bahan yang ditambahkan berupa angkak dan jamur tiram
memiliki senyawa lovastatin sebagai anti kolesterol.
Lovastatin yang terdapat pada angkak dan jamur tiram memiliki sifat menghambat
aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-KoA) reductase
sehingga pembentukan kolesterol akan dihambat dan kolesterol dapat dicegah.
Daftar Pustaka
Alam N, Yoon Kn, Lee Ts, Lee Uy. 2011. Hypolipidemic Activities Of Dietary
Pleurotus Ostreatus In Hypercholestrolemic Rats. Mycobiology. 39:1:45 -
51
Atkinson, F. S., Foster-Powell, K. & Rand-Miller, J.C. 2008. International Table
Of Glycemic Index And Glycemic Load Values. Diabetes Car 31 : 2281–
83.
Barrios -Gonzales J, Miranda Ru. 2010.Biotechnological Production And
Applications Of Statins. Appl Microbiol Biotechnol.85869 -883
BPS. 2020. Produktivitas Tanaman Sayuran di Indonesia. Badan Pusat Statistik.
Jakarta.
Diyah, N. W., Ambarwati, A., Warsiti, G. M. Niken, G., Heriwiyanti, E. T.
Windysari, R., Prismaawan, D., Robi’atul, F. Hartasari Dan Purwanto.
2016. Evaluasi Kandungan Glukosa Dan Indeks Glikemik Beberapa
Sumber Karbohidrat Dalam Upaya Penggalian Pangan Ber-Indeks
Glikemik Rendah. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia.
3(2):67-73.
Incardona JP, Roelink H. 2000. The role of cholesterol in Shh signaling and
teratogen -induced holoprosence - phaly. Cell Mol Life Sci. 52: 1709 -1719
Krentz, A. J., and Bailey, C. J., 2005, Oral Diabetic Agents Current Role in Type
2 Diabetes Melitus. Riview Article. 65 (3) : 394, 398, 403.
Mado, J. E. Rawung, D. Dam Taroreh, M. 2020. Ubur Instan Berbahan Dasar
Pangan Lokal Sebagai Pangan Fungsional Dengan Indeks Glikemik
Rendah. Media Gizi Pangan. 27(2). 10-22.
Mahendri, D. A. A., Rakhma, L., R. Dan Mardiyati, N. L. 2015. Hubungan
Antara Konsumsi Karbohidrat Dan Kolesterol Terhadap Kadar Glukosa
Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Rawat Jalan Di Rsud Dr.
Moewardi Surakarta. Bibliography Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press: Jakarta
Prameswari, N. P. 2019. Pemanfaatan Senyawa Antiaterogenik Jamur Tiram
Putih (Pleurotus Spp.) Dalam Pencegahan Aterosklerosis. JIMKI.
7(2):60-66.
Sumarmi. 2008. Botani Dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi
Pertanian. 4(2): 124 -130
Tisnadjaja, D. 2006. Bebas Kolesterol Dan Demam Berdarah Dengan Angkak.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Trihaditia, R. 2020. Uji Organoleptik Formulasi Fortifikasi Bekatul dalam
Pembuatan Bubur Instan Beras Pandanwangi. Jurnal Pro-STek. 1(1): 29-50.
Toruan, Phaidon. Fat-loss Not Weight-loss for Diabetes: Sakit Tapi Sehat .
Jakarta:
Wahid, A. R., Damayanti, A., dan Wardani, A. K. 2019. Uji Aktivitas
Antikolesterol Hasil Fermentasi Angkak Pada Tikus Galur Sprague
Dawley. Jurnal Insan Farmasi Indonesia. 2(2):250-260.
0 comments:
Posting Komentar