IMPLEMENTASI TEAM-TEACHING DALAM PEMBELAJARAN
KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA
PADA GENERASI MILENIAL PASCA PANDEMI COVID-19
ESAI
oleh
Latifah Asmul Fauziyah Pendidikan Sejarah/1913033035
Syanila Indah Mawardani Pendidikan Sejarah/1913033013
Menciptakan lingkungan yang adil dan makmur bagi masyarakat dan
kesejahteraan masyarakat yang mandiri bebas dari masalah kemiskinan, di tengah
pandemi Covid19, masalah kemiskinan menjadi pusat perhatian, sebagaimana
tercantum dalam Konstitusi Indonesia. Melindungi seluruh rakyat Indonesia,
berkontribusi untuk kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan negara
dalam semangat keadilan sosial. Pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan
kewirausahaan memerlukan inovasi yang berkesinambungan dalam
pengembangan usaha, sehingga diperlukan terobosan-terobosan berupa inovasi
yang disebut Integrated Community Entrepreneur Empowerment (ICE Power).
Karena inovasi dapat membantu Anda sukses di pasar. Kewirausahaan dipandang
sebagai proses menemukan peluang pasar yang diperlukan untuk menghasilkan
keuntungan jangka panjang. Salah satu pengembangan yang dapat dilakukan
dalam bidang kewirausahaan yaitu melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Pendidikan
merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Oleh karena
itu, dunia pendidikan harus meningkatkan mutu dan mutu pendidikan. Secara
khusus, sebagai seorang pendidik, ia harus berperan sebagai guru, mentor,
mediator antara sekolah dan masyarakat, administrator, fasilitator, dan lain-lain.
Pendidikan adalah suatu sistem dari komponen-komponen yang saling
berhubungan yang secara fungsional saling berhubungan untuk mencapai
pendidikan yang bermutu. Pendidikan memiliki empat komponen utama: Sumber
Daya Manusia, Uang, Bangunan, Infrastruktur dan Politik. Komponen SDM dapat
dikatakan sebagai komponen strategis karena sumber daya manusia yang
berkualitas dapat memanfaatkan komponen lain untuk mencapai efektivitas dan
efisiensi pelatihan. Dimana sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai
melalui pengembangan sumber daya manusia (Ningrum, 2016:23). Salah satu cara
untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui mata pelajaran sekolah
adalah kewirausahaan. Ini bertujuan untuk membantu mereka yang tidak
kewirausahaan mendapatkan kepercayaan diri, mengembangkan kreativitas dan
inovasi, dan mengambil risiko.
Pendidikan kewirausahaan memberikan keterampilan khusus kepada siswa untuk
menggunakan keterampilannya sebagai sumber mata pencaharian. Peran
pembelajaran kewirausahaan di sini adalah membekali peserta didik dengan
keterampilan untuk bertahan hidup melalui kemampuan mengelola
keterampilannya sendiri. Dengan mempelajari kewirausahaan, siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan khusus yang akan membantu mereka menjadi
wirausaha. Inisiatif ini memastikan bahwa siswa selalu fleksibel dan proaktif
tentang peluang karir yang ada, memastikan bahwa siswa selalu memikirkan
peran mereka dalam masyarakat untuk menemukan dan merencanakan hal-hal
baru dan menciptakan peluang kerja dan kesejahteraan bagi diri mereka sendiri
dan orang lain.
Menurut Suryana (2006: 4), fungsi dan peran kewirausahaan dapat diwujudkan
melalui dua pendekatan yaitu pendekatan mikro dan pendekatan makro. Di tingkat
mikro, wirausahawan memiliki dua peran: penemu (innovator) dan perencana
(planner). Sebagai penemu, wirausahawan menemukan dan menciptakan hal-hal
baru: produk, teknologi, metode, ide, organisasi, dll. Sebagai seorang perencana,
wirausahawan bertanggung jawab untuk mengembangkan kegiatan dan bisnis
baru, merencanakan strategi bisnis baru, merencanakan ide dan peluang untuk
sukses, menciptakan organisasi perusahaan baru, dan banyak lagi. Di tingkat
makro, peran kewirausahaan adalah untuk memastikan kemakmuran, distribusi
yang adil. Kekayaan dan Peluang Pekerjaan merupakan motor penggerak
pertumbuhan ekonomi nasional.
Peranan siswa di masyarakat sebagai penemu, bahwa siswa dalam berwirausaha
menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru mengenai produk, cara dan ide
yang baru. Dalam hal ini, siswa mampu berperan menemukan dan menciptakan
ide untuk menghasilkan produk yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat,
dengan cara mengolah sampah plastik untuk dibuat menjadi tas dan tempat pensil.
Melihat penjelasan di atas maka guru berperan dalam peningkatan jiwa wirausaha
melalui mata pelajaran kewirausahaan. Salah satu cara yang dapat digunakan
adalah menggunakan metode pembelajaran yang mendukung kegiatan. Metode
yang dapat digunakan yaitu team-teaching. Prinsip team teaching adalah bahwa
ada lebih dari satu guru ketika mengajar dan belajar di kelas. Engkoswara (2003:
64) Team learning memungkinkan guru untuk bekerja sama dan saling
melengkapi dalam mengelola proses pembelajaran. Setiap permasalahan yang
muncul dalam proses pembelajaran dapat diatasi bersama-sama. Hal yang sama
juga terjadi pada Martinsich (2007). Team teaching diharapkan dapat merangsang
partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan prestasi
akademik.
Mendikbud menegaskan, “semua kebijakan Kemendikbud berujung pada upaya
menghadirkan transformasi yang bermakna dan membawa bangsa ini kepada
kemajuan”. Dengan begitu metode team teaching sendiri dapat memberikan
kontribusi kepada kemajuan negara melalui pendidikan mulai dari tahapan awal
team teching yakni guru menyusun rencana pembelajaran sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang efesien dan efektif. Team teaching yang
artinya mengajarkan siswa yang sama dengan guru yang berkelompok. Dengan
kualitas guru yang terbaik dan saling nelengkapi da lam pembelajaran
menanamkan jiwa kewirausahaan.
Kewirausahaan adalah sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru, sangat berharga dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Kewirausahaan selalu aktif atau kreatif, berdaya, kreatif, bekerja, rendah hati dan
sikap mental dan semangat untuk meningkatkan pendapatan dari kegiatan bisnis.
Seseorang yang berkarakter selalu merasa tidak puas dengan apa yang telah
dicapainya. Wirausahawan adalah orang yang tahu bagaimana memanfaatkan
peluang untuk mengembangkan usahanya guna meningkatkan taraf hidupnya
(Kemdiknas, 2010). Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa
kewirausahaan adalah sifat atau tindakan individu yang dilakukan untuk
meningkatkan kehidupan individu atau kelompok yang menciptakan hal-hal baru
yang bernilai konsumen.
Nilai-nilai yang dikembangkan harus bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai
karakteristik wirausahawan. Nilai-nilai kewirausahaan yang dianggap inti,
menurut para ahli kewirausahaan, ada hingga 17 nilai yang harus dimiliki siswa
dan warga sekolah lainnya, tergantung pada tingkat perkembangan siswa.
Penerapan nilai-nilai dasar kewirausahaan tidak dilakukan secara langsung di
satuan pendidikan, melainkan secara bertahap. Hal ini tidak berarti bahwa
pengenalan (internalisasi) nilai-nilai kewirausahaan secara seragam terbatas di
semua sekolah, dan setiap jenjang satuan pendidikan dapat secara mandiri
menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan lainnya sesuai kebutuhan.
Terwujudnya nilai-nilai kewirausahaan, yaitu: (1) mandiri, (2) kreatif, (3) berani
mengambil resikodengan pertimbangan , (4) berorientasi pada tindakan, (5)
kepemimpinan, (6) kerja keras, (7) Jujur, (8) Disiplin, (9) Inovatif , (10)
Tanggung-jawab, (11) Kerja sama , (12) Pantang menyerah (ulet), (13)
Komitmen, (14) Realistis, (15) Rasa ingin tahu, (16) Komunikatif, (17) Motivasi
kuat untuk sukses.(Kemendiknas: 2010, 10). Dengan nilai-nilai kewirausahaan
tersebut perlunya seorang siswa atau peserta didik memiliki keterampilan tersebut
sehingga peserta didik dapat meningkatkan kualitas dirinya dan ilmu pengetahuan
ini pun dapat digunakan sebagaimana sdgs pada poin ke-4 yaitu itu menjamin
kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan
belajar sepanjang hayat untuk semua. Dengan begitu pembelajaran kewirausahaan
dapat memandirikan individu seseorang.
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai setiap mata pelajaran
perlu dikembangkan dan diperjelas dalam kaitannya dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran yang berorientasi pada pendidikan
kewirausahaan tidak hanya terjadi pada tataran kognitif saja, tetapi juga
mempengaruhi internalisasi dan praktik praktik kehidupan siswa sehari-hari di
masyarakat (Kemendiknas: 2010, 24). Kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi
masalah ini, terutama yang terkait dengan kewirausahaan, terutama berkaitan
dengan (a) mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dalam semua mata
pelajaran, buku teks, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pengembangan diri;
(b) konten pendidikan kewirausahaan yang berpotensi mengembangkan karakter
dan keterampilan dan (c) menumbuhkan budaya kewirausahaan di lingkungan
sekolah.
Pembelajaran terpadu pada pendidikan kewirausahaan pun dapat dilakukan
dengan metode team-teaching ini sangat mudah di terapkan di kelas, metode
team- teaching memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan metode yang lain.
Diantaranya: 1) team-teaching dapat membangun budaya kemitraan dan
kerjasama diantara guru. 2) team-teaching dapat lebihmematangkan kegiatan
perencanaan dan persiapan mengajar. 3) team-teaching dapat menjamin
pengawasan pembelajaran secara efektif. 4) team-teaching dapat menjalin
komunikasi yang intensif antar guru. 5) team-teaching dapat menjadi alternatif
untuk memenuhi beban mengajar 24 jam dalam satu minggu.
Team-teaching memiliki tahapan, diantaranya:
1. Tahap Awal
a. Penyusunan RPP secara Bersama
stilah Rencana Pembelajaran atau yang sekarang lebih sering digunakan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), harus disusun secara bersama-sama oleh setiap
guru dalam satu kelompok pendidik. Pastikan bahwa setiap guru peserta pelatihan
kelompok memahami apa yang termasuk dalam RPP, mulai dari instruksi hingga
penilaian, hingga standar kompetensi, kompetensi inti dan indikator yang harus
dicapai siswa. Sebuah sistem untuk mengevaluasi hasil siswa. Pada tahap ini,
guru mengumpulkan atau mengomunikasikan apa yang harus dicapai dalam RPP
bersama sebagai anggota tim.
b. Metode Pembelajaran Disusun Bersama
Selain RPP yang harus disusun bersama oleh tim, metode yang akan digunakan
untuk mengajar pembelajaran tim juga harus direncanakan bersama oleh anggota
tim. Perencanaan kolaboratif ini dilakukan sedemikian rupa sehingga guru di
setiap tim mengetahui jalannya kurikulum dan tidak tersesat dalam mengajar. Dan
metode mod yang digunakan dikompilasi secara bersamaan.
c. Partner Team Teaching Memahami Materi dan Isi Pembelajaran
Sebagai partner dalam Team Teaching, guru tidak hanya perlu mengetahui materi
pelajaran dari materi yang akan diajarkan kepada siswanya, tetapi juga perlu
mengetahui dan memahami isi materi pelajaran. Hal ini agar mereka bisa saling
melengkapi dengan ketidaktahuan yang ada di dalam diri masing-masing. Ini bisa
sangat berguna ketika menyampaikan materi kepada siswa dan menjawab
pertanyaan siswa tentang penjelasan guru.
d. Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas.
Dalam Team Teaching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing
guru harus dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan, agar ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam
kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masing-masing. Tidak ada lagi yang
namanya ketidakjelasan peran dan tanggung jawab dalam hal ini.
2. Tahap Inti
Satu guru berperan sebagai pembicara selama dua jam dan satu lagi sebagai ketua
kelompok dan asisten. Atau, jika dua guru bergantian bertindak sebagai
pembicara selama kelas dua jam, ini berarti bahwa selama kelas dua jam,
pekerjaan pembicara dibagi menjadi dua bagian.
3. Tahap Evaluasi
a. Evaluasi Guru
Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah
jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan
cara memberi kritikan-kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran
harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya itulah
kelebihan dari team-teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka banyak
mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan
paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk
menjaga image masing-masing guru dihadapan siswa.
Selain menerapkan sistem team-teaching ini guru juga mengajarkan atau
mengamalkan sifat-sifat kekompakan atau saling memberikan inovasi dalam suatu
pendidikan kewirausahaan yakni dengan tetap melakukan kolaborasi yang artinya
tidak saling menjatuhkan tetapi saling melengkapi seperti pada sistem
pembelajaran yang dilakukan yaitu team-teaching. Jadi dengan demikian adanya
metode team-teaching dalam pembelajaran kewirausahaan dapat meningkatkan
kemamampuan siswa dalam berwirausaha.
Referensi
Hakim, D. (2012). Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Berdasarkan Nilai-
Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter
Bangsa. Prosiding Seminas, 1(2).
Marganingsih, T. (2013). Peranan Mata Pelajaran Kewirausahaan Dalam
Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Kelas Xi Di Smk Negeri 8
Semarang. Solidarity: Journal Of Education, Society And Culture, 2(2).
Sunardi, N., & Lesmana, R. (2020). Konsep Icepower (Wiramadu) sebagai Solusi
Wirausaha menuju Desa Sejahtra Mandiri (DMS) pada Masa Pandemi
Covid-19. JIMF (Jurnal Ilmiah Manajemen Forkamma), 4(1).
0 comments:
Posting Komentar