INOVASI ADSORBEN ALUMINOSILIKAT DARI KALENG ALUMINIUM BEKAS DAN SILIKA SEKAM PADI SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN LIMBAH CAIR BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR
Oleh
Eka Anggun Surani Kimia/1817011049
Gustin Lestiani Kimia/1817011035
Inovasi Adsorben Aluminosilikat dari Kaleng Aluminium Bekas dan Silika
Sekam Padi sebagai Upaya Penanggulangan Limbah Cair Bengkel
Kendaraan Bermotor
Eka Anggun Surani dan Gustin Lestiani
Universitas Lampung
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kepolisian Republik Indonesia tahun
2013, peningkatan jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012 terjadi pada tiap moda kendaraan dimana jumlah terbesar pada sepeda
motor yaitu pada tahun 2009 berjumlah 2,549,073 pengguna sepeda motor hingga
akhir tahun 2012 mencapai 3,500,866 pengguna. Perkembangan kegiatan usaha
bengkel banyak terjadi di kotakota besar. Kegiatan usaha bengkel mempunyai
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah memberikan
kesejahteraan, serta memberikan kesempatan kerja. Sebaliknya, kegiatan usaha
bengkel berpotensi menimbulkan persoalan lingkungan yang berupa kebisingan,
pencemaran tanah, pencemaran air, pencemaran udara, ataupun gangguan
kesehatan. Selain itu, persoalan lingkungan yang lebih serius dapat ditimbulkan
oleh limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah B3 adalah bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan mencemarkan
lingkungan, ataupun membahayakan kesehatan manusia. Dalam usaha bengkel
motor terdapat limbah cair yang berbahaya, limbah ini biasanya berwarna hitam
pekat dan berminyak di karenakan air tersebut telah terkontaminasi dari kegiatan
bengkel seperti air dari pencucian, hal ini dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Limbah cair kendaraan bermotor dapat ditemukan dari usaha perbengkelan.
Dari bengkel tersebut, air banyak terkontaminasi oleh oli (minyak pelumas),
gemuk dan bahan bakar. Air yang sudah terkontaminasi akan mengalir mengikuti
saluran yang ada, sehingga hal ini mudah sekali untuk menyebarkan bahan-bahan
kontaminan. Selain oli bekas limbah bengkel (limbah kendaraan bermotor) lain
yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran adalah tidak adanya pengelolaan
limbah aki bekas, sehingga dapat mencemari lingkungan karena mengandung
kadar timbal (Pb) yang tinggi.
Salah satu cara mengatasi pencemaran lingkungan akibat limbah cair bengkel
adalah dengan proses adsorbsi. Proses adsorpsi memiliki banyak keunggulan dan
telah banyak digunakan dalam industri yaitu lebih ekonomis, tidak menimbulkan
efek samping beracun, dan dapat menghilangkan bahan organik. Adsorpsi adalah
suatu peristiwa dimana adsorben menyerap di permukaan. Adsorpsi adalah
peristiwa penyerapan di permukaan oleh suatu adsorben. Salah satu jenis adsorben
yang dipilih yaitu aluminosilikat dari kaleng aluminium bekas dan silika sekam
padi. Dalam penelitian ini, silika diperoleh dari sekam padi, sedangkan sumber
aluminiumnya diperoleh dari kaleng bekas minuman ringan yang diketahui
mengandung kadar aluminium yang tinggi, yakni 92,5-97,5% (Robertson, 2006).
Kaleng minuman bekas termasuk sampah anorganik yang tidak bisa
didegradasi oleh bakteri dan tidak bisa diurai secara alami karena terbuat dari
paduan beberapa logam. Kaleng bekas merupakan salah satu limbah yang
mencemari tanah selain plastik, karet, botol, pestisida, dan lainnya. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini kaleng aluminium bekas dimanfaatkan menjadi salah satu
sumber untuk membuat komposit aluminosilikat. Kaleng bekas minuman ringan
terbuat dari beberapa paduan logam antara lain Aluminium (Al) 89,74-96,38%,
Magnesium (Mg) 1,14-3,28%, Mangan (Mn) 0,75-1,93%, Besi (Fe) 0,51-1,79%,
Silikon (Si) 0,19-1,33%, dan Tembaga (Cu) 0,19-2,36% (Mariam, 2013).
Logam-logam komponen penyusun kaleng bekas ini pada dasarnya telah
digunakan untuk membuat katalis berbasis silika, seperti Fe/SiO2 (Pandiangan,
2008), dan MgO/SiO2 (Nurjannah, 2014). Pemanfaatan logam-logam dalam
kaleng bekas tersebut menunjukkan bahwa kaleng bekas dengan kadar aluminium
yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk membuat aluminosilikat. Komponen lain
pembentuk aluminosilikat adalah silika dari sekam padi. Sekam padi merupakan
limbah pertanian yang melimpah dan diketahui mengandung silika dalam bentuk
oksida (SiO2) sekitar 22% (Prasad and Panday, 2012). Silika sekam padi dapat
diekstraksi dengan mudah karena memiliki kelarutan yang tinggi dalam larutan
alkali (Pandiangan dkk., 2008), sehingga dapat diperoleh dalam bentuk sol. Sol
silika dapat diubah menjadi gel dengan cara menetralkan sol dengan suatu asam,
kemudian gel yang dihasilkan dapat diolah menjadi padatan silika (serbuk)
dengan kemurnian mencapai 95% (Sembiring dan Karo-karo, 2008).
ISI
Gambaran Umum Limbah Cair Bengkel
Salah satu limbah yang sering dihasilkan dari kegiatan perbengkelan adalah
limbah cair. Limbah cair dari usaha perbengkelan dapat berupa oli bekas, bahan
ceceran, pelarut/pembersih dan air. Oli bekas mengandung komponen logam berat
(Cd, Pb, Fe), polychrolinated biphenyl (PCBs) dan polycyclic aromatic
hydrocarbon (PAHs). Komponen-komponen ini mengandung bahan beracun saat
terlepas ke lingkungan, terutama pada perairan dikarenakan dapat menyebabkan
terhalanginya sinar matahari dan oksigen dari atmosfer ke air. Selain oli bekas
limbah bengkel lain yang dapat menyebabkan pencemaran adalah tidak adanya
pengelolaan limbah aki bekas, sehingga dapat mencemari lingkungan karena
mengandung kadar timbal dan asam kuat (Cindiyanti, 2011).
Bahan pelarut/pembersih pada umumnya mudah sekali menguap, sehingga
keberadaannya dapat menimbulkan pencemaran terhadap udara. Terhirupnya
bahan pelarut juga dapat menimbulkan gangguan terhadap pernafasan para
pekerja. Bahan bakar merupakan cairan yang mudah terbakar oleh nyala api, dan
juga merupakan bahan yang mudah sekali terbawa oleh aliran air. Bahan bakar
bensin mudah sekali menguap dan terhirup oleh para pekerja. Air limbah dari
usaha perbengkelan banyak terkontaminasi oleh oli (minyak pelumas), gemuk dan
bahan bakar. Air yang sudah terkontaminasi akan mengalir mengikuti saluran
yang ada, sehingga air ini mudah sekali untuk menyebarkan bahan-bahan
kontaminan yang terbawa olehnya (Saleh,2010).
Pada penelitian Mukhlishoh (2012) limbah yang dihasilkan dari kegiatan
bengkel dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).
Limbah B3 yang dihasilkan dari usaha bengkel antara lain : limbah padat dan
limbah cair. Limbah B3 padat meliputi limbah logam yang dihasikan dari kegiatan
usaha perbengkelan seperti skrup, potongan logam, lap kain yang terkontaminasi
oleh pelumas bekas maupun pelarut bekas. Sedangkan limbah cair meliputi oli
bekas, pelarut atau pembersih, H2SO4 dari aki bekas. Jumlah timbulan Limbah B3
Bengkel digunakan untuk mengetahui seberapa besar volume yang dibutuhkan
perhari untuk menampung limbah B3 yang dihasilkan. Jumlah timbulan rata – rata
dikategorikan berdasarkan jumlah pelanggan dari bengkel tersebut. Jumlah
timbulan limbah oli bekas dan botol bekas oli sebanding dengan kategori bengkel,
dimana semakin ramai bengkel tersebut maka jumlah timbulan yang dihasilkan
juga akan semakin besar. Pencemaran oli bekas dapat terjadi dikarenakan tidak
adanya sistem yang baku mengenai pengelolaan minyak pelumas bekas terutama
dari bengkel–bengkel kendaraan bermotor. Selain oli bekas limbah bengkel lain
yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran adalah tidak adanya pengelolaan
limbah aki bekas, sehingga dapat mencemari lingkungan karena mengandung
kadar timbal yang tinggi. Limbah timbal yang mencemari perairan dapat
menyebabkan adanya kandungan timbal di dalam darah warga yang menggunakan
air tersebut dan akan membahayakan kesehatan. Toleransi untuk kadar timbal
dalam darah standar WHO sebesar 10 mikrogram per desiliter
(Mukhlishoh,2012).
Penanganan Limbah Cair Bengkel Kendaraan Bermotor
Untuk mengatasi limbah cair bengkel kendaraan bermotor yaitu dengan
ditambahkan adsorben aluminosilikat dari kaleng aluminium bekas dan silika
sekam padi. Aluminosilikat merupakan senyawa anorganik yang dapat disintesis
melalui beberapa metode seperti metode thermal, hidrotermal, dan dari larutan.
Senyawa aluminosilikat ini terbentuk dari campuran oksida, alumunium dan
silikon dengan perbandingan tertentu. Aluminosilikat dapat dimodifikasi bentuk
strukturnya menjadi porous, mesoporous maupun amorf sehingga memiliki luas
permukaan serta kemampuan yang berbeda. Aluminosilikat memiliki peran
sebagai katalis anorganik. Aluminosilikat juga telah marak digunakan dalam
bidang industri sebagai katalis asam (Zahdy dkk., 2017). Salah satu manfaat
aluminosilikat berpotensi menjadi adsorben. Adsorben adalah bahan yang sangat
berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau pada
letak-letak tertentu di dalam partikel itu. Karena biasanya pori-pori berukuran
sangat kecil, jadi luas perrmukaan dalam menjadi beberapa orde besaran lebih
besar dari permukaan luar, sehingga dapat mencapai 2.000 m2/gr.
Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau karena perbedaaan polaritas
menyebabkan sebagian besar molekul melekat pada permukaan itu lebih erat
daripada molekul-molekul lainnya. Pada umumnya, komponen yang diadsorpsi
melekat sedemikian kuat sehingga memungkinkan pemisahan komponen itu
secara menyeluruh dari fluida tanpa terlalu banyak adsorbsi terhadap komponen
lain. Regenerasi adsorben dapat dilakukan sehingga mendapatkan adsorbat dalam
bentuk terkonsentrasi atau hampir murni (Natalina dkk., 2018).
PENUTUP
Pembuangan limbah cair kendaraan bermotor seperti oli bekas limbah
bengkel (limbah kendaraan bermotor) dan tidak adanya pengelolaan limbah aki
bekas, sehingga dapat mencemari lingkungan karena mengandung kadar timbal
(Pb) yang tinggi jika terus didiamkan hal ini tentunya akan menyebabkan
permasalahan yang sangat serius pasalnya hal ini dapat mengakibatkan efek buruk
bagi lingkungan karena dapat menyebabkan kontaminan pada lingkungan air
disekitar area tersebut. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk menanggulangi
permasalahan tersebut yaitu dengan memanfaatkan proses adsorbs yang mana
proses ini memiliki keunggulan dan telah banyak digunakan dalam industri karena
lebih ekonomis, tidak menimbulkan efek samping beracun, dan dapat
menghilangkan bahan organik. Proses adsobsi dapat berlangung dengan
mengguanakan suatu adsorben yang baik, dalam hal ini kami berinovasi unuk
membuat suatu adsorben yang dapat digunakan untuk menanggulangi
permasalahan limbah tersebut. Adsorben aluminosilikat dari kaleng aluminium
bekas dan silika sekam padi sebuah inovasi yang dapat menanggulangi
pencemaran lingkungan akibat tidak diolahnya limbah cair bengkel dan dapat
mengolah kaleng aluminium bekas dan silika sekam padi menjadi aluminosilikat
sebagai adsorben yang diharapkan efektif dalam mengadsorbsi bahan kontaminan
yang terdapat pada limbah cair kendaraan bermotor dan dengan adanya inovasi ini
diharapkan juga dapat mengurangi limbah kaleng bekas yang selama ini masih
minim pemanfaatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Cindiyanti, Z.A. 2011. Pabrik Base Oil dari Limbah Plastik dengan Proses
Pirolisis. Tugas Akhir D-III. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi
Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Mariam, N dan Handajani M. 2013. Kinetika Penyisihan Total Suspended Solid
(TSS) Pada Air Baku PDAM Tirtawening Kota Bandung Menggunakan
Koagulan Tawas Berbahan Baku Aluminium dari Tutup Kaleng Bekas.
Thesis. Program Studi Magister Teknik Lingkungan Institusi Teknologi
Bandung: Bandung.
Mukhlishoh. 2012. Pengelolaan Limbah B3 Bengkel Resmi Kendaraan Bermotor
Roda dua di Surabaya Pusat: Institut Teknologi Sepuluh November.
Surabaya.
Natalina, Atmono, Anggi Puspitasari. 2018. Penurunan Kadar Minyak Pelumas
Pada Limbah Cair Bengkel dengan Menggunakan Limbah Lateks Karet.
Jurnal Rekayasa Teknologi dan Sains. 2(1) : 13-19.
Nurjannah. 2014. Transesterifikasi Minyak Jarak Dengan Metanol Dan Katalis
Heterogen Berbasis Silika Sekam Padi (MgO–SIO2). (Skripsi). Universitas
Lampung. Lampung.
Pandiangan, K. D., S G..Irwan., R. Mita., W. Sony., A. Dian., A. Syukri, dan J.
Novesar. 2008. Karakteristik Keasaman Katalis Berbasis Silika Sekam Padi
yang Diperoleh dengan Teknik Sol–Gel. Prosiding Seminar Sains dan
Teknologi (SATEK II) Universitas Lampung. 342–353.
Prasad, R. & M. Pandey.2012. Rice Husk Ash as a Renewable Source for the
Production of Value Added Silica Gel and its Application: An Overview,
Bulletin of Chemical Reaction Engineering & Catalysis. 7 (1):1 – 25.
Robertson, G. 2006. 2nd ed. Food Packaging, Principles and Practise. CRC
Electronic Products Publisher. Inggris.
Saleh,R. 2010. Tinjauan Hukum Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor
Yang Menyebabkan Terjadinya Pencemaran Udara Dihubungkan Dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.UNICOM.
Sembiring S, Manurung P, dan Karo-Karo P. 2008. Pengaruh Suhu Tinggi
terhadap Karakteristik Keramik Cordierite Berbasis Silika Sekam Padi.
Jurnal Fisika dan Aplikasinya. 5 (1):1-4.
Zahdy, Naufal Irfana., Bima Maghfur Abdillah R. 2017. Senyawa Aluminosilikat
sebagai Katalis Asam. Department of Chemistry faculty of science Institute
Technology Sepuluh November. Surabaya.
0 comments:
Posting Komentar