MATEMATIKA YANG TAK HANYA SEBATAS TEORI
ESAI
Oleh:
Eko Ardiyanto PMIPA/2013021039
Cahyaningtyas Prayitno PMIPA/2013021054
Sub Tema: Pendidikan & Budaya
Apa sih kesan pertama kalian apabila mendengar kata matematika?
Mungkin jawaban kebanyakan orang, matematika ribet, matematika pusing,
matematika susah dan sebagainya. Peryataan-peryataan seperti itu, merupakan hal
yang lazim kita dengar dikalangan masyarakat kita. Lalu mengapa hal itu bisa
terjadi? Untuk mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi, terlebih dahulu kita
bertanya ke diri kita masing-masing, pelajaran apa sih yang paling kita sukai di
kalangan kebanyakan sisiwa-siswi dan guru-guru mata perlajaran apa yang paling
disukai para siswa siswi? Pastinya kebanyakan siswa akan menjawab mata
pelajaran penjas, ketrampilan, pelajaran-pelajaran yang berbau dengan aktivitas.
Coba kita lihat kebelakang terlebih dahulu, hal-hal yang kita temui ketika belajar
matematika selama SD, SMP, SMA, itu matematika yang seperti apa ya? Selama
menempuh bangku sekolah sering kali kita temui matematika yang dikenalkan
oleh para tenaga pendidik yakni matematika ilmu yang sebatas hayalan,
matematika ilmu yang buat apa sih untuk kehidupan sehari-hari. Alhasil dengan
matematika yang dikenalkannya seperti itu, membuat siswa sendiri dengan
matematika agak kurang berminat, kurang semangat. Karena ilmu matematika
yang banyak orang ketahui ilmu yang hayalan dan hanya sekedar teori-teori
semata.
Lalu bagaimana caranya agar matematika disukai para siswa? Jawabanya
yakni, kenalkan matematika sebagai ilmu yang tidak hanya sekedar teori, tetapi
kenalkan matematika sebagai ilmu yang ada dikehidupan keseharian kita,
matematika yang tak hanya ilmu-ilmu teori-teori semata. Apabila matematika
dikenalkanya dengan cara seperti itu, pastinya banyak para siswa yang antusias
dan merasa tidak bosan akan mata pelajaran matematika.
Sekarang ini pemerintah sudah gencar dalam memperbaiki sisitem
pembelajaran matematika yang tak hanya sebatas teori saja, tetapi matematika
dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari kita atau biasanya dalam penyajian suatu
persoalan dikaitkan dengan permsalahan kontekstual. Itu semua bisa kita lihat
dalam KD dan KI yang dibuat oleh KEMENDIKBUD. Berikut ini akan kami
sajikan beberapa contoh KD dan KI yang menggambarkan pemerintah tanggap
akan permaslahan mata pelajaran matematika ini.
Dari KD dan KI di atas bisa kita lihat, dari KEMENDIKBUD-nya sendiri sedikit
demi sedikit mulai membuat matemematika sebagai ilmu yang ada dikehidupan
sekitar kita. Bisa kita lihat di KD dan KI pon 3.4 dan 4.4, disitu terdapat kata-
kata masalah konstektual, berarti KEMENDIKBUD mulai mengarahkan siswa
untuk menyelsakan permsalahan-permasalahn kontekstual atau permasalahan-
permasalahan yang ada dikehiduapan keseharian kita.
Seiring dengan progaram kerja dari pemerintah yang sangat bagus,
timbulah masalah baru lagi, yakni masalah ditenaga pendidiknya. Permasalahan
tenaga pendidik ini merupakan masalah klasik, permasalahn dari dulu hingga
sekarang, dari permsalahan gaji yang diterima tenaga pendidik, permsalahan akan
kualitas tenaga pendidik, dan lain-lain. Untuk kualitas tenaga pendidik sering kali
kita temui tenaga pendidik yang hanya sekedar menyampaikan materi dan
memberikan soal tanpa menekankan konsep materi bahkan penerepanya pun tidak
diajarkan, mirisnya lagi apabila kita temui tenaga pendidik yang menyuruh
siswanya hanya mencatat materi saja, apa yang akan diperoleh siswa apabila
tenaga pendidik hanya sekedar menyuruh siswanya mencatat materi dan
mengerjakan soal-soal latihan. Tentunya hanya sedikti ilmu yang akan didapat
oleh siswanya sendiri, paling bagus siswa itu akan paham di materi tersebut tetapi
apabila di kemudian hari diulang, siswa tersebut akan lupa dengan materi yang
dipelajarinya diminggu-minggu sebelumnya, masalah tersebut dikarenakan
kurangnya penanaman konsep dari tenaga pendidiknya. Metode-metode seperti itu
yang membuat siswa bosan dan malas akan belajar, ditambah dengan matematika
yang sedari awal dikenalkan sebagai ilmu yang mindsetnya susah, ilmu yang
membosankan, dan lain sebagainya.
Disinilah kami kenalkan metode matematika yang tak hanya sebatas teori
semata, untuk metodenya sendiri yakni cukup simpel. Hanya memperbanyak
penyampaian materi yang dikaitkan dalam permsalahan konstektual dan
memperbanyak persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah konstektual
atau matematika yang berkaitan dengan kehidupan keseharian kita. Tetapi dengan
catatan, metode tersebut tidak keluar dari koridor-koridor KD dan KI yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah sendiri. Untuk mencapai metode yang seperti itu
diperlukanya keikhlasan yang ekstra, keikhlasan yang dimaksud ini keikhlasan
6
akan mengajar, karena untuk mencapai metode seperti itu sangat lah tidak mudah.
Diperlukanya rasa ingin memajukan pendidikan di Indoneisa dan diperlukanya
suport dari berbagai bidang, baik dari pemerintah, universitas, sekolah, keluarga,
dan lingkungan. Untuk calon guru yang sedang menempuh studi di Fakultas
keguruan, diperlukanya bimbingan dari dosen yang harus menekan untuk
penananman konsep dan pemberian materi yang berkaitan dengan masalah
konstektual keseharian kita. Dari pemerintahnya sendiri juga harus mendukung
dengan stimulus gaji atau tunjangan gaji yang bisa membiayai kehidupan tenaga
pendidiknya. Bisa kita lihat dari banyaknya tenaga pendidik honorer yang gajinya
di bawah UMR. Jangankan mau menerapkan metode yang sesuai dengan
keinginan pemerintah, memikirkan biaya kesehariannya saja sudah bingung. Jadi
disini perlunya sinergitas antara pemerintah, universitas, sekolah, guru, keluarga
dan lingkungan untuk mencapai tujuannya. Dibandingkan dengan negara Korea
Selatan, yang tingkat pendidikanya sangat baik. Bisa dilihat dari skor pisa pada
tahun 2018, Korea Selatan menempati urutan ke-7 untuk kualitas pendidikanya.
Di Korea Selatan sendiri untuk calon guru diambil 5% lulusan terbaiknya, di
Korea Selatan juga guru sangatlah dihargai dikalangan masyrakat dan guru juga
tingkat mutu hidupnya tinggi dengan gaji lumayan banyak.
Untuk mencapai tujuan, merubah mindset matematika yang sulit,
membosankan, dan ilmu yang hanya sebatas teori. Diperulkanya dukungan dari
berbagai hal, baik dari pemerintah, universitas, sekolah, guru, orangatua dan
lingkungan. Paradigma-paradigma matematika yang sulit, membosankan, ilmu
yang membosankann dan lain sebagainya, kami yakin nantinya semakin lama
akan semakin memudar. Sering langkah awal pemerintah membuat KD dan KI
yang berkaitan dengan persoalan konstektual atau permasalahan sehari-hari
diharapkan guru bisa menerapkanya dengan baik dan untuk kualitas gurunya
sendiri harus terus ditingkatkan. Apabila metode-metode tersebut terlaksana
dengan baik, kualitas tenaga pendidik kian membaik, dan dukungan dari berbagai
pihak pastinya siswa semakin suka akan matematika dan paradigma-paradigma
matematika itu susah semakin lama semakin memudar.
DAFTAR PUSTAKA
Herususilo, E, Y. 2019. Skor PISA 2018: Peringkat Lengkap Sains Siswa di 78
Negara, Ini Posisi Indonesia (online). Kompas.com.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/07/10225401/skor-pisa-2018-peringkat-
lengkap-sains-siswa-di-78-negara-ini-posisi. diakses pada 21 November 2021.
Fetrisia, Kike. 2021. Fakta Tentang Murid dan Guru Sekolah di Korea Selatan
(online). KoresBanget.com. https://koreabanget.hops.id/fakta-tentang-murid-
sekolah-di-korea-selatan/?utm_source=line-original. Diakses pada 21 November
2021.
Permendikbud (2018). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 37
Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi
Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah.
0 comments:
Posting Komentar