MOLPIS (MIKROORGANISME LOKAL KULIT PISANG) : PUPUK ORGANIK
SEBAGAI DEKOMPOSER ALAMI DENGAN PRINSIP FERMENTASI
ESAI NASIONAL
Indah Nurul Assa’diyah Teknologi Hasil Pertanian/ 1914231002
Ratih Nurhidayati Kimia/2017011084
Sub Tema : Sains dan Teknologi
Latar Belakang
Sains dan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan oleh
manusia seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Sains dan teknologi
yang berkembang juga dapat mengubah semua kegiatan manusia menjadi lebih
mudah, efektif dan efisien. Berbagai bidang sekarang telah banyak menggunakan
teknologi, salah satunya di bidang pertanian. Petani dapat membajak sawah
dengan menggunakan tractor, mengolah hasil panen lebih mudah menggunakan
berbagai teori dan mesin yang canggih, membuat inovasi terbaru dari teori yang
sudah ada dan dikembangkan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Zaman
sekarang, banyak petani yang berinovasi untuk menciptakan produk yang dapat
digunakan dan bermanfaat bagi tanaman, contohnya pupuk.
Indonesia memiliki luas wilayah daratan sebesar 1.919.400 kilometer
persegi (Nurjasmi, 2021). Hal tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
membuat fasilitas seperti rumah, gedung dan yang lainnya, luas wilayah daratan
di Indonesia juga dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dapat membawa
manfaat bagi masyarakat. Masyarakat menggunakan lahan yang mereka punya
untuk membuat lahan seperti buah dan sayur yang dapat mereka konsumsi ataupun
mereka jual karena memperoleh nilai tambah. Salah satu jenis tanaman yang
memiliki kesensitifan yang tinggi yaitu buah dan sayur. Tanaman buah dan sayur
sangat rentan terhadap perubahan iklim, cuaca, bahkan lingkungan yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit yang ada pada tanaman buah dan sayur
akan menimbulkan efek penyakit pula bagi yang mengkonsumsinya. Beberapa
petani menggunakan pupuk kimia seperti pestisida untuk mengatasi hal tersebut.
Seperti yang diketahui bahwa pupuk kimia seperti pestisida tentu mengandung
bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh manusia.
Pamungkas (2016) melaporkan bahwa tercatat sebanyak 1-5 juta kasus
keracunan yang terjadi setiap tahunnya, terutama di sector pertanian seperti petani
dengan besaran 5,5 % atau sekitar 200.000 jiwa dari 80% terjadi di negara
berkembang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenni, et al. (2014)
menyatakan bahwa 95,8% petani sayur dan buah di kota Batu, Malang mengalami
keracunan akibat pestisida. Pestisida jenis organofosfat yang biasa digunakan
untuk membunuh serangga, pernah menyebabkan kematian onsite sebanyak 15
ribu jiwa (Pamungkas, 2016). Dampak dari insiden ini dapat dirasakan hingga 30
tahun kedepan dengan efeknya yaitu kelahiran cacat dan serta kasus gagal organ.
Efek ringan jangka pendek yang dirasakan hanya sebatas iritasi pada mata atau
kulit, tetapi pada jangka Panjang akan menyebabkan gangguan system hormone,
kegagalan organ bahkan hingga kematian. Beberapa jenis pestisida memiliki
karakteristik sulit terbiodegradasi dan memiliki kelarutan yang tinggi dalam lemak
seperti organoklorin (Swacita, 2017).
Penggunaan pestisida untuk menghilangkan penyakit pada tanaman
memiliki banyak dampak positif, tetapi juga terdapat beberapa dampak negatif
yang sangat membahayakan terutama bagi manusia seperti kematian. Masyarakat
juga menggunakan pestisida dikarenakan praktis karena sudah dapat diperoleh
dimana saja dan mudah ditemukan. Berdasarkan permasalahan diatas, maka
penulis melakukan inovasi dengan mensubtitusi pestisida dengan produk yang
lebih aman, murah dan dapat dibuat sendiri yang bernama Molpis atau
mikroorganisme lokal kulit pisang. Molpis merupakan pupuk organik cair yang
berasal dari miikoorganisme lokal hasil fermentasi karbohidrat yang bersumber
dari air cucian beras, air gula dan limbah kulit pisang sebagai decomposer alami
bagi tanaman khususnya buah dan sayur.
untuk proses pembuatan molpis yaitu dengan cara yaitu pertama, kulit pisang sebanyak 100 gr dipotong hingga kecil agar mudah Kulit Pisang Dipotong-potong kecil Ditambahkan Air Cucian Beras Air Gula Diaduk Difermentasi hingga berbau seperti tape
Molpis
memasukkan ke dalam botol dan memudahkan proses difusi larutan masuk ke pori-pori
kulit pisang. Kedua, kulit pisang dicampur dengan air cucian beras sebanyak 750 mL dan
air gula sebanyak 250 mL yang dimasukkan ke dalam botol bekas minuman. Ketiga,
kocok larutan hingga tercampur rata, setelah tercampur rata, buka tutup botol sedikit agar
tidak terjadi ledakan ketika proses fermentasi berlangsung. Terakhir, fermentasi larutan
tersebut hingga berbau seperti tape dan terdapat busa, tutup botol dibuka sedikit setiap
hari agar tidak terjadi ledakan pada botol. Jika larutan telah berbau seperti tape dan
terdapat gelembung busa, maka proses fermentasi telah selesai.
Mekanisme Kerja Molpis
Setelah beberapa hari diamati, terjadi perubahan yang cukup signifikan yaitu
terjadi proses perubahan bau, yang semula berbau busuk akan berubah menjadi bau
seperti tape atau alkohol. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi proses fermentasi secara
sempurna dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang ada pada kulit pisang
kepok (Hadi, 2019). Bakteri akan mendekomposisi bahan organik kulit pisang dengan
menggunakan air cucian beras dan air gula sebagai makanannya kemudian menghasilkan
gas CO2 dan alkohol. Perubahan bau terjadi karena adanya proses perombakan glukosa
menjadi etanol dan karbondioksida yang juga menyebabkan adanya gelembung dan
tekanan, jika tekanannya telah berlebih, maka akan menyebabkan ledakan. Penggunaan
molpis sebagai pupuk organik cair dapat menghasilkan berbagai kelebihan seperti dengan
pestisida dan juga molpis lebih aman untuk digunakan karena terbuat dari bahan alami
dan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, R. A. (2019). Pemanfaatan Mol (Mikroorganisme Lokal) Dari Materi Yang
Tersedia Di Sekitar Lingkungan. Agroscience (Agsci), 9(1), 93.
https://doi.org/10.35194/agsci.v9i1.637
Nurjasmi, R. (2021). Review: Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan oleh Lanjut
Usia untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Jurnal Ilmiah Respati, 12(1), 11–28.
https://doi.org/10.52643/jir.v12i1.1406
Oktiningtiyas, L. Y. (2015). Efektivitas Mikroorganisme Lokal (Mol) Kulit Pisang Dan Bonggol
Pisang Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L) Pada Media
Hidroponik (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Pamungkas, O. S. (2016). Bahaya Paparan Pestisida terhadap Kesehatan Manusia.
Bioedukasi, XIV(1), 27–31.
0 comments:
Posting Komentar