Sabtu, 04 Desember 2021

MOLPIS (MIKROORGANISME LOKAL KULIT PISANG) : PUPUK ORGANIK

SEBAGAI DEKOMPOSER ALAMI DENGAN PRINSIP FERMENTASI


ESAI NASIONAL 

Indah Nurul Assa’diyah Teknologi Hasil Pertanian/ 1914231002

Ratih Nurhidayati Kimia/2017011084

Sub Tema : Sains dan Teknologi


Latar Belakang

Sains dan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan oleh

manusia seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Sains dan teknologi

yang berkembang juga dapat mengubah semua kegiatan manusia menjadi lebih

mudah, efektif dan efisien. Berbagai bidang sekarang telah banyak menggunakan

teknologi, salah satunya di bidang pertanian. Petani dapat membajak sawah

dengan menggunakan tractor, mengolah hasil panen lebih mudah menggunakan

berbagai teori dan mesin yang canggih, membuat inovasi terbaru dari teori yang

sudah ada dan dikembangkan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Zaman

sekarang, banyak petani yang berinovasi untuk menciptakan produk yang dapat

digunakan dan bermanfaat bagi tanaman, contohnya pupuk.

Indonesia memiliki luas wilayah daratan sebesar 1.919.400 kilometer

persegi (Nurjasmi, 2021). Hal tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

membuat fasilitas seperti rumah, gedung dan yang lainnya, luas wilayah daratan

di Indonesia juga dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dapat membawa

manfaat bagi masyarakat. Masyarakat menggunakan lahan yang mereka punya

untuk membuat lahan seperti buah dan sayur yang dapat mereka konsumsi ataupun

mereka jual karena memperoleh nilai tambah. Salah satu jenis tanaman yang

memiliki kesensitifan yang tinggi yaitu buah dan sayur. Tanaman buah dan sayur

sangat rentan terhadap perubahan iklim, cuaca, bahkan lingkungan yang dapat

menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit yang ada pada tanaman buah dan sayur

akan menimbulkan efek penyakit pula bagi yang mengkonsumsinya. Beberapa

petani menggunakan pupuk kimia seperti pestisida untuk mengatasi hal tersebut.

Seperti yang diketahui bahwa pupuk kimia seperti pestisida tentu mengandung

bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh manusia.

Pamungkas (2016) melaporkan bahwa tercatat sebanyak 1-5 juta kasus

keracunan yang terjadi setiap tahunnya, terutama di sector pertanian seperti petani

dengan besaran 5,5 % atau sekitar 200.000 jiwa dari 80% terjadi di negara

berkembang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenni, et al. (2014)

menyatakan bahwa 95,8% petani sayur dan buah di kota Batu, Malang mengalami

keracunan akibat pestisida. Pestisida jenis organofosfat yang biasa digunakan


untuk membunuh serangga, pernah menyebabkan kematian onsite sebanyak 15

ribu jiwa (Pamungkas, 2016). Dampak dari insiden ini dapat dirasakan hingga 30

tahun kedepan dengan efeknya yaitu kelahiran cacat dan serta kasus gagal organ.

Efek ringan jangka pendek yang dirasakan hanya sebatas iritasi pada mata atau

kulit, tetapi pada jangka Panjang akan menyebabkan gangguan system hormone,

kegagalan organ bahkan hingga kematian. Beberapa jenis pestisida memiliki

karakteristik sulit terbiodegradasi dan memiliki kelarutan yang tinggi dalam lemak

seperti organoklorin (Swacita, 2017).

Penggunaan pestisida untuk menghilangkan penyakit pada tanaman

memiliki banyak dampak positif, tetapi juga terdapat beberapa dampak negatif

yang sangat membahayakan terutama bagi manusia seperti kematian. Masyarakat

juga menggunakan pestisida dikarenakan praktis karena sudah dapat diperoleh

dimana saja dan mudah ditemukan. Berdasarkan permasalahan diatas, maka

penulis melakukan inovasi dengan mensubtitusi pestisida dengan produk yang

lebih aman, murah dan dapat dibuat sendiri yang bernama Molpis atau

mikroorganisme lokal kulit pisang. Molpis merupakan pupuk organik cair yang

berasal dari miikoorganisme lokal hasil fermentasi karbohidrat yang bersumber

dari air cucian beras, air gula dan limbah kulit pisang sebagai decomposer alami

bagi tanaman khususnya buah dan sayur. 

untuk proses pembuatan molpis yaitu dengan cara yaitu pertama, kulit pisang sebanyak 100 gr dipotong hingga kecil agar mudah Kulit Pisang Dipotong-potong kecil Ditambahkan Air Cucian Beras Air Gula Diaduk Difermentasi hingga berbau seperti tape


Molpis


memasukkan ke dalam botol dan memudahkan proses difusi larutan masuk ke pori-pori

kulit pisang. Kedua, kulit pisang dicampur dengan air cucian beras sebanyak 750 mL dan

air gula sebanyak 250 mL yang dimasukkan ke dalam botol bekas minuman. Ketiga,

kocok larutan hingga tercampur rata, setelah tercampur rata, buka tutup botol sedikit agar

tidak terjadi ledakan ketika proses fermentasi berlangsung. Terakhir, fermentasi larutan

tersebut hingga berbau seperti tape dan terdapat busa, tutup botol dibuka sedikit setiap

hari agar tidak terjadi ledakan pada botol. Jika larutan telah berbau seperti tape dan

terdapat gelembung busa, maka proses fermentasi telah selesai.

Mekanisme Kerja Molpis

Setelah beberapa hari diamati, terjadi perubahan yang cukup signifikan yaitu

terjadi proses perubahan bau, yang semula berbau busuk akan berubah menjadi bau

seperti tape atau alkohol. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi proses fermentasi secara

sempurna dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang ada pada kulit pisang

kepok (Hadi, 2019). Bakteri akan mendekomposisi bahan organik kulit pisang dengan

menggunakan air cucian beras dan air gula sebagai makanannya kemudian menghasilkan

gas CO2 dan alkohol. Perubahan bau terjadi karena adanya proses perombakan glukosa

menjadi etanol dan karbondioksida yang juga menyebabkan adanya gelembung dan

tekanan, jika tekanannya telah berlebih, maka akan menyebabkan ledakan. Penggunaan

molpis sebagai pupuk organik cair dapat menghasilkan berbagai kelebihan seperti dengan

pestisida dan juga molpis lebih aman untuk digunakan karena terbuat dari bahan alami

dan organik.


DAFTAR PUSTAKA


Hadi, R. A. (2019). Pemanfaatan Mol (Mikroorganisme Lokal) Dari Materi Yang

Tersedia Di Sekitar Lingkungan. Agroscience (Agsci), 9(1), 93.

https://doi.org/10.35194/agsci.v9i1.637


Nurjasmi, R. (2021). Review: Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan oleh Lanjut

Usia untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Jurnal Ilmiah Respati, 12(1), 11–28.

https://doi.org/10.52643/jir.v12i1.1406


Oktiningtiyas, L. Y. (2015). Efektivitas Mikroorganisme Lokal (Mol) Kulit Pisang Dan Bonggol

Pisang Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L) Pada Media

Hidroponik (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Pamungkas, O. S. (2016). Bahaya Paparan Pestisida terhadap Kesehatan Manusia.

Bioedukasi, XIV(1), 27–31.



0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer