PEMANFAATAN MUSEUM RUWA JURAI SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN BUDAYA LOKAL
Abstrak
Indonesia yang dikenal dengan negara multikultural memiliki berbagai keanekaragaman budaya yang bersifat unik dan terstruktur. Berbagai keragaman budaya lokal yang dapat di adopsi dalam dunia pendidikan dengan memanfaatkan Museum sebagai ikon budaya dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik serta mengembangkan ketertarikan akan sejarah. Penelitian ini bertujuan untuk membantu guru menjelaskan materi kepada peserta didik dengan menampilkan gambaran museum Ruwa Jurai mengenai sejarah, koleksi-kolesi dan makna adanya benda-benda bersejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi data. Dalam kajian implementasi pembelajaran ini menggunakan metode diskusi interaktif guna meningkatkan daya pikir kritis pada siswa di SD Negeri 1 Tanjung Agung tepatnya kelas V. Adapun media yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah Vidio pembelajaran yang di dalamnya berisi terkait budaya, benda, dan informasi lokalitas wilayah Lampung yang termuat dalam museum Ruwa Jurai. Dengan hal ini maka dapat bermanfaat untuk membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang, melatih daya kritis siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan, menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban Indonesia di masa lampau.
Kata Kunci: Museum Ruwa Jurai, Budaya Lokal, Pembelajaran.
1. Introduction
Indonesia yang dikenal sebagai negara multikultural memiliki karakteristik keragaman budaya yang sangat unik. Keragaman budaya di Indonesia menjadi daya tarik bagi ranah dunia untuk memperhatikan dan menyoroti eksistensi dari adanya kultur dan keragaman budaya Indonesia. Namun secara fakta seiring berkembangnya zaman yang semakin maju dan canggih ternyata terjadi degradasi budaya di dalam diri Masyarakat khususnya pada generasi muda. Banyak generasi muda yang menganggap bahwa budaya lokal milik Indonesia merupakan suatu budaya yang bersikap tradisional dan tidak berkembang. Budaya tradisional Indonesia dianggap sebagai budaya yang sifatnya primitif dan tidak mengikuti peradaban zaman yang kemudian hal ini berdampak pada penurunan sikap cinta tanah air di kalangan anak muda [1, 2, 3].
Berdasarkan observasi dan survei yang kami lakukan pengetahuan terkait budaya lokal ini memang benar-benar terjadi hal ini terbukti dengan hasil survei pengetahuan budaya lokal Lampung yang kami ambil di ranah Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan survei yang telah kami lakukan kepada responden di SD Negeri 1 Tanjung Agung didaaptakan data sebagai berikut, 81,6% siswa – siswi di sekolah tersebut menyatakan bahwa budaya lokal sudah tidak lagi berkembang, 75,5% siswa - siswi di sekolah tersebut belum mengenal apa macam macam budaya lokal Lampung namun, 98% siswa - siswi tersebut menyatan bahwasannya budaya lokal itu penting untuk senantiasa di lestarikan. Konsepsi pelestarian budaya yang paling efektif dapat di lakukan melalui ranah pendidikan. Hal ini di sebabkan pendidikan mempunyai kuasa untuk membuat suatu peraturan serta mempunyai suatu kekuasaan untuk membuat peraturan itu menjadi budaya yang ditaati peserta didik [4, 5].
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan kepada salah satu tokoh Lampung sekaligus dosen sejarah lisan dan tradisi lisan beliau menyatakan bahwa: “Budaya lokal (Warahan) merupakan sastra lisan lokal yang perlu untuk di wariskan secara terus menerus kepada generasi muda hal ini di dasari oleh nilai nilai dari tradisi budaya lokal Warahan tersebut memiliki nilai karakter yang relevan dengan kehidupan nyata dan sebagai upaya pengintegrasiannya dapat di lakukan melalui ranah pendidikan [6].
Oleh sebab itu untuk terus menjaga eksistensi dan urgensi dari budaya lokal dengan berbagai keragamannya kita harus senantiasa melestarikan berbagai budaya tersebut salah satunya dengan memanfaatkan sistem ranah pendidikan. Menurut Durkheim (2012) ada 3 hal yang harus diikuti dalam memperkuat budaya yang baik yaitu pertama disiplin, yang kedua keterikatan pada kelompok, dan terakhir otonomi yaitu keputusan pada diri sendiri. Unsur- unsur ini menjadi penentu luaran dari lembaga pendidikan yang merupakan hal baik dan pasti. Pada unsur ini pusat konseling dan pusat karir menjadi peran utama dalam menimbulkan sikap dan karakter diri peserta didik agar mempunyai moral yang baik dan mencintai budaya lokal, dengan pengarahan dari tim pusat karir dan konseling peserta didik diharapkan dapat pengarahan yang jelas akan rencana 5 – 10 tahun kedepan dimana dengan perencanaan yang baik akan meningkatkan kepercayaan diri serta menjaga peserta didik agar tidak salah memilih jalan untuk masa depannya terutama mereka juga akan memahami tentang pentingnya eksistensi budaya.
Pada hal ini museum mempunyai kaitan yang sangat erat dengan dunia pendidikan. Museum mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan non formal [7]. Museum menjadi sarana belajar tanpa mengambil peran dari seorang guru. Museum merupakan lembaga non profit yang bersifat tetap untuk melayani masyarakat dan terbuka untuk umum. Museum juga dapat meningkatkan kesadaran para pelajar terhadap peristiwa masa lalu. Selain itu juga, museum dapat memberikan kontribusi untuk pendidikan sekolah dalam banyak hal, yang paling penting komunikasi visual melalui benda-benda dan bahan mata pelajaran seperti sejarah, geografi, seni, fisika, kimia, astronomi, kesehatan dan kebersihan, ilmu pengetahuan alam dan matematika bahkan bisa menjadi hidup lebih jelas dan efektif melalui pameran di museum yang ada di museum [8, 9].
Hasil penelitian dari Yanuarius Vandana Putra (2019), yang berjudul “Pemanfaatan Museum Sonobudoyo sebagai Sumber Belajar dan Destinasi Wisata di Yogyakarta”, menunjukkan bahwa Museum Sonobudoyo cocok digunakan sebagai sarana dalam membantu proses pembelajaran sebagai sumber belajar dan dapat dijadikan destinasi bagi kota Yogyakarta [10].
Pendapat serupa juga dikemukan oleh pakar sejarah dari Florida University Sharon Peoples “ She posits that modernity and tradition can be intertwined, inviting a more flexible and complex approach to intangible heritage”. Dia mengemukakan bahwa modernitas dan tradisi dapat saling terkait, mengundang pendekatan yang lebih fleksibel dan kompleks untuk warisan bersejarah [11].
Persamaan penelitian tersebut dengan karya ilmiah penulis yaitu, menjelaskan pemanfaatan museum dalam proses pembelajaran. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Yanuarius Vandana Putra adalah penulis skripsi selain membahas mengenai pemanfaatan untuk sumber belajar, peneliti juga meneliti pemanfaatan bidang destinasi wisata. Sedangkan hasil penelitian penulis hanya meneliti pemanfaatan Museum sebagai sumber belajar dan mengangkat tentang pemahaman kebudayaan lokal. Perbedaan yang kedua terdapat pada objek yang diteliti. Penulis skripsi menggunakan Museum Senobudoyo sebagai objek penelitiannya, sedangkan hasil penulis membahas Museum Ruwa Jurai [12].
Hasil penelitian dari Sulis Setyaningsih (2007), yang berjudul “Pemanfaatan Museum Mahameru sebagai Sumber Belajar Sejarah Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Blora Tahun Ajaran 2007/2008”, menunjukkan bahwa Museum dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah khususnya siswa/siswi SMP pada pokok bahasan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalannya. Persamaan penelitian tersebut dengan karya ilmiah penulis yaitu, menunjukkan pemanfaatan museum sebagai sumber belajar dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Sulis Setyaningsih adalah penulis skripsi menunjukan bahwa museum Mahameru di Blora belum di manfaatkan sebaik-baiknya sebagai sarana dan fasilitas dalam proses pembelajaran sejarah sekolah-sekolah yang ada di Blora khususnya di SMP N 2 Blora. Sedangkan hasil penelitian penulis hanya berfokus pada pemanfaatan museum sebagai sumber belajar dan memberikan pemahaman budaya local. Perbedaan kedua yaitu perbedaan objek penelitian. Penulis skripsi menggunakan Museum Mahameru sedangkan penulis menggunakan Museum Ruwa Jurai sebagai objek penelitiannya [13].
Hasil penelitian dari Erza Setiana Sirait (2017), yang berjudul “Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah”, menunjukkan bahwa Museum Misi Muntilan dan koleksi yang ada dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah. Persamaan penelitian tersebut dengan karya ilmiah penulis yaitu, menggunakan metode deskripsi kualitatif, pengumpulan data digunakan melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Erza Setiana Sirait adalah penulis skripsi menunjukkan tidak menunjukkan pemahaman budaya lokal sekitar dan dalam skripsi ini menunjukkan kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan. Sedangkan hasil penelitian karya ilmiah memasukan pemahaman budaya local kedalam penulisan karya ilmiah [14].
Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan kepada pihak penjaga Museum Ruai Jurai menyatakan bahwasanya sistematika pembelajaran melalui sarana museum dapat digunakan sebagai suatu pendekatan kepada peserta didik agar mereka lebih mengetahui mengenai adanya peninggalan kebudayaan serta tradisi-tradisi yang ada di wilayah Lampung. Museum hadir dengan berbagai fasilitas dan sarana yang dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran yang efektif bagi peserta didik.
Keberadaan museum juga telah menunjukkan perubahan serta peradaban dari adanya berbagai perubahan zaman yang tentunya membuat pola pikir siswa semakin berkembang [15]. Maka dari itu perlu adanya pemanfaatan museum sebagai sumber belajar, salah satunya Museum Ruwa Jurai. Umumnya masyarakat dan kalangan pendidikan hanya memandang museum sebagai tempat penyimpanan dan pemeliharaan benda-benda bersejarah. Banyak sekolah yang hanya memberikan pelajaran sejarah melalui buku atau kegiatan di dalam kelas. Belajar merupakan bagian hidup manusia yang berlangsung seumur hidup dalam segala situasi dan kondisi yang dilakukan di sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Museum Lampung Ruwa Jurai merupakan salah satu museum yang ada di Lampung dan menyimpan berbagai macam koleksi peninggalan bersejarah yang ada di Lampung. Museum ini terletak di Jl. Z.A. Pagaralam 5 Bandar Lampung dan berjarak 5.7 km dari pusat Kota Bandar Lampung. Koleksi-koleksi yang ada di Museum Ruwa Jurai ini bertujuan sebagai sarana pendidikan, penelitian, dan destinasi wisata. Koleksi museum lampung ini terdiri dari benda-benda hasil seni, keramik dari negeri Siam dan negeri Cina dari Jaman Dinasti Ming, stempel dan mata uang kuno yang berasal dari masa penjajahan Belanda. Hal ini membuktikan bahwa peninggalan-peninggalan yang ada di Museum Ruwa Jurai dapat dijadikan sumber belajar. Museum Ruwa Jurai sangat bermanfaat sebagai sumber belajar peserta didik dari mulai sekolah TK sampai mahasiswa khususnya mahasiswa Pendidikan sejarah. Kunjungan peserta didik ke museum lampung merupakan model pembelajaran out class atau belajar di luar kelas yang dapat membuat sistem pembelajaran lebih menyenangkan dan mampu mengembangkan kreativitas peserta didik [16].
Penelitian mengenai pemanfaatan museum ini juga pernah dikemukakan oleh Paul F Marty yang dikutip dalam artikel yang diterbtikan di Florida University oleh Kalvatovic et al, yang mengemukakan bahwa “ the need for museum, libraries, and archieves, and museum to provide one central point for users to search across the collection of multiple cultural heritage”. Kebutuhan akan museum, perpustakaan, dan arsip, dan museum untuk menyediakan satu titik pusat bagi pengguna untuk mencari di seluruh koleksi warisan budaya ganda [17].
4. Conclusion
Rendahnya pemahan siswa akan budaya lokal yang didasarkan pada hasil observasi dan survei, 81,6% siswa – siswi di sekolah tersebut menyatakan bahwa budaya lokal sudah tidak lagi berkembang, 75,5% siswa - siswi di sekolah tersebut belum mengenal apa macam macam budaya lokal Lampung namun, 98% siswa - siswi tersebut menyatan bahwasannya budaya lokal itu penting untuk senantiasa di lestarikan.
Museum Ruwa Jurai sebagai media media penyedia informasi dan pelestarian sejarah dan kebudayaan lokal yang sekaligus merangsang ketertarikan siswa akan sejarah melalui media vidio pembelajaran sebagai sumber belajar efektif dalam meningkatkan pemahaman sejarah lokal didasarkan pada hasil pemahan siswa rata-rata 92,5. Pemanfaatan musium ruwai jurai sebagai sumber belajar merupakan media penyedia informasi dan pelestarian sejarah dan kebudayaan lokal dapat menumbuhkan pemahaman terhadap suatu budaya dan kecintaaan akan budaya.
0 comments:
Posting Komentar