“Social media is changing the way we communicate and the way we are perceived,
both positively and negatively. Every time you post a photo or update your status, you
are contributing to your own digital footprint and personal brand”
Amy Jo Martin
Berkaca dari kutipan diatas mengenai media sosial dan kontribusinya dalam
jejak digital, seberapa pentingkah jejak digital yang baik? Bagaimana keterkaitannya
dengan hubungan sosial? Jejak digital itu tak ubahnya jejak rekam hidup didunia
nyata, seperti pisau bermata banyak sisi yang bisa mengiris apa saja, bisa keatas, bisa
kebawah bahkan ke semua sisi. Rekam jejak digital juga bisa menjadi buah
simalakama yaitu serba salah, atau juga bisa menjadi aset yang sangat bernilai, jika
jejaknya baik maka bisa sebagai identitas diri yang mungkin bisa mengangkat value
pribadi. Ada banyak kasus yang menjadi fenomena di dunia nyata akibat dari rekam
jejak digitalnya di media sosial. Hal ini membuktikan bahwa jejak digital
mencerminkan kepribadian pengguna media digital. Jejak digital bisa dijadikan bahan
pertimbangan bagi calon penerima beasiswa, perekrutan pegawai, promosi jabatan,
atau sebagainya. Jejak digital yang tidak dikelola dengan baik dapat memberikan
ancaman kriminalitas berupa phising dan digital exposure karena data pribadi yang
sudah tersebar di internet merupakan kunci utama untuk menyerang seseorang seperti
pencemaran nama baik, pencurian file berharga, dan serangan manipulatif lainnya.
Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk mulai peduli dan sadar akan pentingnya
mengelola dan melindungi jejak digital agar tidak membahayakan dan merugikan diri
sendiri. Kesadaran privasi dan bijak dalam bermedia sosial merupakan kunci utama
untuk melindungi jejak digital.
Dinamika kehidupan masyarakat mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Akulturasi budaya dengan sentuhan teknologi informasi merupakan fenomena
pendorong perubahan tersebut. Kebebasan personal dalam menyampaikan ide, kritik,
saran dan bahkan hujatan sering dijumpai setiap jam dan hari melalui berbagai varian
media yang digunakan. Media sosial adalah sebuah media online yang mendukung
interaksi sosial yang mana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,
berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, dan dunia virtual
menggunakan teknologi berbasis web. Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap
orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman- teman
untuk berbagi informasi dan berkomunikasi (Cahyono, 2016).
Mansyur (2018) menjelaskan bahwa di Indonesia media sosial menjadi media
paling populer yang digunakan semua lapisan masyarakat untuk berkomunikasi.
Beberapa media sosial yang berkembang saat ini, seperti Facebook, Twitter,
Instagram, WhatsApp, Tiktok, Line, dan Telegram telah melahirkan gaya hidup baru
dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Dengan menggunakan media sosial,
seseorang dapat menjalin pertemanan dan saling berinteraksi dengan siapapun,
kapanpun, dan di mana saja. Merujuk pada hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, pengguna internet di Indonesia telah mencapai
132,7 juta orang, dan facebook menjadi konten media sosial yang paling sering
dikunjungi, yakni sebesar 54%.
Dampak positif dari media sosial adalah memudahkan kita untuk berinteraksi
dengan banyak orang, memperluas pergaulan karena jarak dan waktu bukan lagi
masalah, lebih mudah dalam mengekspresikan diri, penyebaran informasi dapat
berlangsung secara cepat, siapapun dapat menyebarkan informasi baru kapan saja,
sehingga orang lain juga dapat memperoleh informasi yang tersebar di media sosial
kapan saja. Selain itu bila dibandingkan dengan media lainnya, maka media sosial
memerlukan biaya yang lebih murah karena kita hanya perlu membayar biaya internet
untuk dapat mengakses medsos. Dampak negatif dari media sosial adalah masalah
privasi. Dengan media sosial apapun yang informan unggah bisa dengan mudah
dilihat oleh orang lain. Hal ini tentu saja dapat membocorkan masalah-masalah
pribadi para pengguna media sosial. Oleh karena itu, sebaiknya tidak mengunggah
hal-hal yang bersifat privasi ke dalam media sosial. Selain itu dapat menimbulkan
konflik sosial. Siapapun bebas mengeluarkan opini, pendapat, ide gagasan dan yang
lainnya, akan tetapi kebebasan yang berlebihan tanpa ada kontrol sering
menimbulkan potensi konflik yang akhirnya berujung pada sebuah kesalah pahaman
(Rafiq, 2020).
Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh dalam
hubungan sosial di kehidupan seseorang. Bagi beberapa lapisan masyarakat, media
sosial seakan sudah menjadi candu, tiada hari tanpa membuka media sosial, bahkan
hampir 24 jam mereka tidak lepas dari smartphone. Media sosial dirancang dan
diciptakan sedemikian rupa dengan tujuan untuk membuat penggunanya kecanduan.
Pada dasarnya, kecanduan adalah salah satu bentuk dari suatu kebiasaan atau sesuatu
yang dilakukan tanpa sadar. Manusia membutuhkan penerimaan sosial, atau dengan
kata lain mereka akan selalu peduli apa yang orang lain katakan tentang mereka.
Contohnya saat mereka mengunggah sebuah postingan di media sosial, sadar atau
tidak sadar mereka pasti ingin tahu apa tanggapan orang tentang postingan mereka
barusan dan berharap bahwa tanggapan yang mereka berikan adalah tanggapan
positif. Hal ini dapat menyebabkan seseorang lebih memilih media sosial untuk
mencurahkan unek-uneknya dan yang paling parah hampir semua persoalan yang
dihadapi disampaikan ke media sosial, termasuk hal-hal yang sifatnya pribadi
sehingga semua orang tahu, padahal mestinya orang tidak perlu tahu. Mereka tidak
menyadari bahwa apa yang mereka sampaikan sudah menjadi konsumsi publik dan
sulit ditarik kembali. Mereka juga sering memposting kegiatan sehari-hari mereka
yang seakan menggambarkan gaya hidup mereka yang mencoba mengikuti
perkembangan jaman. Namun apa yang mereka posting di media sosial tidak selalu
menggambarkan keadaan social life mereka yang sebenarnya. Ketika mereka
memposting sisi hidup nya yang penuh kesenangan, tidak jarang kenyataannya dalam
hidupnya mereka merasa kesepian. Manusia sebagai aktor yang kreatif mampu
menciptakan berbagai hal, salah satunya adalah ruang interaksi dunia maya. Setiap
individu mampu menampilkan karakter diri yang berbeda ketika berada di dunia
maya dengan dunia nyata.
Media sosial sangat paham dengan kebutuhan masyarakat akan penerimaan
sosial ini, oleh karenanya media sosial menyediakan fitur like, comment, share,
follow, dan semacamnya. Saat mereka mendapat likes atau hanya sekedar views, otak
memproduksi dopamin. Semburan dopamin membuat seseorang merasakan senang,
sehingga ia akan berusaha untuk mendapatkan hal yang sama terus menerus dengan
scrolling tiada henti untuk mencari kepuasan tersebut. Ketika ada orang lain yang
menyukai postingan mereka, media sosial akan mengirimkan notifikasi yang
memberitahu mereka bahwa ada orang yang “menyukai” apa yang mereka buat.
Semakin banyak orang menyukai postingan mereka di media sosial tertentu, mereka
akan semakin kecanduan terhadap media sosial tersebut. Media sosial juga memiliki
fitur feed, story dan timeline yang membuat seseorang tidak bisa berhenti untuk
melihat orang lain, membandingkan diri sendiri dengan orang lain tanpa melihat
realita bahkan sampai mengabaikan orang di sekitar hanya karena ingin mengetahui
dunia sosial media yang menyebabkan tidak ada hubungan yang intens antar sesama
manusia.
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar