Dewasa ini, Indonesia cukup dihadapi berbagai persoalan terkait bidang
kesehatan. Bidang kesehatan menjadi salah satu bidang yang perlu menjadi sorotan
utama karena sangat memberikan dampak yang luas bagi masyarakat ataupun
masing-masing individu. Timbulnya berbagai penyakit sering kali disebabkan
adanya bakteri patogen yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau
minuman yang kita konsumsi maupun lingkungan sekitar. Salah satu penyakit yang
sering menyerang anak-anak, remaja maupun orang dewasa yaitu adalah tipes.
Tipes merupakan penyakit infeksi sistemik yang berpotensi fatal yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella enterica typhi (S.typhy). Berdasarkan data, WHO
memperkirakan beban penyakit demam tifoid global pada 11-20 juta kasus per
tahun mengakibatkan sekitar 128.000-161.000 kematian per tahun, sebagian besar
kasus terjadi di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Sub-Sahara. Negara
Indonesia kasus demam tifoid berkisar 350-810 per 100.000 penduduk, prevalensi
penyakit ini di Indonesia sebesar 1,6% dan menduduki urutan ke-5 penyakit
menular yang terjadi pada semua umur di Indonesia, yaitu sebesar 6,0% serta
menduduki urutan ke-15 dalam penyebab kematian semua umur di Indonesia, yaitu
sebesar 1,6%. (Khairunnisa, Hidayat and Herardi, 2020).
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri umumnya akan diberikan penanganan
dengan pemberian antibiotik karena pada dasarnya antibiotik akan membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri. Sumber antibiotik ini banyak dijumpai pada
bahan-bahan dapur salah satunya yaitu bawang putih. Bawang putih dikenal sebagai
antibakteri alami. Zat bioaktif yang berperan sebagai antibakteri dalam bawang
putih adalah allicin yang mudah menguap (volatil) dengan kandungan sulfur.
Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa bawang putih mampu
menghambat bakteri, baik bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Semakin
tinggi konsentrasi bawang putih, semakin besar diameter daya hambat (DDH) yang
dihasilkan, artinya aktivitas antibakteri semakin tinggi. Kemudian, metode yang
cocok dilakukan pada proses pemerolehan ekstrak pada bawang putih ini adalah
metode purifikasi. Proses purifikasi merupakan metode untuk mendapatkan
komponen bahan alam murni bebas dari komponen kimia lain yang tidak
dibutuhkan. Kemurnian bahan harus 95-100%. Sehingga dengan bawang putih
yang terpurifikasi akan menurunkan risiko terkena penyakit demam tifoid dan
mengurangi intensitas pertumbuhan bakteri patogen dalam tubuh (Purwantiningsih,
2019).
Penyakit demam tifoid yang biasa dikenal dengan tipes adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan menyerang bagian saluran
pencernaan. Selama terjadi infeksi, bakteri tersebut akan mengalami multiplikasi
dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran
darah. Tipes tergolong dalam penyakit yang menular dan dapat mengakibatkan
adanya wabah, karena dapat menyerang banyak orang, baik orang dewasa maupun
anak-anak. Gejala-gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, karena sesuai
dengan patogenesis demam tifoid. Gejala ringan yang terjadi yaitu berupa panas
yang disertai diare, sehingga masih dapat disembuhkan. Namun parahnya, gejala
yang terjadi mampu mencapai bentuk klinis yang berat yaitu seperti gejala sistemik
panas tinggi, munculnya komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau
perdarahan hingga menyebabkan kematian (Idrus, 2020). Terdapat beberapa kasus
yang sering muncul dimasyarakat bahwa penyakit tipes sering kali kambuh. Hal itu
dapat disebabkan karena tipes yang sedari awal hanya menyerang sistem
pencernaan, namun dapat mendistribusi hingga ke berbagai organ lain sehingga
butuh penanganan yang lebih kompleks. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang
lebih lanjut untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh
penyakit tipes.
Sementara itu, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam
tanaman dengan pemanfaatan sebagai antibiotik terhadap bakteri. Hal itu perlu
digaris bawahi bahwa pemanfaatan harus dilakukan dengan maksimal sehingga
mampu mengatasi masalah kesehatan yang salah satunya adalah penyakit tipes.
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik alami terhadap
bakteri yaitu bawang merah (Allium sativum). Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa bawang putih mempunyai efek antimikroba. Dalam penelitian
Farizal, Jon (2018) menyatakan bawang putih yang dipercaya bertanggung jawab
atas potensi antibakteri dan potensi teraputik lain bawang putih ialah kandungan
sulfur dalam bawang putih. Diantaranya ialah dialidesufate (allicin) dan juga
diallydisulfide (ajone). Zat alicin adalah komponen aktif utama bawang putih, zat
alicin adalah bahan utama yang bertanggung jawab atas spektrum luas aktivitas
antibakteri dalam bawang putih. Alisin merupakan komponen sulfur bioaktif utama
yang terkandung dalam bawang putih, komponen ini hanya akan muncul apabila
bawang putih dipotong atau dihancurkan, pada saat dihancurkan atau dipotong
kerusakan membran sel bawang putih ini akan mengaktifkan enzim ellinase, yang
akan membantu proses metabolisme allicin yang terkandung dalam sel lain. Hasil
zona hambat yang terbentuk kepada ekstrak bawang putih yaitu dengan
terbentuknya zona bening pada medium pertumbuhan bakteri Salmonella thypi.
Allicin termasuk senyawa sulfur yang reaktif dan cenderung tidak stabil yang
mempunyai kemampuan untuk melawan katalisator biologis (enzim) khususnya
yang berada di dalam atau di bawah lapisan bakteri yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Purifikasi bawang putih dilakukan guna
memperoleh ekstrak allicin yang akan digunakan sebagai antibakteri, dimana
proses purifikasi dapat dilakukan dengan menghancurkan bawang putih terlebih
dahulu agar ekstrak yang diinginkan dapat diperoleh. Selain itu juga, Ekstraksi
dapat dilakukan dengan etanol dan air pada suhu 25°C sehingga akan menghasilkan
allicin (Adhuri, 2018). Pemanfaatan Allium sativum dengan metode purifikasi
diharapkan mampu untuk mendegradasi keberadaan bakteri Salmonella thypi
penyebab penyakit tipes, serta dari kemurnian bahan yang diperoleh diharapkan
agar bakteri Salmonella thypi tidak membuat efek yang berkelanjutan setelah
seseorang mengalami demam tifoid.
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar