“Orang bilang tanah kita tanah surga, Tongkat kayu dan batu jadi tanaman”
Salah Satu Lirik Lagu “Kolam Susu”
Lirik lagu tersebut tentunya sudah tidak asing lagi. Sesuai dengan lirik lagu
tersebut, Indonesia memang kaya akan tanah yang subur. Tentu saja bukan tanpa
alasan, suburnya tanah Indonesia disebabkan karena Indonesia memiliki banyak
gunung berapi. Gunung berapi dapat menyuburkan tanah karena letusan gunung
berapi menyemburkan abu vulkanis yang di dalamnya terkandung mineral yang
dibutuhkan tanaman. Selain itu, Indonesia memiliki iklim tropis, dimana sinar
matahari yang stabil dan curah hujan yang tinggi menjadi faktor pendukung
kesuburan di Indonesia. Maka tidak heran jika sektor pertanian menjadi salah satu
sektor yang utama di Indonesia.
Pertanian merupakan salah satu sektor paling berpengaruh di Indonesia yang
terbukti dengan kontribusinya terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) yang cukup
tinggi di angka 11,97 persen pada triwulan IV-2020 di bawah industri pengolahan
dan perdagangan. Peringkat sektor pertanian dalam kontributor terbesar PDB selalu
berubah mengikuti pertumbuhan sektor pertanian secara q-to-q. (Rakhmawaty,
Yunissa dkk, 2021)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto (PDB)
pertanian mampu tumbuh positif selama tahun 2020 dan menjadi penopang
pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah resesi akibat pandemi COVID-19. PDB
sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional pada triwulan II 2020 yang mengalami penurunan sebesar 4,19% (Q to Q)
dan secara year on year (y-o-y) turun 5,32%. PDB pertanian tumbuh 16,24% pada
triwulan-II 2020 (q to q) dan bahkan secara y-o-y, sektor pertanian tetap berkontribusi
positif yakni tumbuh 2,20%. Pada triwulan III dan IV 2020 secara y-o-y,
pertumbuhan ekonomi sektor pertanian masing-masing sebesar 2,16% dan 2,59%.
(Wibowo.A.S, 2021)
Meskipun dengan segala kemajuan yang ada, para petani di Indonesia
cenderung menggunakan cara-cara konvensional dan tradisional dalam pengolahan
lahan pertanian, entah karena memang budaya mereka ataupun biaya peralatan
modern yang mahal. Bukannya tidak boleh, akan tetapi cara – cara konvensional dan
tradisional sangat menguras tenaga dan juga waktu, khusus nya dalam hal penyebaran
pupuk. Penyebaran pupuk biasanya memerlukan banyak tenaga, sumber daya
manusia, dan waktu. Bayangkan saja, 1 hektar lahan pertanian harus menghabiskan
waktu 3 – 5 hari hanya untuk penyebaran pupuk. Hal tersebut tentunya sangat tidak
efisen,
Selama masa revolusi industry 4.0, perkembangan teknologi sudah mulai
dirasakan di setiap aspek kehidupan, termasuk pertanian. Perkembangan teknologi di
sektor pertanian keberadaanya sangat penting karena dapat membuat para petani
merasakan kemudahan dalam melakukan pekerjaan mereka. Perkembangan pertanian
yang mulanya berasal dari pertanian konvensional, kini mulai berkembang menjadi
pertanian modern. Salah satu teknologi yang memudahkan pekerjaan petani dalam
penyaluran pupuk adalah drone.
Drone atau bisa disebut juga UAV (Unmanned Aerieal Vehicle) merupakan
sebuah perangkat terbang yang dapat diterbangkan dengan jalur yang sudah
ditentukan sebelumnya dengan bantuan autopilot dan GPS. Sebuah drone
dikendalikan secara manual dengan pemancar kontrol radio genggam yang secara
manual mengontrol baling-baling. Tongkat pada pengontrol memungkinkan gerakan
ke arah yang berbeda dan tombol trim memungkinkan trim disesuaikan untuk
menyeimbangkan drone. Layar pada remote kontrol juga dapat digunakan untuk
menerima rekaman video langsung dari kamera terpasang dan untuk menampilkan
data sensor. Drone juga dapat diterbangkan secara mandiri, pengendali penerbangan
modern dapat menggunakan perangkat lunak untuk menandai titik arah GPS bahwa
kendaraan akan terbang ke dan mendarat atau pindah ke ketinggian yang ditentukan.
Berdasarkan jenis platform udara yang digunakan, ada ada 4 jenis utama
drone; fixed wing drones, multi-motor drones, single motor drones and fixed wing
hybrid VTOL.
Multi-rotor drone adalah jenis drone yang paling umum digunakan, yang
digunakan tidak hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga untuk pemetaan udara
profesional. Aplikasi umum dari multi rotor adalah fotografi udara, perekaman video,
dan survei udara. Drone jenis ini dapat diklasifikasikan menurut jumlah rotornya,
misalnya tricopter (3 motor), quadcopter (4 motor), hexacopter (6 motor) dan
octocopter (8 motor). Kerugian dari drone multi-rotor adalah daya tahan dan
kecepatannya yang terbatas. Karena keterbatasan ini, drone jenis ini tidak cocok
untuk pemetaan udara skala besar, mis. jaringan pipa, jalan, saluran listrik, jalan raya,
dll. Meskipun teknologi drone terus meningkat, drone multi-rotor harus melakukan
banyak upaya untuk menjaganya tetap di udara. Tergantung pada berat drone dan
kameranya, drone multirotor saat ini bertahan rata-rata 20-30 menit atau kurang di
udara
Fixed wing drone pada dasarnya beropeasi dengan prinsip yang sama seperti
pesawat penumpang. Drone ini tidak menghasilkan gaya dorong oleh motor vertikal,
tetapi menghasilkan gaya angkat menggunakan sayap tetap. Drone jenis ini hanya
membutuhkan energi untuk bergerak maju dan tidak menahannya di udara. Untuk
alasan ini, mereka adalah varian yang jauh lebih efisien untuk pemetaan topografi
area yang luas dan mereka mampu menempuh jarak yang lebih jauh daripada drone
multi-motor. Di sisi lain, kelemahan utama drone sayap tetap adalah ketidakmampuan
untuk tetap di udara di satu tempat, yang mencegah mereka membuat pemetaan udara
yang terperinci, mis. gedung-gedung yang dibangun. Kelemahan lain dari drone jenis
ini adalah lepas landas dari darat dan mendarat di darat. Tergantung pada ukuran
drone perlu memiliki landasan pacu atau peluncur ketapel untuk membawanya ke
udara dan di sisi lain perlu memiliki landasan pacu untuk membawa mereka ke tanah
kembali dengan aman. Desain sayap tetap memungkinkan drone ini mencapai
ketinggian yang lebih tinggi selama penerbangan, menjadikannya alat yang efisien
untuk topografi pemetaan udara, tetapi di sisi lain mereka hanya dapat terbang ke
depan. Untuk pekerjaan udara yang lebih dekat yang membutuhkan aktivitas yang
lebih rinci, misalnya, pemetaan udara rinci bangunan, penggunaan drone multi-rotor
adalah solusi yang jauh lebih baik karena mudah digunakan di udara dan desain
rotornya memungkinkan mereka untuk melayang stabil di udara.
Drone multi-motor menghasilkan daya dorong vertikal menggunakan banyak
rotor, tetapi di sisi lain drone helikopter tunggal hanya menggunakan satu motor.
Helikopter drone tunggal dapat ditenagai oleh mesin bensin dan dengan demikian
bertahan lebih lama di udara daripada drone multi-motor. Jika perlu terbang dengan
muatan yang lebih tinggi, misalkan dengan pemindai LIDAR, atau jika perlu
pemetaan udara untuk menggabungkan daya tahan penerbangan yang lama dengan
penerbangan ke depan, dalam hal ini drone helikopter tunggal adalah pilihan yang
baik. Kerugian dari drone jenis ini adalah peningkatan kompleksitas, biaya, getaran,
dan mereka juga membutuhkan lebih banyak perawatan mekanis karena peningkatan
kompleksitas teknis secara keseluruhan.
Pesawat tak berawak sayap (Fixed wing unmanned aircraft) dikenal lebih
hemat energi daripada quadcopters dan sebagai hasilnya dapat menempuh jarak jauh
lebih cepat. Namun drone berbentuk quad tidak membutuhkan banyak ruang untuk
lepas landas dan mendarat. Itulah juga mengapa beberapa produsen telah
memutuskan untuk menggabungkan karakteristik ini dan telah mengembangkan
pesawat tak berawak yang dapat lepas landas secara vertikal dan kemudian terbang
secara horizontal menggunakan sayap. Nama mereka sangat mirip dengan industri
otomotif, dan itu adalah drone hibrida. Drone hibrida terbang pada rute penerbangan
yang telah dijadwalkan sebelumnya pada ketinggian yang ditentukan pengguna dan
mengumpulkan data melalui sensor warna dan multispektralnya. Setelah
menyelesaikan misinya, drone akan mendarat secara vertikal kembali ke titik awal.
(Tkáč, Matúš, dan Peter Mésároš, 2019)
Berdasarkan kelebihan dan kerugian pada setiap tipe, drone yang cocok untuk
penyaluran pupuk di lahan pertanian adalah single motor drone. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, single motor drone dapat mengangkat beban yang berat. Hal
ini memungkinkan untuk drone dapat mengangkat kapasitas pupuk yang banyak,
sehingga durasi penyiraman pupuk menjadi lebih lama. Untuk menyeimbangkan
antara beban dan daya angkat, maka bahan bakar yang digunakan bukanlah sebuah
baterai, melainkan gas hidrogen, sehingga memungkinkan drone untuk terbang lebih
lama. Dengan semua kelebihan yang ada, maka tidak single motor drone merupakan
pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai alat penyaluran pupuk yang efektif di
lahan pertanian.
Perkembangan teknologi dibidang pertanian memunculkan berbagai alat dan
teknologi yang memiliki manfaat bagi para petani untuk mempermudah pekerjaannya
dalam berbudidaya pertanian. Penggunaan teknologi seperti drone memiliki
kekurangan dan kelebihan dalam penggunaanya. Kelebihan dari drone adalah bersifat
environmental friendly yang dapat membantu meningkatkan produktivitas pertanian
dan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Drone dapat lebih menghemat
waktu seperti mencari lokasi lapangan baru, menyediakan cara cepat dan mudah
untuk memeriksa bagian kecil tanaman dari jarak jauh, dan mensurvei seluruh ladang.
Penggunaan drone dapat menghilangkan dugaan dan mengurangi ketidakpastian, dan
dapat meningkatkan hasil panen karena memudahkan petani dalam melakukan
banyak hal dalam waktu singkat. Selain memiliki kelebihan drone juga memiliki
kekurangan, yaitu harga alat drone lebih mahal daripada alat konvensional, perlu
keahlian dalam penggunaannya dan memperbaikinya saat alat rusak, serta perlu
adanya pelatihan untuk menerbangkannya (Simatupang J.W. dkk, 2021).
Penggunaan drone di bidang pertanian dapat sangat membantu para petani
untuk menjalankan aktifitasnya saat berbudidaya. Penghematan energi tenaga kerja
manusia dapat dilakukan karena dapat digantikan dengan penggunaan drone sebagai
alat penyemprotan atau penyebar pupuk dan pestisida di lahan. Penyebaran pupuk
dilahan menggunakan drone juga dapat diukur secara akurat sehingga penyebarannya
dapat lebih merata ke seluruh areal lahan dibandingan menggunakan tenaga manusia.
Namun, dalam penggunaan drone juga harus memiliki keahlian khusus ketika
menggunakannya dan disinilah peran pemerintah serta penyuluh pertanian untuk
mampu memperkenalkan teknologi baru seperti drone ini kepada para petani
sehingga dapat tercipta sistem pertanian yang baik dan lebih modern.
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar