"Kadang kesendirian menjadi indah ketika keramaian tak mampu memberikan
kebahagiaan."
"Kesendirian mungkin bisa memberimu kekuatan untuk menjalani hidup. Tapi untuk
menjadi seseorang yang kuat, kamu tidak bisa sendirian."
Meninjau dari dua kutipan di atas mengenai kesendirian, mungkin bagi sebagian
orang sendiri membuat perasaan mereka lebih nyaman serta mampu memberikan
mereka kebahagiaan. Tetapi, apakah dengan kesendirian membuat kita merasa cukup
dan kuat untuk menjalankan kehidupan panjang di dunia ini? jawabannya tentu tidak,
karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri-
sendiri dan selalu membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Dengan adanya
interaksi sosial ini manusia akan cenderung membentuk sebuah kelompok. Secara
umum pengelompokan masyarakat di Indonesia sendiri terbagi menjadi dua bentuk,
yang pertama, pengelompokan secara horizontal berupa deferensiasi dan yang kedua,
pengelompokan secara vertikal berupa stratifikasi sosial. (Untari, dkk., 2019).
Dalam setiap lapisan masyarakat di manapun selalu dan pasti mempunyai sesuatu
yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu
pengetahuan, status haji, status darah biru, atau keturunan dari keluarga tertentu yang
terhormat, atau apapun yang bernilai ekonomis. Namun hal-hal yang dapat dihargai
itu sangat tergantung dari wilayah dan lingkungan dimana masyarkat itu tinggal.
Sebagai contoh, banyaknya dan luasnya jumlah tanah yang dimiliki oleh masyarakat
pedesaan menjadi penentu status sosial mereka tetapi masyarakat perkotaan mungkin
akan memilih determinan lain untuk menentukan dan mengklasifikasikan status sosial
sesorang. Aspek-aspek itulah yang menentukan strata sosial seseorang (Mulyadi dan
Bukhory, 2019).
Secara etimologis istilah stratifikasi atau stratification berasal dari kata strata atau
stratum yaitu lapisan. Oleh karena itu stratifikasi sosial sering diterjemahkan sebagai
pelapisan sosial masyarakat, atau yang memiliki arti lain suatu individu yang
memiliki kedudukan sama menurut ukuran tertentu di tengah masyarakat. Stratifikasi
sosial adalah pelapisan sosial atau sistem hierarki suatu kelompok di dalam
masyarakat yang dipengaruhi oleh beberapa unsur tertentu (Chozin dan Prasetyo,
2021).
Pelapisan sosial masyarakat yang menonjol sebagai dasar terjadinya pelapisan di
masyarakat yaitu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan. Tingkat ilmu dan pendidikan terkadang seringkali digunakan di tengah-
tengah masyarakat terutama di desa yang dimana masyarakatnya sangat menghargai
ilmu pengetahuan. Anak desa biasanya hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat
menengah, karena keinginan untuk lanjut ke jenjang berikutnya terhambat oleh biaya
pendidikan yang umumnya mahal, karena tidak semua orang tua mampu dalam
membiayai pendidikan anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi (Chozin dan
Prasetyo, 2021).
Begitu pula dengan tingkat pendidikan seseorang. Berbagai macam pendapat
mengatakan bahwa tingkat kesuksesan seseorang ditentukan berdasarkan gelar
sarjana seseorang serta perguruan tinggi yang menjadi tempat seseorang mengemban
ilmu pengetahuan hingga wisuda. Semakin tinggi gelar atau semakin terkenal
almamater kampus maka akan semakin mudah untuk mendapatan kedudukan sosial
yang tinggi. Padahal perguruan tinggi yang dianggap sebagai suatu syarat mobilitas
sosial pun tidak mampu menjanjikan lulusannya untuk memperoleh kedudukan sosial
yang baik, tetapi justru kini sudah bertambah sulit untuk memperoleh kedudukan
yang empuk di masyarakat.
Menurut UU SIDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah proses
pembelajaaran bagi peserta didik yang diperoleh baik formal maupun non formal,
dengan mengikuti program-program pembelajaran guna membentuk pribadi yang
dapat mengerti, memahami, dan mampu berpikir kritis. Pendidikan juga dapat
diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yaang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Generasi Z atau kerap kali dikenal dengan istilah Gen-Z, adalah generasi muda,
generasi ini juga biasannya disebut dengan generasi internet atau I-generation. Gen-Z
lebih banyak berhubungan dengan sosial lewat dunia maya. Sejak kecil Gen-Z sudah
dikenalkan oleh teknologi dan sangat akrab dengan smartphone serta mendapat
julukan sebagai generasi muda yang kreatif. Karakteristik Gen-Z lebih suka dunia
usaha multitasking, startup, menguasai teknologi dan mudah dalam
mengoperasikannya, serta mudah menangkap informasi dengan cepat (Anonim,
2015)
Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan atas dan
dipandang dalam masyarakat atau lingkungan yang bersangkutan. Penguasaan
keilmuan yang dimiliki Gen-Z biasanya terdapat pada rekam jejak pendidikan yang
bagus, gelar akademik bagi yang sudah kuliah, serta skill pemanfaatan teknologi
yang dikuasai seorang Gen-Z yang dimana membawa dampak baik dan bermanfaat
terhadap dirinya, lingkungan dan masyarakat.
Berbagai tingkatan atau kelompok lulusan seorang Gen-Z dinilai oleh masyarakat
berdasarkan prasangka dimana bahwa mereka yang berpendidikan tinggi memiliki
strata yang baik serta memiliki peluang kesuksesan yang besar dibandingkan mereka
yang hanya tamatan SMA. Namun dalam hal ini bukan berarti seorang Gen-Z yang
hanya memiliki ijazah SMA tidak bisa memiliki peluang sukses, justru terkadang
banyak lulusan sarjana yang menjadi pengangguran. Persepsi yang salah ini pada
akhirnya terjadi di tengah – tengah masyarakat.
Pendidikan mempunyai peran penting dalam menentukan perkembangan dan
pembentukan karakter Gen-Z, tingkat pendidikan seseorang mempunyai hubungan
yang tinggi dengan kedudukan sosialnya. Saat ini banyak orang tua yang
berkeinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai kejenjang setinggi
mungkin, tanpa melihat bagaimana keadaan ekonomi keluarganya saat ini. Karena
dianggapnya dengan semakin tinggi tingkat pendidikan dan skill keilmuan yang
dimiliki dan ditempuh, maka semakin besarlah kesempatan untuk mendapatkan
kedudukan terhormat dan disegani masyarakat serta bisa mendapatkan kesuksesan,
dengan demikian masuk golongan sosial menengah atas.
Namun demikian, pencapaian untuk menaikkan strata sosial tidak hanya diperoleh
dari pendidikan formal saja, namun faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah
kualitas pendidikan dari sistem yang diterapkan di lembaga pendidikan tempat Gen-Z
mengenyam pendidikan tersebut. Kualitas sistem pendidikan yang diterapkan sangat
berpengaruh dalam pembentukan karakter peserta didik yang selanjutnya akan
melahirkan generasi yang berkualitas, baik akhlak mapun keilmuan. Dimana secara
otomatis akan menempatkan diri mereka pada strata sosial kelas atas ditengah-tengah
masyarakat (Mukminin, 2018).
Sratifikasi sosial dalam pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari
sebagai sebuah kenyataan dan terdapat dalam masyarakat. Selanjutnya persepsi
mengenai kebutuhan pendidikan yang mahal serta cita-cita terhadap kualitas
pendidikan semua tidaklah luput dari adanya stratifikasi sosial, baik secara langsung
atau tidak langsung, sistem pendidikan bersama faktor lain telah menimbulkan
adanya stratifikasi sosial. Upaya untuk meminimalisir adanya stratifikasi sisal Gen-Z
dalam dunia pendidikan dengan adanya sekolah gratis dan pemberian beasiswa
terhadap Gen-Z yang kurang mampu dalam segi ekonomi. Kemudian lembaga
pendidikan juga harus sanggup meminimalisir kesenjangan sosial, timbulnya konflik,
dan sebagainya. Sehingga stratifikasi sosal tidak terlalu kontras dalam sistem
pendidikan di Indonesia.
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu faktor stratifikasi sosial, karena pentingnya
pendidikan di generasi z saat ini. Persepsi mengenai kebutuhan pendidikan yang
mahal serta cita-cita terhadap kualitas pendidikan semua tidaklah luput dari adanya
stratifikasi sosial, baik secara langsung atau tidak langsung. Selain itu, sesorang dapat
menelaah yang mana yang baik dan yang mana yang buruk yaitu melalui pendidikan.
Meskipun demikian, stratifikasi memang tidak hanya dilihat dari faktor ilmu
pengetahuan, namun ilmu pengetahuan menjadi salah satu indikasi terjadinya atau
tercapainya sebuah jabatan yang memang menjadi faktor lain pada stratifikasi
masyarakat.
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar