Pendahuluan
Berbicara mengenai literasi dalam lingkup buku sebagai jendela ilmu, pastinya tidak
akan terlepas dari julukan si ‘kutu buku’ yang sangat terkenal bagi seseorang yang
menjadikan buku-buku sebagai temannya. Bukan suatu istilah negatif, tetapi tidak
jarang kita menemukan penggunaan istilah ‘kutu buku’ diartikan dengan konotasi
negatif.
Pandangan aneh yang diberikan seseorang dengan melontarkan perkataan “ kutu buku
nih, rajin sekali ” menjadikan sebuah stigma negatif karena menganggap membaca buku
adalah hal aneh dan buruk. Anggapan ‘kuper’ diterima para kutu buku. Sementara di
sisi lain anak muda ingin dianggap keren. Sehingga stigma negatif yang didapatkan
menjadikannya enggan untuk membaca buku.
Digitalisasi pada abad 21 kian merambah ke segala bidang. Peningkatan tekonologi
digital dalam mendorong kemajuan bangsa terus dicecar secara maksimal. Dunia boleh
berkata kemudahan akses teknologi dan komunikasi menjadi tawaran dari
perkembangan era digital. Akan tetapi, fakta di lapangan berkata lain. Perkembangan
era digital seakan berbalik arah memberikan dampak negatif, yaitu darurat minat baca.
Seperti dikatakan Ratnasari (2011: 16), minat adalah suatu perhatian kuat terhadap
kegiatan membaca yang mengantarkan kemauan diri untuk membaca. Minat baca saat
ini tergusur oleh tren gawai yang menurunkan minat baca berliterasi. Kecenderungan
manusia dalam mendapatkan sesuatu secara instan, cepat, dan mudah membuat budaya
literasi menjadi luntur. Minat baca sebagai kriteria pengukuran kualitas pendidikan di
sebuah negara menjadikan indeks tingkat pendidikan tinggi Indonesia tergolong rendah,
yaitu 14,6% (Kompasiana.com ).
Lantas, bagaimana kita menyikapi hal ini ? apakah dengan berdiam saja cukup menjadi
‘jalan ninja’ kita dalam menyikapi permasalahan ini ?
Penutup
Keterpurukan bangsa dalam minat literasi seakan terlihat seperti ‘lingkaran setan’ yang
terus melekat dalam sendi kehidupan. Kebodohan, kemalasan, kemiskinan menjadi tiga
hal pokok yang mengisi hal tersebut. Usaha pemutusan ‘lingkaran setan’ yang terus
membelenggu bangsa harus segera dilakukan oleh banyak pihak. Dengan pengokohan
budaya literasi di masyarakat, kebodohan akan dapat terberantas dan hilangnya
kemalasan yang menyelimutinya, serta bangsa Indonesia akan terbebas dari kemiskinan
yang kian meronta.
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar