PENDAHULUAN
Kesehatan Mental
Ilmu kejiwaan mengkaji kesehatan mental yang dikenal sejak abad ke-19, di Jerman
tahun 1875 M, kesehatan mental sebagai kajian ilmu jiwa walaupun dalam bentuk
sederhana, sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknlogi modern kesehatan mental
berkembnag pesat. Ilmu kesehatan yang dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam bentuk bimbingan dan konseling dalam aspek kehidupan individu,
terkhusus dalam perkembangan remaja dalam hidup bermasyarakat. Perkembangan
dan kemajuaan ilmu kesehatan mental dapat dilihat dari Lembaga-lembaga yang
dibentuk sebagai upaya mengatasi kesehatan mental. Menurut Daradjat, kesehatan
mental merupakan keharmonisan dalam kehidupan yang terwujud apabila fungsi-
fungsi jiwa, kemampuan menghadapi permasalahan yang dihadapi, serta mampu
merasakan kebahagian dan kemampuan dirinya secara positif (Daradjat, 1988).
Remaja menghadapi sejumlah masalah yang dapat berdampak negatif pada
kesehatan mental mereka. Salah satu masalah utama adalah kecemasan. Tekanan
akademik, ekspektasi sosial, dan ketidakpastian tentang masa depan seringkali
menyebabkan tingkat kecemasan yang tinggi. Remaja yang mengalami kecemasan
bisa merasa gelisah, cemas, atau bahkan memiliki serangan panik. Kecemasan yang
berkepanjangan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka dan
mempengaruhi kemampuan untuk berfungsi dengan baik.
Selain kecemasan, depresi adalah masalah serius yang mempengaruhi kesehatan
mental remaja. Depresi menyebabkan perasaan sedih yang mendalam, hilangnya
minat dalam aktivitas yang biasanya dinikmati, serta perasaan putus asa. Dalam
beberapa kasus, depresi dapat mengganggu kualitas hidup remaja dan bahkan
memicu pemikiran untuk bunuh diri. Selanjutnya, rendahnya harga diri adalah
masalah yang sering muncul pada remaja. Tekanan sosial, bullying, atau perasaan
kurang diterima dapat merendahkan harga diri mereka. Remaja dengan rendahnya
harga diri mungkin merasa tidak cukup baik, tidak berharga, atau tidak mampu.
Rendahnya harga diri dapat menghambat perkembangan pribadi mereka dan
kemampuan untuk mengatasi masalah. Yang paling serius, pemikiran untuk bunuh
diri adalah konsekuensi yang mungkin terjadi jika masalah kesehatan mental remaja
tidak diatasi. Pemikiran untuk bunuh diri adalah tanda bahaya dan memerlukan
perhatian segera. Remaja yang mencapai tahap ini mungkin merasa tidak punya
harapan dan kesulitan dalam mencari solusi untuk masalah mereka.
Menurut data dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-
NAMHS) dan jurnal The Conversation menunjukkan bahwa media sosial juga
dapat menjadi pemicu stress dan gangguan mental pada remaja. Beberapa fakta
yang diungkapkan dalam data tersebut ialah:
1. Usia 15-24 tahun adalah periode kritis dalam masalah mental, di mana
remaja menjadi lebih rentan terhadap stres dan gangguan mental.
2. Perundungan atau cyber bullying yang sering terjadi di media sosial menjadi
faktor pemicu tertinggi pemikiran untuk bunuh diri pada remaja.
3. Sekitar 5,5% remaja di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan mental,
yang menunjukkan adanya prevalensi yang signifikan.
4. Gangguan kecemasan merupakan masalah yang paling umum muncul di
kalangan remaja di Indonesia, dengan persentase sekitar 26,7%. Masalah ini
diikuti oleh pemusatan perhatian dan/atau hiperaktivitas (10,6%), depresi
(5,3%), masalah perilaku (2,4%), dan stres pascatrauma (1,8%).
5. Sisi negatif media sosial, seperti perbandingan diri dengan orang lain dan
pendapat yang salah tentang realitas, dapat memicu gangguan kecemasan
pada remaja. Fenomena ini sering kali berujung pada fobia sosial atau
ketakutan berlebihan dalam situasi sosial.
Fenomena sosial yang belum lama terjadi ini terdapat beberapa kasus remaja bunuh
diri seperti kasus “Mahasiswa Unnes Tewas di Mall Paragon, Diduga Bunuh Diri
dan Tinggalkan Surat” dan juga kasus “Mahasiswa UDINUS berinisial EN
ditemukan meninggal dunia di kamar kostnya, diduga Ia nekat mengakhiri hidup
dengan cara bunuh diri.” Kesehatan mental remaja adalah hal yang sangat penting,
dan pemahaman tentang masalah seperti kecemasan, depresi, rendahnya harga diri,
dan pikiran untuk bunuh diri adalah langkah pertama dalam memberikan dukungan
yang tepat. Pendidikan mengenai kesehatan mental, dukungan keluarga, dan akses
ke konseling adalah beberapa cara untuk membantu remaja mengatasi masalah ini
dan mencegah dampak negatif pada kesehatan mental mereka.
Dalam esai ini penulis ingin membahas mengenai rancangan aplikasi konseling
online yang merupakan hasil dari kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta
yang langkah maju dalam memberikan akses yang lebih baik dalam perawatan
kesehatan mental dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental.
PEMBAHASAN
Kesehatan mental remaja adalah salah satu aspek yang semakin mendapat perhatian
luas dalam masyarakat. Dalam era modern ini, remaja menghadapi berbagai
tekanan dan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti tuntutan
akademik yang tinggi, interaksi sosial yang intens di media sosial, dan
ketidakpastian masa depan. Semua ini dapat memberikan dampak negatif pada
kesehatan mental remaja, yang, jika tidak ditangani dengan baik, dapat berdampak
jangka panjang pada kehidupan mereka.
Berdasarkan laporan Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-
NAMHS) Menunjukan masalah kesehatan mental 1 dari 3 remaja Indonesia rentang
usia 10-17 tahun memiliki gangguan mental 12 bulan terakhir, dilansir dari laman
Universitas Gadjah Mada (UGM), angka tersebut sama dengan 15,5 juta dan 2,45
juta remaja, termasuk dalam kelompok tersebut remaja dengan gangguan mental
sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
edisi kelima (DSM-5) merupakan panduan penegakan diagnosis gangguan mental
di Indonesia.
Gangguan kecemasan, gangguan antara fobia sosial dan gangguan cemas
menyeluruh 3,7%, selanjutnya depresi mayor sebesar 1,0% lalu gangguan perilaku
0,9%, selain itu gangguan stress pasca trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) sebesar 0,5% untuk masing-masing.
Berdasarkan data ini hampir 20% penduduk Indonesia berada dalam rentang usia
10-19 tahun dalam kondisi mengkhawatirkan.
Aplikasi Tangan Berkasih hadir sebagai kebijakan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah di bawah naungan Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan
perusahaan BUMN dan sektor swasta, yaitu dengan Gojek Indonesia dan apotek,
seperti Kimia Farma dan K-24. Pembuatan aplikasi Tangan Berkasih ini bertujuan
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan wadah dan
pertolongan untuk mencurahkan isi hati serta membagi keluh kesah yang dialami
oleh mereka. Aplikasi ini dapat menggunakan BPJS untuk melakukan registrasi dan
mendapatkan konseling gratis sebanyak 4 (empat) kali setiap bulannya.
Penggunaan aplikasi ini berbasis chat dan phone call.
Aplikasi ini menyediakan sejumlah fitur kunci:
1) Konsultasi Kesehatan Mental Online: Remaja dapat dengan mudah mengakses
profesional kesehatan mental melalui obrolan langsung atau panggilan video.
Ini membantu dalam memberikan layanan cepat dan rahasia kepada mereka
yang membutuhkan.
2) Pemesanan Obat-obatan: Aplikasi memungkinkan remaja untuk memesan obat-
obatan resep melalui Apotek Kimia Farma dan Apotek K-24 atau mengatur
pengiriman obat melalui Gojek.
3) Pendidikan Kesehatan Mental: Aplikasi ini juga menyediakan materi edukasi
tentang kesehatan mental, termasuk informasi tentang berbagai gangguan
mental, strategi pengelolaan stres, dan panduan untuk merawat diri sendiri.
4) Dukungan Psikososial: Remaja yang mengalami masalah kesehatan mental
dapat menggunakan aplikasi ini untuk mencari dukungan dari kelompok
dukungan sebaya atau mengakses bahan bacaan yang memberikan pemahaman
lebih dalam tentang pengalaman mereka.
5) Keamanan yang Terjamin: Penggunaan sidik jari setiap masuk aplikasi dan
enkripsi data sudah terjamin keamanannya karena telah dilindungi oleh badan
yang berwenang. Selama melakukan konsultasi, baik melalui chat ataupun
phone call, tidak dapat direkam ataupun screenshot. Selain itu, aplikasi ini
memiliki kebijakan terkait pelanggaran keamanan.
Manfaat Kolaborasi
Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam aplikasi kesehatan mental
untuk remaja memiliki manfaat yang signifikan:
1) Akses yang Mudah: Aplikasi ini memberikan akses yang lebih mudah ke
layanan kesehatan mental, yang mungkin sebelumnya tidak tersedia atau sulit
dijangkau oleh remaja.
2) Efisiensi dan Kemudahan: Aplikasi ini memungkinkan remaja untuk
mengakses layanan kesehatan mental tanpa perlu melakukan perjalanan jauh,
menghemat waktu dan upaya.
3) Pendidikan dan Kesadaran: Aplikasi ini membantu meningkatkan kesadaran
remaja tentang masalah kesehatan mental, yang merupakan langkah kunci
dalam pencegahan dan pengelolaan masalah tersebut.
PENUTUP
Aplikasi Tangan Berkasih yang dibuat atas dasar kolaborasi antara pemerintah
dengan pihak swasta sebagai bentuk solusi dalam menangani masalah kesehatan
mental remaja di era modern ini merupakan bentuk kesadaran dan kepedulian
terhadap remaja yang terkena masalah kesehatan mental serta bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat, Aplikasi ini membantu dalam memberikan akses
yang lebih baik, edukasi, dukungan, dan perawatan kepada remaja yang
memerlukan. Dengan pengawasan yang cermat dan pemecahan tantangan yang
efektif, kolaborasi semacam ini dapat menjadi model kebijakan yang efektif dalam
mengatasi masalah kesehatan mental remaja di Indonesia. Dengan upaya bersama,
kita dapat memberikan dukungan yang lebih baik bagi generasi muda dalam
menghadapi masalah kesehatan mental.
Sub Tema : Kesehatan
Disusun oleh:
1. Hastari Hayuningrum
2. Cerli Mirza
3. Defriyani Safitri
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar