PENDAHULUAN
Latar Belakang
Limbah merupakan sebuah bahan hasil proses produksi yang sudah tidak
dimanfaatkan. Permasalahan tersebut merupakan dasar terjadinya penumpukan
limbah yang merugikan lingkungan. Salah satu contoh dari limbah yaitu batang
pisang, batang pisang merupakan limbah yang memiliki sumber serat yang tinggi.
Batang pisang dan kulit jagung dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku alternatif
dalam pembuatan kertas ramah lingkungan. Kebutuhan kertas yang semakin
meningkat dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal tersebut
dikarenakan bahan baku pulp atau bubur kertas biasanya terbuat dari kayu.
Akibatnya, terjadi penebangan hutan yang semakin melebar dan merusak ekosistem
yang ada di dalamnya. (Bahri, 2015).
Proses pulping atau pembuatan bubur kertas juga menggunakan bahan kimia yang
sulit didegradasi oleh lingkungan secara alami. Akibatnya penebangan hutan
menjadi semakin meluas. Selain itu proses pulping yang dilakukan menggunakan
bahan kimia yang sukar untuk didegradasi secara alami. Alternatif mengurangi efek
negatif dari dari penggunaan bahan baku kayu yaitu menggunakan bahan baku yang
memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi. Syarat dalam pembuatan kertas
yaitu menggunakan bahan baku dengan kandungan selulosa. Selulosa adalah
polisakarida yang tidak larut air, selulosa terdapat sebanyak 50% dari kayu. Selain
dari kayu, selulosa terkandung dalam tanaman lain, seperti batang pisang dan kulit
jagung. Pisang (Musa Paradisiaca, Linn) adalah tumbuhan yang berasal dari Asia
yang tersebar di Spanyol, Italia, dan Indonesia. Tanaman pisang adalah tumbuhan
yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan
dan pertumbuhan pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang. Batang pohon
pisang mengandung selulosa dalam jumlah yang cukup tinggi namun selama ini
pemanfaatannya selama ini dirasa kurang optimal (Bahri, 2015).
Upaya untuk meminimalisasi biaya produksi yang disebabkan oleh kekurangan
pasokan bahan baku kayu serta mahalnya harga kayu sudah lama dilakukan. Salah
satunya yaitu dengan mencari bahan baku alternatif dari bahan lain seperti batang
pisang yang merupakan salah satu limbah yang terabaikan kandungannya. Bahan
baku dasar pembuatan pulp adalah selulosa dalam bentuk serat dan hampir semua
tumbuhan yang mengandung selulosa dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan
pulp. Batang pisang merupakan salah satu limbah dari perkebunan pisang dapat
juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp, karena mengandung
selulosa. Selain batang pisang, kulit jagung memiliki kandungan selulosa yang
cukup tinggi yaitu sebesar 44,08%. Selama ini, kulit jagung yang ada belum
dimanfaatkan secara maksimal. Kulit jagung hanya dimanfaatkan sebagai pakan
ternak, pembungkus makanan tradisional, dan kerajinan tradisional. (Rahmidar,
dkk., 2018). Kulit jagung memiliki kandungan selulosa cukup banyak yaitu sekitar
42%, yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Kulit jagung memiliki kandungan
serat selulosa yang tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan kertas (Apriani, dkk., 2020).
ISI
Menurut penelitian Deepa et al., (2011) batang semu pisang mengandung selulosa
64%, hemiselulosa 19%, lignin 5%, dan kadar air 11% (Noviratri, 2018). Selulosa
merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman, sedangkan katun yang
berasal dari kapas merupakan selulosa murni. Selulosa tidak larut dalam air, dan
bukan merupakan karbohidrat pereduksi. Jika dihidrolisis dalam suasana asam akan
menghasilkan banyak molekul D-glukosa (Sari, 2018).
Berdasarkan kandungan kimianya, kulit jagung memiliki kandungan selulosa
hingga 42%. Fungsi dasar selulosa sendiri adalah untuk menjaga struktur dan
kekakuan bagi tanaman. Selulosa bertindak sebagai kerangka untuk memungkinkan
tanaman untuk menahan kekuatan mereka dalam berbagai bentuk dan ukuran yang
berbeda. Dalam penelitian Wahyudi Maha Putra (2012), serat dari kulit jagung
dapat diperoleh dengan kombinasi ekstraksi selulosa dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari penggunaan selulosa ini adalah untuk menghilangkan serat-serat
pendek di kulit jagung. Dua jenis bahan yang digunakan untuk menghilangkan
lignin dan hemiselulosa dari kulit jagung antara lain adalah natrium hidroksida
(NaOH) dan asam asetat (CH3COOH) yang dapat ditemukan pada cuka dapur.
Kekuatan serat alam dapat ditingkatkan yaitu dengan memberikan perlakuan kimia
serat atau dengan penambahan coupling agent (Gibson, 1994).
Hampir semua tumbuhan yang mengandung selulosa dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan bubur kertas (pulp). Proses pembuatan pulp adalah proses
pemisahan lignin untuk memperoleh selulosa dari bahan berserat. Oleh karena itu,
selulosa harus bersih dari lignin supaya kualitas kertas yang dihasilkan tidak
berubah warna selama pemakaian. Proses pembuatan pulp dapat dibagi menjadi tiga
proses, yaitu proses mekanis, proses semi kimia, dan proses kimia. Pelarut organik
akan mampu melarutkan lignin dengan baik pada konsentrasi tertentu. Untuk
pemasakan TKS menggunakan proses etanol dengan katalis NaOH, konsentrasi
etanol yang dipakai adalah 50 % (Nugroho dan Rusmanto, 1999). Pada konsentrasi
ini etanol dapat menjaga selulosa terdegradasi pada suatu perbandingan cairan
padatan tertentu. Marzuki (2005) dalam penelitiannya terhadap sabut kelapa juga
menggunakan konsentrasi etanol sebesar 50 %.
Liguntang adalah jenis kertas yang diproduksi menggunakan bahan baku yang tidak
konvensional, yaitu serat yang diperoleh dari batang pisang dan kulit jagung.
Biasanya, setelah proses pemanenan, batang pisang dibuang atau dianggap sebagai
limbah. Namun, dalam produksi kertas ini, serat-serat dari batang pisang digunakan
sebagai bahan baku utama. Batang pisang memiliki serat-serat alami yang cukup
kuat dan panjang, yang dapat digunakan untuk membuat kertas. Kulit jagung adalah
sisa pertanian yang umumnya tidak dimanfaatkan dan seringkali dianggap sebagai
limbah. Namun, dalam konteks Liguntang, kulit jagung diolah menjadi serat yang
dapat digunakan sebagai komponen kertas. Dalam esai ini, kita akan
mengeksplorasi berbagai aspek produk kertas berbahan dasar batang pisang dan
kulit jagung, termasuk manfaatnya bagi lingkungan, proses pembuatannya, dan
potensi penggunaannya di masa depan.
Liguntang adalah contoh inovasi berkelanjutan yang berusaha mengatasi masalah
lingkungan sambil memanfaatkan sumber daya alam di sekitar yang sering
terabaikan. Inovasi kertas dari batang pisang dan kulit jagung memiliki beberapa
manfaat yang signifikan antara lain, membantu mengurangi tekanan pada hutan dan
mengurangi jumlah limbah pertanian, sehingga mendukung keberlanjutan
lingkungan. Proses produksi yang lebih ramah lingkungan dapat membantu
mengurangi emisi gas rumah kaca yang berhubungan dengan industri kertas
konvensional. Dengan manfaat-manfaat ini, Liguntang mampu menjadi contoh
positif tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mencapai tujuan
berkelanjutan sambil mengubah cara kita memandang dan memanfaatkan sumber
daya alam.
Proses pembuatan Liguntang melibatkan beberapa tahapan penting, yang
mengubah bahan mentah menjadi kertas yang dapat digunakan. Langkah-langkah
dalam pembuatan Liguntang yang pertama adalah pengumpulan dan persiapan
bahan baku. Batang pisang dan kulit jagung dikumpulkan dari sumbernya. Batang
pisang dan kulit jagung perlu dikupas untuk mengakses serat-serat yang ada
didalamnya. Bahan baku yang telah dikumpulkan dan dipersiapkan kemudian
dicacah menjadi serat-serat yang lebih kecil. Pencacahan dilakukan menggunakan
mesin penghancur. Selanjutkan proses pemutihan, serat-serat dari batang pisang
dan kulit jagung sering memiliki warna alami yang perlu dihilangkan agar kertas
memiliki warna yang lebih cerah. Proses pemutihan (bleaching) dilakukan dengan
menggunakan larutan NaOH, CH3COOH glasial, dan NaClO2. Penambahan
larutan NaOH ini bertujuan untuk menghilangkan lignin yang masih tersisa.
Sedangkan larutan CH3COOH glasial berperan dalam proses dehemiselulosa yaitu
melepaskan hemiselulosa dari struktur selulosa (Pinotti, 2007). Serat-serat yang
telah dipersiapkan dari batang pisang dan kulit jagung dicampur dengan serat lain,
seperti serat daur ulang, untuk menciptakan campuran serat yang sesuai untuk
pembuatan kertas. Campuran serat tersebut kemudian diubah menjadi bubur pulp
(pulpisasi) dengan penambahan air dan pengolahan kimia. Tahap pulpisasi
dilakukan dalam peralatan khusus yang disebut "pulpisator" atau "digester."
Pulpisator adalah reaktor tekanan tertutup yang memadukan serat-serat dengan
larutan kimia yang bertujuan untuk melemahkan ikatan antar-serat dan
menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan seperti lignin. Proses ini
menggunakan campuran kimia seperti natrium hidroksida (NaOH) atau sulfida
untuk melepaskan lignin dan zat penyebab warna lainnya dari serat. Setelah itu
bubur pulp diambil dan ditempatkan pada lembaran kertas dengan ukuran dan
ketebalan yang diinginkan. Ini dilakukan di dalam sebuah mesin yang disebut mesin
kertas (paper machine). Lembaran ketas yang terbentuk kemudian dipadatkan dan
dikeringkan dalam mesin kertas. Setelah kertas mengering, lembaran kertas
mengalami proses finishing yang mencakup pemadatan, pemotongan, dan
penghalusan permukaan. Kertas yang selesai diproduksi dikemas dalam gulungan
ataupun lembaran yang siap didistribusikan.
Penggunaan Liguntang memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan
yang lebih berkelanjutan, di mana industri kertas akan lebih banyak mengambil
manfaat dari sumber daya alam yang berkelimpahan namun sering terbuang
sia-sia. Penggunaan Liguntang memiliki potensi besar untuk menjadi elemen
integral dalam penciptaan masa depan lingkungan yang lebih berkelanjutan, di
mana industri kertas akan berkontribusi signifikan pada penghematan sumber
daya alam yang penting. Dengan mengubah bahan baku yang umumnya
dianggap sebagai limbah pertanian, justru Liguntang mampu memanfaatkan
sumber daya yang berlimpah tanpa mengorbankan keberadaan hutan atau
membuka lahan pertanian tambahan. Dengan terus mengembangkan teknologi,
meningkatkan proses produksi, dan meningkatkan kesadaran akan manfaatnya.
Liguntang memiliki potensi untuk mengubah paradigma industri kertas secara
global dan memimpin perubahan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan,
dimana bahan baku alami yang melimpah akan menjadi solusi utama dalam
menjaga kelestarian lingkungan.
PENUTUP
Kesimpulan
Kelestarian hutan perlu dipertahankan demi keberlangsungan hidup manusia.
Banyaknya eksploitasi terhadap hutan, mengakibatkan keseimbangan alam
terganggu. Kehadiran Liguntang merupakan solusi agar ekosistem dapat terus
terpelihara dan mampu menjadi inovasi jangka panjang yang dapat terus
dikembangkan juga berdampak besar bagi lingkungan.
Sub Tema : Lingkungan
Disusun Oleh :
1. Adelia Pratiwi
2. Glys Fhanny Al - Arum
3. Virna Amelia
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar