Sabtu, 16 Desember 2023

LIGUNTANG : PEMANFAATAN BATANG PISANG DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU PEMBUATAN KERTAS DAUR ULANG RAMAH LINGKUNGAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Limbah merupakan sebuah bahan hasil proses produksi yang sudah tidak

dimanfaatkan. Permasalahan tersebut merupakan dasar terjadinya penumpukan

limbah yang merugikan lingkungan. Salah satu contoh dari limbah yaitu batang

pisang, batang pisang merupakan limbah yang memiliki sumber serat yang tinggi.

Batang pisang dan kulit jagung dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku alternatif

dalam pembuatan kertas ramah lingkungan. Kebutuhan kertas yang semakin

meningkat dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal tersebut

dikarenakan bahan baku pulp atau bubur kertas biasanya terbuat dari kayu.

Akibatnya, terjadi penebangan hutan yang semakin melebar dan merusak ekosistem

yang ada di dalamnya. (Bahri, 2015).


Proses pulping atau pembuatan bubur kertas juga menggunakan bahan kimia yang

sulit didegradasi oleh lingkungan secara alami. Akibatnya penebangan hutan

menjadi semakin meluas. Selain itu proses pulping yang dilakukan menggunakan

bahan kimia yang sukar untuk didegradasi secara alami. Alternatif mengurangi efek

negatif dari dari penggunaan bahan baku kayu yaitu menggunakan bahan baku yang

memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi. Syarat dalam pembuatan kertas

yaitu menggunakan bahan baku dengan kandungan selulosa. Selulosa adalah

polisakarida yang tidak larut air, selulosa terdapat sebanyak 50% dari kayu. Selain

dari kayu, selulosa terkandung dalam tanaman lain, seperti batang pisang dan kulit

jagung. Pisang (Musa Paradisiaca, Linn) adalah tumbuhan yang berasal dari Asia

yang tersebar di Spanyol, Italia, dan Indonesia. Tanaman pisang adalah tumbuhan

yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan

dan pertumbuhan pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang. Batang pohon

pisang mengandung selulosa dalam jumlah yang cukup tinggi namun selama ini

pemanfaatannya selama ini dirasa kurang optimal (Bahri, 2015).


Upaya untuk meminimalisasi biaya produksi yang disebabkan oleh kekurangan

pasokan bahan baku kayu serta mahalnya harga kayu sudah lama dilakukan. Salah

satunya yaitu dengan mencari bahan baku alternatif dari bahan lain seperti batang

pisang yang merupakan salah satu limbah yang terabaikan kandungannya. Bahan

baku dasar pembuatan pulp adalah selulosa dalam bentuk serat dan hampir semua

tumbuhan yang mengandung selulosa dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan

pulp. Batang pisang merupakan salah satu limbah dari perkebunan pisang dapat

juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp, karena mengandung

selulosa. Selain batang pisang, kulit jagung memiliki kandungan selulosa yang

cukup tinggi yaitu sebesar 44,08%. Selama ini, kulit jagung yang ada belum

dimanfaatkan secara maksimal. Kulit jagung hanya dimanfaatkan sebagai pakan

ternak, pembungkus makanan tradisional, dan kerajinan tradisional. (Rahmidar,

dkk., 2018). Kulit jagung memiliki kandungan selulosa cukup banyak yaitu sekitar

42%, yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Kulit jagung memiliki kandungan

serat selulosa yang tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan kertas (Apriani, dkk., 2020).


ISI

Menurut penelitian Deepa et al., (2011) batang semu pisang mengandung selulosa

64%, hemiselulosa 19%, lignin 5%, dan kadar air 11% (Noviratri, 2018). Selulosa

merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman, sedangkan katun yang

berasal dari kapas merupakan selulosa murni. Selulosa tidak larut dalam air, dan

bukan merupakan karbohidrat pereduksi. Jika dihidrolisis dalam suasana asam akan

menghasilkan banyak molekul D-glukosa (Sari, 2018).

Berdasarkan kandungan kimianya, kulit jagung memiliki kandungan selulosa

hingga 42%. Fungsi dasar selulosa sendiri adalah untuk menjaga struktur dan

kekakuan bagi tanaman. Selulosa bertindak sebagai kerangka untuk memungkinkan

tanaman untuk menahan kekuatan mereka dalam berbagai bentuk dan ukuran yang

berbeda. Dalam penelitian Wahyudi Maha Putra (2012), serat dari kulit jagung

dapat diperoleh dengan kombinasi ekstraksi selulosa dengan perlakuan kimia.


Tujuan dari penggunaan selulosa ini adalah untuk menghilangkan serat-serat

pendek di kulit jagung. Dua jenis bahan yang digunakan untuk menghilangkan

lignin dan hemiselulosa dari kulit jagung antara lain adalah natrium hidroksida

(NaOH) dan asam asetat (CH3COOH) yang dapat ditemukan pada cuka dapur.

Kekuatan serat alam dapat ditingkatkan yaitu dengan memberikan perlakuan kimia

serat atau dengan penambahan coupling agent (Gibson, 1994).


Hampir semua tumbuhan yang mengandung selulosa dapat digunakan sebagai

bahan baku pembuatan bubur kertas (pulp). Proses pembuatan pulp adalah proses

pemisahan lignin untuk memperoleh selulosa dari bahan berserat. Oleh karena itu,

selulosa harus bersih dari lignin supaya kualitas kertas yang dihasilkan tidak

berubah warna selama pemakaian. Proses pembuatan pulp dapat dibagi menjadi tiga

proses, yaitu proses mekanis, proses semi kimia, dan proses kimia. Pelarut organik

akan mampu melarutkan lignin dengan baik pada konsentrasi tertentu. Untuk

pemasakan TKS menggunakan proses etanol dengan katalis NaOH, konsentrasi

etanol yang dipakai adalah 50 % (Nugroho dan Rusmanto, 1999). Pada konsentrasi

ini etanol dapat menjaga selulosa terdegradasi pada suatu perbandingan cairan

padatan tertentu. Marzuki (2005) dalam penelitiannya terhadap sabut kelapa juga

menggunakan konsentrasi etanol sebesar 50 %.


Liguntang adalah jenis kertas yang diproduksi menggunakan bahan baku yang tidak

konvensional, yaitu serat yang diperoleh dari batang pisang dan kulit jagung.

Biasanya, setelah proses pemanenan, batang pisang dibuang atau dianggap sebagai

limbah. Namun, dalam produksi kertas ini, serat-serat dari batang pisang digunakan

sebagai bahan baku utama. Batang pisang memiliki serat-serat alami yang cukup

kuat dan panjang, yang dapat digunakan untuk membuat kertas. Kulit jagung adalah

sisa pertanian yang umumnya tidak dimanfaatkan dan seringkali dianggap sebagai

limbah. Namun, dalam konteks Liguntang, kulit jagung diolah menjadi serat yang

dapat digunakan sebagai komponen kertas. Dalam esai ini, kita akan

mengeksplorasi berbagai aspek produk kertas berbahan dasar batang pisang dan

kulit jagung, termasuk manfaatnya bagi lingkungan, proses pembuatannya, dan

potensi penggunaannya di masa depan.


Liguntang adalah contoh inovasi berkelanjutan yang berusaha mengatasi masalah

lingkungan sambil memanfaatkan sumber daya alam di sekitar yang sering

terabaikan. Inovasi kertas dari batang pisang dan kulit jagung memiliki beberapa

manfaat yang signifikan antara lain, membantu mengurangi tekanan pada hutan dan

mengurangi jumlah limbah pertanian, sehingga mendukung keberlanjutan

lingkungan. Proses produksi yang lebih ramah lingkungan dapat membantu

mengurangi emisi gas rumah kaca yang berhubungan dengan industri kertas

konvensional. Dengan manfaat-manfaat ini, Liguntang mampu menjadi contoh

positif tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mencapai tujuan

berkelanjutan sambil mengubah cara kita memandang dan memanfaatkan sumber

daya alam.


Proses pembuatan Liguntang melibatkan beberapa tahapan penting, yang

mengubah bahan mentah menjadi kertas yang dapat digunakan. Langkah-langkah

dalam pembuatan Liguntang yang pertama adalah pengumpulan dan persiapan

bahan baku. Batang pisang dan kulit jagung dikumpulkan dari sumbernya. Batang

pisang dan kulit jagung perlu dikupas untuk mengakses serat-serat yang ada

didalamnya. Bahan baku yang telah dikumpulkan dan dipersiapkan kemudian

dicacah menjadi serat-serat yang lebih kecil. Pencacahan dilakukan menggunakan

mesin penghancur. Selanjutkan proses pemutihan, serat-serat dari batang pisang

dan kulit jagung sering memiliki warna alami yang perlu dihilangkan agar kertas

memiliki warna yang lebih cerah. Proses pemutihan (bleaching) dilakukan dengan

menggunakan larutan NaOH, CH3COOH glasial, dan NaClO2. Penambahan

larutan NaOH ini bertujuan untuk menghilangkan lignin yang masih tersisa.

Sedangkan larutan CH3COOH glasial berperan dalam proses dehemiselulosa yaitu

melepaskan hemiselulosa dari struktur selulosa (Pinotti, 2007). Serat-serat yang

telah dipersiapkan dari batang pisang dan kulit jagung dicampur dengan serat lain,

seperti serat daur ulang, untuk menciptakan campuran serat yang sesuai untuk

pembuatan kertas. Campuran serat tersebut kemudian diubah menjadi bubur pulp

(pulpisasi) dengan penambahan air dan pengolahan kimia. Tahap pulpisasi

dilakukan dalam peralatan khusus yang disebut "pulpisator" atau "digester."

Pulpisator adalah reaktor tekanan tertutup yang memadukan serat-serat dengan

larutan kimia yang bertujuan untuk melemahkan ikatan antar-serat dan

menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan seperti lignin. Proses ini

menggunakan campuran kimia seperti natrium hidroksida (NaOH) atau sulfida

untuk melepaskan lignin dan zat penyebab warna lainnya dari serat. Setelah itu

bubur pulp diambil dan ditempatkan pada lembaran kertas dengan ukuran dan

ketebalan yang diinginkan. Ini dilakukan di dalam sebuah mesin yang disebut mesin

kertas (paper machine). Lembaran ketas yang terbentuk kemudian dipadatkan dan

dikeringkan dalam mesin kertas. Setelah kertas mengering, lembaran kertas

mengalami proses finishing yang mencakup pemadatan, pemotongan, dan

penghalusan permukaan. Kertas yang selesai diproduksi dikemas dalam gulungan

ataupun lembaran yang siap didistribusikan.

Penggunaan Liguntang memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan

yang lebih berkelanjutan, di mana industri kertas akan lebih banyak mengambil

manfaat dari sumber daya alam yang berkelimpahan namun sering terbuang

sia-sia. Penggunaan Liguntang memiliki potensi besar untuk menjadi elemen

integral dalam penciptaan masa depan lingkungan yang lebih berkelanjutan, di

mana industri kertas akan berkontribusi signifikan pada penghematan sumber

daya alam yang penting. Dengan mengubah bahan baku yang umumnya

dianggap sebagai limbah pertanian, justru Liguntang mampu memanfaatkan

sumber daya yang berlimpah tanpa mengorbankan keberadaan hutan atau

membuka lahan pertanian tambahan. Dengan terus mengembangkan teknologi,

meningkatkan proses produksi, dan meningkatkan kesadaran akan manfaatnya.

Liguntang memiliki potensi untuk mengubah paradigma industri kertas secara

global dan memimpin perubahan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan,

dimana bahan baku alami yang melimpah akan menjadi solusi utama dalam

menjaga kelestarian lingkungan.


PENUTUP

Kesimpulan

Kelestarian hutan perlu dipertahankan demi keberlangsungan hidup manusia.

Banyaknya eksploitasi terhadap hutan, mengakibatkan keseimbangan alam

terganggu. Kehadiran Liguntang merupakan solusi agar ekosistem dapat terus

terpelihara dan mampu menjadi inovasi jangka panjang yang dapat terus

dikembangkan juga berdampak besar bagi lingkungan.


Sub Tema : Lingkungan

Disusun Oleh :

1. Adelia Pratiwi 

2. Glys Fhanny Al - Arum 

3. Virna Amelia 


 ---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer