PENDAHULUAN
Salah satu hasil pertanian dan perkebunan asli Indonesia adalah Porang. Porang
merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai nama latin Amorphophallus
muelleri. Umbi Porang merupakan salah satu jenis tanaman yang ada di Indonesia.
Porang merupakan tanaman lokal yang dikembangkan di Indonesia. Porang tumbuh
sebagai tumbuhan semak (herba) yang berumbi di dalam tanah. Umbi porang
memiliki potensi nilai ekonomis yang tinggi, dikarenakan mengandung
glukomanan yang baik untuk kesehatan serta bisa dengan mudah diolah menjadi
bahan pangan. Umbi Porang memiliki kandungan glukomanan yang relatif banyak
dengan kisaran antara 5%-65% tergantung dengan spesiesnya (Saro et al., 2019).
Umbi Porang sebagai penghasil glukomanan mempunyai manfaat yang luas
terutama dalam bidang pangan. Glukomanan umbi porang dapat dimanfaatkan
sebagai pangan fungsional dan bahan tambahan pangan yang dapat diaplikasikan
pada berbagai jenis makanan dan minuman (Faridah, 2021). Tepung umbi porang
bisa pula dimanfatatkan sebagai bahan pengental dan pengenyal serta bahan baku
dasar pembuatan makanan sehat seperti mie dan beras shirataki (Afifah et a;.,
2014).
Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras
dijadikan makanan pokok dengan cara diolah menjadi nasi. Konsumsi beras di
Indonesia cukup tinggi, dengan rata-rata konsumsi per kapita per tahun sekitar 110
kg per orang. Semakin bertambahnya jumlah penduduk suatu daerah maka dapat
meningkatkan konsumsi pangan suatu daerah. Hingga kini Indonesia belum mampu
memenuhi kebutuhan beras dalam negeri sehingga menjadi negara pengimpor beras
(Sanny, 2010).
Tujuan penulisan kajian essay ini adalah untuk memberikan solusi terhadap
permasalahan yang timbul dikarenakan Indonesia menjadi negara pengimpor beras.
Permasalahan tersebut terkait kurangnya mengolah pangan lain sebagai pengganti
beras. Dengan memanfaatkan umbi porang menjadi alternatif beras berkualitas agar
tidak lagi mengimpor beras.
Harapannya dengan dibuatnya kajian essay terkait Pemanfaatan Umbi Porang
Sebagai Alternatif Beras Berkualitas Tinggi ini, dapat memberikan solusi agar
Indonesia dapat memanfaatkan umbi porang sebagai alternatif beras berkualitas
dan diharapkan kedepannya tidak menjadi negara pengimpor beras lagi.
ISI
Ketahanan pangan menurut WHO (World Health Organization) harus memenuhi
tiga aspek. pertama ketersediaan pangan yaitu kemampuan individu memiliki
pangan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Kedua, aksesbilitas pangan yaitu
cara individu dalam mendapatkan bahan pangan. Ketiga, pemanfaatan pangan atau
utilitas yaitu kemampuan individu dalam memanfaatkan bahan pangan berkualitas
(Hakim, 2014).
Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, ketahanan pangan adalah
kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup- baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau
(UU No. 7 tahun 1996). Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi
nasi (beras) sebagai sumber karbohidrat sangat tinggi namun produksi beras
mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi
beras di Indonesia pada 2022 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 31,54
juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 184,50 ribu ton atau 0,59 persen
dibandingkan produksi beras di 2021 yang sebesar 31,36 juta ton (bps.go.id).
Namun berdasarkan data dari BPS, Impor beras Indonesia pada tahun 2021
sebanyak 407.741 ton dan pada tahun 2022 sebanyak 429.207 ton. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa setiap tahun impor beras semakin meningkat dan produksi
beras di Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Oleh
karena itu diperlukan alternatif makanan pokok pengganti beras, salah upayanya
yaitu dengan melakukan pengolahan umbi porang untuk dijadikan beras analog.
Umbi porang (Amorphophallus muelleri) termasuk dalam famili Araceae termasuk
dalam tanaman umbi-umbian yang dapat hidup di berbagai jenis serta kondisi tanah.
Umbi porang memiliki potensi besar dalam bidang produksi pangan. Umbi porang
adalah salah satu umbi-umbian yang memiliki bentuk bulat, memiliki kulit yang
berwarna coklat ke abu-abuan, serta bagian daging berwarna kuning (Sari dan
Suhartati, 2015). Umbi porang mengandung gizi yang beragam dan bermanfaat
bagi tubuh saat dikonsumsi. Umbi porang memiliki senyawa glukomanan dengan
kadar yang cukup tinggi hingga 64% (b.k.) (Ghaniya dkk., 2021)
Glukomanan merupakan serat larut air yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan fungsional. Porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan tanaman
jenis umbi-umbian yang di dalamnya terkandung glukomanan dan harus melalui
proses pengekstraksian terlebih dahulu untuk mendapatkannya (Listianingtyas,
2018). Amorphophalus oncophyllus mengandung banyak glukomanan dalam
umbinya. Glukomanan merupakan heteropolisakarida yang terdiri atas D-mannosa
and Dglukosa dengan rasio 1.6:1 yang dihubungkan dengan ikatan (1,4) glikosida.
Glukomanan bersifat larut dalam air, dapat difermentasi, dan makanan serat yang
sangat kental berasal dari umbi porang (Thomas, 1997).
Berdasarkan data Kandungan glukomanan umbi orang lebih tinggi dibanding
varietas komersial Jepang yaitu konjac atau konnyaku (Amorphophallus konjac)
yang hanya 44 persen (Arifin, 2001). Kandungan glukomanan yang tinggi tersebut
sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan pangan khususnya dalam menunjang
ketahanan pangan nasional (Sutrisno, 2011).
Umbi porang memiliki kandungan karbohidrat paling tinggi. Karbohidrat adalah
salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang berfungsi untuk
menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi
dibagi menjadi dua golongan yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat
kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri dari monosakarida yang merupakan
molekul dasar dari karbohidrat, disakarida yang terbentuk dari dua manosa yang
saling terikat, dan oligosakarida sebagai gula rantai pendek yang dihasilkan oleh
galaktosa, glukosa dan fruktosa (Almatsier, 2004).
Beras analog adalah beras tiruan (artificial rice) yang dibuat dari bahan non padi
yang memiliki kandungan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan beras padi dan
memiliki bentuk yang serupa dengan beras. Beras analog memiliki masa umur
simpan lebih lama (widowati dkk., 2020).. Zhuang et al. (2010) menggunakan beras
patah (menir) sebagai bahan baku pembuatan beras analog dengan teknologi
ekstrusi. Teknologi ekstrusi, yaitu suatu proses yang melibatkan pencampuran
bahan di bawah pengaruh kondisi operasi pencampuran dan pemanasan dengan
suhu tinggi (Budijanto dan Yulianti 2012). Secara umum proses ekstrusi untuk
membuat beras analog hampir sama dengan proses pembuatan produk-produk
ekstrusi lainnya yang terdiri dari empat tahap, antara lain: formulasi, prekondisi,
ekstrusi, dan pengeringan (Budijanto dan Yulianto, 2012).
Umbi porang memiliki kandungan karbohidrat paling tinggi. Karbohidrat adalah
salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang berfungsi untuk
menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi
dibagi menjadi dua golongan yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat
kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri dari monosakarida yang merupakan
molekul dasar dari karbohidrat, disakarida yang terbentuk dari dua manosa yang
saling terikat, dan oligosakarida sebagai gula rantai pendek yang dihasilkan oleh
galaktosa, glukosa dan fruktosa (Almatsier, 2004).
Menurut Subeki et al., 2020 proses pembuatan beras analog yang telah
dimodifikasi. Tahapan pertama pembuatan beras analog yaitu mencampurkan
tepung ubi kayu waxy dan tepung glukomanan porang yang telah sesuai dengan
perlakukan, lalu ditambahkan air, lesitin, kedelai, garam, dan kapur sirih diaduk
hingga kalis. Kemudian bahan yang sudah kalis dilakukan proses pengukusan
dengan suhu 90 0C selama 20 menit. Setelah pengukusan dilakukan pencetakan
atau pembentukan menjadi butir-butir beras menggunakan mesin ekstruder.
Butiran-butiran yang dihasilkan kemudian dikeringkan menggunakan oven pada
suhu 60 0C selama 72 jam.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat cara atau metode untuk
menurunkan kadar kalsium oksalat, yakni dengan mereduksi kalsium oksalat.
Kalsium oksalat dapat direduksi dengan mencuci umbi porang hingga bersih dan
dalam waktu yang cukup lama. Ghaniya dkk. (2021) juga menjelaskan bahwa
perendaman dengan larutan NaCl juga dapat membantu menurunkan kadar kalsium
oksalat sebesar 79,53% dengan perbandingan umbi dan larutan 1:6. Metode
tersebut dapat menurunkan kadar dari kasium oksalat pada umbi porang sehingga
umbi porang konsumsi dapat dikonsumsi dengan aman dan gizi yang terkandung di
dalam umbi porang dapat stabil (Ghaniya dkk., 2021).
PENUTUP
Kesimpulan
Umbi porang (Amorphophallus Muelleri) Merupakan tanaman umbi-umbian yang
berasal dari Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh diberbagai jenis kondisi tanah
sehingga pembudidayaannya tergolong mudah dilakukan. Umbi Porang memiliki
banyak sekali manfaat bagi tubuh manusia. Hal ini dikarenakan adanya kandungan
karbohidrat dan glukomanan yang tinggi didalam umbi porang tersebut.
Berdasarkan adanya potensi besar tersebut, porang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pangan fungsional khususnya untuk menunjang ketahanan pangan di
Indonesia. Dengan menjadikan porang sebagai alternatif beras analog, diharapkan
dapat meningkatkan jumlah produksi pangan sebagai penganti beras sehingga
kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi. Adanya pengolahan porang untuk
dijadikan beras analog, hal ini dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia mulai
peduli untuk mengolah sumber daya alam dalam sektor pertanian yaitu umbi porang
menjadi lebih bermanfaat dan diharapkan impor beras setiap tahun dapat berkurang
serta dapat memakmurkan para petani umbi porang dalam negeri.
Sub Tema : Teknologi dan Riset
Disusun Oleh :
1. Marlian Adi Saputra
2. Nia Adelia
3. Puja Ningsih
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar