PENDAHULUAN
Masyarakat mulai mengabaikan budaya ketimuran dan lebih mengutamakan
budaya kebaratan serta kemajuan zaman dan modernisasi. Akibat kenyataan
tersebut, diketahui bahwa modernitas tersebut berdampak pada sejumlah
mahasiswa. Mereka sudah mulai bertindak mandiri (mengenai diri mereka
sendiri), yang membuat mereka kurang peduli dengan orang lain. Remaja zaman
sekarang kurang bisa mengontrol dengan siapa mereka bergaul dan bagaimana
berperilaku di hadapan orang lain, bahkan terhadap dosen, sehingga etika dan tata
krama mulai menguap (Pratiwi, 2017). Akibat kemajuan teknologi informasi,
pertumbuhan moral generasi muda Tanah Air diyakini mulai melemah di era
globalisasi. Nilai-nilai dan jati diri bangsa Indonesia bisa hancur jika dampak
negatif modernitas di era globalisasi tidak diwaspadai dan ditangani sejak dini.
Pemerintah mulai menerapkan pendidikan karakter dan gerakan pengembangan
karakter yang diintegrasikan ke dalam kegiatan pendidikan pancasila sebagai
bentuk refleksi dan persiapan menghadapi modernisasi tersebut (Waruwu et al.,
2023).
Menurut Sulistiawan dan Kamaruzzaman (2021), bahwa banyak mahasiswa
dengan kemampuan komunikasi interpersonal yang buruk ditemukan di kampus.
Keterampilan komunikasi yang rendah terlihat dari kurangnya saling menegur,
penggunaan bahasa tubuh yang buruk, keasyikan dengan perangkat ponsel yang
dipegang, kesulitan memulai percakapan dengan orang lain, kurangnya
kepedulian terhadap teman, dan kurangnya empati terhadap apa yang terjadi di
sekitarnya.
Menurut Pratiwi (2017), budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan santun)
merupakan suatu anjuran ketika berbicara dan berinteraksi dengan orang lain.
Buaya asyarakat Indonesia yang terkenal ramah tamah harus tetap dilestarikan.
Pertumbuhan dan perkembangan budaya 5S di kampus dapat membantu
mahasiswa untuk mengubah perilakunya dan bertransformasi menjadi orang
dewasa yang bermoral tinggi. Dengan penerapan Budaya 5S (senyum, sapa,
salam, sopan santun) diharapkan mahasiswa dapat saling mengenal dan membantu
agar terciptanya interaksi yang lebih baik.
ISI
Globalisasi, membuat banyak perubahan pada gaya hidup, sosial budaya, hingga
nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari. dari globalisasi bermunculanlah
mahasiswa-mahasiswi yang tidak memiliki etika, seperti mahasiswa yang tidak
memiliki sopan dan santun kepada para dosen, tidak menyapa, berpakaian tidak
sopan, mahasiswa yang lebih menyukai hidup dengan bebas, mengonsumsi obat-
obatan terlarang, pergaulan bebas antara mahasiswa dengan mahasiswi,
berdemonstrasi dengan tidak mengikuti peraturan yang berlaku sehingga
mencemari makna dari etika. (JK News, 2020)
Jumlah mahasiswa yang banyak di sebuah perguruan tinggi adalah tantangan yang
dapat mempengaruhi kemampuan mahasiswa untuk saling mengenal dan
membangun hubungan di lingkungan akademik yang seringkali besar dan
beragam. (Nugraheni,2018)
Kemendikbud sudah memberikan program PKKMB (Pengenalan Kehidupan
Kampus bagi Mahasiswa Baru) untuk menyiapkan Mahasiswa baru melewati
proses transisi menjadi mahasiswa yang dewasa dan mandiri, mempercepat proses
adaptasi mahasiswa dengan lingkungan yang baru, dan memberikan bekal untuk
keberhasilannya menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Salah satu hasil yang
diharapkan dari PKKMB ini adalah Terciptanya persahabatan dan kekeluargaan
antar mahasiswa, dosen, serta tenaga kependidikan. (Kemendikbud, 2023)
Namun, hal ini masih belum efektif karena waktu PKKMB terbatas dan jumlah
mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan terlalu banyak untuk terciptanya
persahabatan dan kekeluargaan.
Persahabatan dan kekeluargaan adalah dua aspek penting dalam kehidupan kita
yang seringkali tumbuh dan berkembang ketika kita sudah saling mengenal dan
merasa dekat. Saling mengenal adalah fondasi utama dalam membangun
hubungan yang bermakna. Penerapan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan
Santun) sehari-hari dapat membantu mahasiswa untuk saling mengenal,
bersahabat, dan memiliki rasa kekeluaargaan. Berikut alasan mengapa penerapan
5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) penting dilakukan untuk
meningkatkan interaksi sosial sehingga kita saling mengenal dan berinteraksi di
lingkungan kampus.
1. Senyum adalah ekspresi positif
Tersenyum adalah bahasa universal yang tidak memiliki batasan bahasa atau
budaya. Ini adalah ekspresi wajah positif yang secara alami mengirimkan pesan
kebaikan, keramahan dan kebahagiaan. Saat kita tersenyum, kita menciptakan
suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Tersenyum juga merupakan alat
yang efektif untuk mengurangi stres dalam berbagai situasi. Baik saat pertama kali
bertemu seseorang, dalam situasi konflik, atau bahkan dalam hubungan romantis,
senyuman adalah alat yang ampuh untuk menciptakan kedekatan dan
menjembatani kesenjangan antar individu. Dalam lingkungan pendidikan, senyum
adalah alat yang sederhana tetapi kuat. Senyum tidak hanya meningkatkan
suasana di kelas, tetapi juga mengurangi ketegangan dan membangun hubungan
yang baik antara mahasiswa, dosen, dan staf administrasi dalam perguruan tinggi.
Senyum adalah salah satu cara sederhana untuk memulai interaksi yang positif di
lingkungan kampus.
2. Salam dan Sapa merupakan tanda penghargaan
Mengucapkan salam merupakan tindakan menunjukkan rasa hormat kepada orang
lain. Ini adalah cara kita menyambut orang, menunjukkan rasa hormat kepada
mereka, dan menunjukkan bahwa kita peduli. Salam dapat berbentuk jabat tangan,
pelukan, atau isyarat tangan khusus di beberapa budaya. Sapaan, seperti “Selamat
pagi” atau “hai”, adalah cara kita menyapa orang lain secara lisan. Kedua tindakan
ini membantu meningkatkan kedekatan dalam hubungan sosial. Mereka
mencerminkan tata krama dan etika yang baik, sehingga membantu menciptakan
lingkungan yang lebih ramah.
Salam dan sapa juga memberikan kesan pertama yang kuat. Mereka
menunjukkan bahwa kita menghormati dan mengakui keberadaan orang lain.
Dalam perkuliahan, sapaan yang hangat dan sopan dapat membantu membangun
hubungan positif antara mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan. Salam dan
sapa ini membentuk dasar untuk menciptakan hubungan jangka panjang yang
interaktif sehingga meningkatkan interaksi sosial di lingkungan kampus.
3. Sopan Santun adalah dasar etika social
Kesopansantunan merupakan landasan etika sosial yang menjadi pedoman
perilaku kita ketika berinteraksi dengan sesama manusia. Ini termasuk
menggunakan kata-kata seperti “terima kasih”, “maaf”, dan “tolong”. Sopan dan
santun juga berarti menghormati privasi dan batasan orang lain. Tindakan sopan
mencerminkan rasa hormat kita terhadap orang lain dan membantu menciptakan
suasana komunikasi yang lebih baik.
Dalam dunia perkuliahan, sopan santun adalah seperangkat norma dan perilaku
etik yang membimbing interaksi antara mahasiswa, dosen, dan tenaga
kependidikan. Sopan santun di lingkungan kampus sangat penting untuk
menciptakan lingkungan akademik yang efektif, positif, dan inklusif sehingga
interaksi sosial semakin meningkat.
Jika penerapan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun) di lingkungan
kampus dilakukan dengan konsisten maka interaksi sosial di kampus pun akan
meningkat. Oleh karena itu, 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun) dalam
lingkungan kampus sangat penting karena prinsip-prinsip ini menciptakan
atmosfer yang positif, mendukung komunikasi yang baik, dan membantu dalam
memperkuat interaksi sosial antara mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan.
PENUTUP
Kesimpulan
Senyum, salam, sapa, dan sopan santun (5S) adalah elemen-elemen kunci dalam
membentuk hubungan yang baik bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Kelima
unsur ini mencerminkan empati, penghargaan, dan komunikasi yang efektif.
Meskipun sering dianggap remeh, praktik-praktik ini berperan penting dalam
membentuk budaya sosial yang baik dan hubungan yang sehat. Senyum, salam,
sapa, dan sopan santun adalah bahasa universal yang menembus batasan budaya
dan bahasa, memberikan pesan yang kuat tentang keramahan dan penghargaan
terhadap sesama manusia. Oleh karena itu, mari kita senyum, sapa, dan sopan
kepada sesama, karena tindakan sederhana ini dapat membawa dampak besar
dalam hidup kita. Kita juga harus selalu menerapkan 5S ini dalam lingkungan
kampus agar interaksi antara mahasiswa, dosen, staf administrasi, dan semua
civitas perguruan tinggi semakin kuat sehingga terjalin hubungan jangka panjang
yang interaktif.
Saran
Mahasiswa sebaiknya tetap menjaga prilaku senyum, sapa, salam, dan, sopan
santun dan menghindari perilaku tidak menyenangkan yang masih dilakukan,
seperti menggunakan bahasa kotor, guna menjaga hubungan yang baik antar
sesama mahasiswa dan dosen. Hal ini dapat dicapai dengan terus-menerus
mematuhi peraturan yang terapat di kampus serta dengan mematuhi batasan yang
diberlakukan di kampus. Bagi para dosen dan sesama mahasiswa dapat memberi
teguran dan nasihat apabila terdapat siswa yang dinilai berprilaku tidak sopan.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih spesifik dan lebih teliti dalam memberikan penjelasan mengenai
senyum, sapa, salam, sopan santun dengan lebih banyak sumber terpercaya dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Sub Tema : Sosial Budaya
Disusun Oleh:
1. Rizka Octaria
2. Sinta Nurmalasari
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar