Sabtu, 16 Desember 2023

PENGGUNAAN EDIBLE PACKAGING SEBAGAI SOLUSI DALAM MENGURANGI SAMPAH PLASTIK

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat produktivitas dan

penggunaan kemasan yang tinggi. Sebagian besar produk kemasan digunakan oleh

industri makanan dan minuman. Menurut BPOM (2019), peran utama kemasan

pada dasarnya adalah untuk melindungi produk dari kontaminan luar, termasuk

menjamin keamanan pangan, memelihara kualitas dan meningkatkan masa simpan.

Kemasan yang umumnya digunakan pada produk pangan diantaranya adalah

plastik, kertas, kaca, dan lain-lain.


Plastik merupakan kemasan yang paling banyak digunakan pada industri pangan.

Pemakaian plastik sebagai kemasan makanan tidak dapat dihindari bahkan semakin

meningkat dikarenakan harga yang murah, mudah didapatkan, dan sangat praktis

penggunaanya. Namun, melonjaknya produksi plastik menyebabkan berbagai

dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Plastik adalah jenis bahan polimer sintetik

yang senyawa dan strukturnya tidak dikenali oleh mikroorganisme baik yang ada

di tanah maupun perairan. Mikroorganisme ini kesulitan mengurai plastik karena

tidak memiliki enzim yang cocok untuk mengurainya (Utami dan Ningrum, 2020).

Akibatnya, sampah plastik yang semakin meningkat tidak sebanding dengan lama

penguraian sampah plastik.


Pencegahan terjadinya penumpukan sampah plastik dapat dilakukan dengan

menggunakan kemasan pengganti yang lebih ramah lingkungan. Solusinya adalah

dengan memanfaatkan kemasan food grade dan mampu diuraikan oleh

mikroorganisme. Penggunaan edible packaging dapat menajadi kemasan alternatif

pengganti plastik. Edible packaging dikhususnya agar dapat dikonsumsi secara

langsung karena dibuat dari bahan-bahan alami yang mudah terurai.


ISI

Permasalahan lingkungan sangat erat kaitannya dengan sampah, terkhususnya

sampah plastik. Data the world bank tahun 2021 menyatakan bahwa Indonesia

menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya dengan 4,9 juta ton

diantaranya tidak dikelola dengan baik. Banyaknya produksi sampah plastik

berdampak pada kondisi lingkungan, bahkan sampah plastik yang menumpuk dan

tidak dikelola dengan benar sering menyebabkan bencana banjir. Hal ini dapat

terjadi karena plastik tergolong kedalam bahan yang sulit terurai atau terdegradasi

(non-biodegradable). Sampah plastik membutuhkan waktu yang cukup lama

hingga ratusan tahun untuk dapat terurai atau terdekomposisi dengan sempurna oleh

tanah. Lonjakkan sampah plastik ini dapat dikurangi dengan menggunakan produk

kemasan yang lebih ramah lingkungan dan mudah terurai, yaitu edible packaging.


Edible packaging merupakan salah satu inovasi kemasan dari bahan-bahan alami

dan dibuat khusus agar dapat dikonsumsi bersamaan dengan produk pangan.

Bahan-bahan alami dalam pengemas berbahan baku polimer alami lebih ramah

lingkungan dibandingkan plastik berbahan baku polimer sintetis. polimer alami

tersebut seperti polipeptida (protein), polisakarida (karbohidrat), dan lipida yang

bersifat mudah terurai (biodegradable) (Fauziati dkk., 2016). Protein dan lipid

tersebut berasal dari bahan nabati dan hewani seperti biji-bijian, susu, telur, dan lain

lain, sedangkan polisakarida berupa pati. Selain itu, edible packaging dapat dibuat

dari limbah kulit buah, seperti penelitian yang dilakukan oleh Uliyanti dan

Martiyanti (2016), yaitu menggunakan limbah kulit jeruk. Sehingga, selain

mengurangi sampah plastik, limbah-limbah hasil pertanian juga dapat

dimanfaatkan dan diolah kembali melalui pembuatan edible packaging.


Edible packaging dikelompokkan menajadi dua, yaitu yang berfungsi sebagai

pelapis (edible coating) dan yang berbentuk seperti lembaran (edible film). Edible

film berbentuk lapisan tipis rata yang berfungsi sebagai barrier agar produk tidak

kehilangan kelembapannya, bersifat permeable, dan mampu mengontrol migrasi

komponen-komponen larut air. Serupa dengan edible film, edible coating berbentuk

lapisan tipis yang dapat langsung digunakan pada permukaan produk seperti buah

dan sayur untuk mempertahankan kualitasnya (Ismaya dkk., 2020). Produk dengan

edible packaging ini sudah banyak tersebar di berbagai marketplace, misalnya

edible film pada produk yupi, sosis, ataupun sedotan yang terbuat dari beras (edible

rice straw).


Keunggulan dari edible packaging selain ramah lingkungan dan dapat langsung

dikonsumsi, juga lebih praktis dalam penggunaannya. Kemasan edible ini juga

dapat menambah nilai jual dari suatu produk yang ditawarkan. Hal ini dapat dilihat

pada beberapa industri ataupun marketplaces yang menawarkan produk dengan

menggunakan edible packaging. Contohnya, dapat dilihat pada salah satu Coffee

shop di Bandung yang menawarkan menu minuman dengan kemasan ‘cookie cup’.


Kemasan cup tersebut dapat dikonsumsi secara langsung karena dibuat dari bahan-

bahan pembuatan cookies dan diolah serupa dengan cookies. Desain kemasan yang

unik dapat menambah nilai estetika sehingga banyak menarik mintat pelanggan dan

meningkatkan nilai jual dari produk yang ditawarkan. Selain itu, penggunaan

kemasan cup ini cenderung praktis, tidak perlu dicuci, dan dapat langsung

dikonsumsi ataupun dibuang karena mudah terurai.


Penerapan edible packaging tersebut menunjukkan bahwa baik konsumen maupun

produsen sudah mulai peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar. Hal ini berarti

baik konsumen maupun produsen menyadari bahwa sebagian besar sampah plastik

berasal dari kemasan prosuk yang diperjual-belikan. Edible packaging memutuskan

rantai lonjakan sampah plastik karena tidak perlu didaur ulang. Sebagian besar

kemasan dikonsumsi atau dikomposkan, sehingga tidak memenuhi tempat

pembuangan atau mencemari lingkungan seperti sampah plastik. Edible packaging

ini juga dimanfaatkan untuk memperpanjang masa simpan produk pangan. Oleh

karena itu, penggunaan edible packaging sangat efektif sebagai solusi mengurangi

sampah plastik


PENUTUP

Melonjaknya produksi sampah plastik berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.

Pencegahan terjadinya penumpukan sampah plastik dapat dilakukan dengan

membuat suatu kemasan food grade dan mampu diuraikan oleh mikroorganisme,

yaitu edible packaging. Edible packaging berasal dari bahan-bahan alami berupa

polimer seperti polipeptida (protein), polisakarida (karbohidrat), dan lipida.

Polimer alami tersebut mampu dikonsumsi secara langsung ataupun terurai oleh

mikroorganisme (biodegradable) jika dibuang. Edible packaging di Indonesia

belum banyak tersebar, tetapi juga dapat ditemukan pada beberapa produk industri

pangan atau marketplace, misalnya pada produk yupi, sosis, ataupun cookie cup.

Semakin banyak penerepan edible packaging pada produk pangan menunjukkan

bahwa konsumen maupun produsen peduli terhadapt kondisi lingkungan.

Peningkatan produksi edible packaging dengan berbagai inovasi baru baik dalam

bentuk edible coating ataupun edible film mampu menekan jumlah sampah plastik

melalui berkurangnya penggunaan kemasan berbahan dasar plastik.


Sub Tema: Lingkungan 

Disusun oleh:

1. Rebecca Nahashyea 

2. Tesa Yemima Silalahi


 ---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer