PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat produktivitas dan
penggunaan kemasan yang tinggi. Sebagian besar produk kemasan digunakan oleh
industri makanan dan minuman. Menurut BPOM (2019), peran utama kemasan
pada dasarnya adalah untuk melindungi produk dari kontaminan luar, termasuk
menjamin keamanan pangan, memelihara kualitas dan meningkatkan masa simpan.
Kemasan yang umumnya digunakan pada produk pangan diantaranya adalah
plastik, kertas, kaca, dan lain-lain.
Plastik merupakan kemasan yang paling banyak digunakan pada industri pangan.
Pemakaian plastik sebagai kemasan makanan tidak dapat dihindari bahkan semakin
meningkat dikarenakan harga yang murah, mudah didapatkan, dan sangat praktis
penggunaanya. Namun, melonjaknya produksi plastik menyebabkan berbagai
dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Plastik adalah jenis bahan polimer sintetik
yang senyawa dan strukturnya tidak dikenali oleh mikroorganisme baik yang ada
di tanah maupun perairan. Mikroorganisme ini kesulitan mengurai plastik karena
tidak memiliki enzim yang cocok untuk mengurainya (Utami dan Ningrum, 2020).
Akibatnya, sampah plastik yang semakin meningkat tidak sebanding dengan lama
penguraian sampah plastik.
Pencegahan terjadinya penumpukan sampah plastik dapat dilakukan dengan
menggunakan kemasan pengganti yang lebih ramah lingkungan. Solusinya adalah
dengan memanfaatkan kemasan food grade dan mampu diuraikan oleh
mikroorganisme. Penggunaan edible packaging dapat menajadi kemasan alternatif
pengganti plastik. Edible packaging dikhususnya agar dapat dikonsumsi secara
langsung karena dibuat dari bahan-bahan alami yang mudah terurai.
ISI
Permasalahan lingkungan sangat erat kaitannya dengan sampah, terkhususnya
sampah plastik. Data the world bank tahun 2021 menyatakan bahwa Indonesia
menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya dengan 4,9 juta ton
diantaranya tidak dikelola dengan baik. Banyaknya produksi sampah plastik
berdampak pada kondisi lingkungan, bahkan sampah plastik yang menumpuk dan
tidak dikelola dengan benar sering menyebabkan bencana banjir. Hal ini dapat
terjadi karena plastik tergolong kedalam bahan yang sulit terurai atau terdegradasi
(non-biodegradable). Sampah plastik membutuhkan waktu yang cukup lama
hingga ratusan tahun untuk dapat terurai atau terdekomposisi dengan sempurna oleh
tanah. Lonjakkan sampah plastik ini dapat dikurangi dengan menggunakan produk
kemasan yang lebih ramah lingkungan dan mudah terurai, yaitu edible packaging.
Edible packaging merupakan salah satu inovasi kemasan dari bahan-bahan alami
dan dibuat khusus agar dapat dikonsumsi bersamaan dengan produk pangan.
Bahan-bahan alami dalam pengemas berbahan baku polimer alami lebih ramah
lingkungan dibandingkan plastik berbahan baku polimer sintetis. polimer alami
tersebut seperti polipeptida (protein), polisakarida (karbohidrat), dan lipida yang
bersifat mudah terurai (biodegradable) (Fauziati dkk., 2016). Protein dan lipid
tersebut berasal dari bahan nabati dan hewani seperti biji-bijian, susu, telur, dan lain
lain, sedangkan polisakarida berupa pati. Selain itu, edible packaging dapat dibuat
dari limbah kulit buah, seperti penelitian yang dilakukan oleh Uliyanti dan
Martiyanti (2016), yaitu menggunakan limbah kulit jeruk. Sehingga, selain
mengurangi sampah plastik, limbah-limbah hasil pertanian juga dapat
dimanfaatkan dan diolah kembali melalui pembuatan edible packaging.
Edible packaging dikelompokkan menajadi dua, yaitu yang berfungsi sebagai
pelapis (edible coating) dan yang berbentuk seperti lembaran (edible film). Edible
film berbentuk lapisan tipis rata yang berfungsi sebagai barrier agar produk tidak
kehilangan kelembapannya, bersifat permeable, dan mampu mengontrol migrasi
komponen-komponen larut air. Serupa dengan edible film, edible coating berbentuk
lapisan tipis yang dapat langsung digunakan pada permukaan produk seperti buah
dan sayur untuk mempertahankan kualitasnya (Ismaya dkk., 2020). Produk dengan
edible packaging ini sudah banyak tersebar di berbagai marketplace, misalnya
edible film pada produk yupi, sosis, ataupun sedotan yang terbuat dari beras (edible
rice straw).
Keunggulan dari edible packaging selain ramah lingkungan dan dapat langsung
dikonsumsi, juga lebih praktis dalam penggunaannya. Kemasan edible ini juga
dapat menambah nilai jual dari suatu produk yang ditawarkan. Hal ini dapat dilihat
pada beberapa industri ataupun marketplaces yang menawarkan produk dengan
menggunakan edible packaging. Contohnya, dapat dilihat pada salah satu Coffee
shop di Bandung yang menawarkan menu minuman dengan kemasan ‘cookie cup’.
Kemasan cup tersebut dapat dikonsumsi secara langsung karena dibuat dari bahan-
bahan pembuatan cookies dan diolah serupa dengan cookies. Desain kemasan yang
unik dapat menambah nilai estetika sehingga banyak menarik mintat pelanggan dan
meningkatkan nilai jual dari produk yang ditawarkan. Selain itu, penggunaan
kemasan cup ini cenderung praktis, tidak perlu dicuci, dan dapat langsung
dikonsumsi ataupun dibuang karena mudah terurai.
Penerapan edible packaging tersebut menunjukkan bahwa baik konsumen maupun
produsen sudah mulai peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar. Hal ini berarti
baik konsumen maupun produsen menyadari bahwa sebagian besar sampah plastik
berasal dari kemasan prosuk yang diperjual-belikan. Edible packaging memutuskan
rantai lonjakan sampah plastik karena tidak perlu didaur ulang. Sebagian besar
kemasan dikonsumsi atau dikomposkan, sehingga tidak memenuhi tempat
pembuangan atau mencemari lingkungan seperti sampah plastik. Edible packaging
ini juga dimanfaatkan untuk memperpanjang masa simpan produk pangan. Oleh
karena itu, penggunaan edible packaging sangat efektif sebagai solusi mengurangi
sampah plastik
PENUTUP
Melonjaknya produksi sampah plastik berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.
Pencegahan terjadinya penumpukan sampah plastik dapat dilakukan dengan
membuat suatu kemasan food grade dan mampu diuraikan oleh mikroorganisme,
yaitu edible packaging. Edible packaging berasal dari bahan-bahan alami berupa
polimer seperti polipeptida (protein), polisakarida (karbohidrat), dan lipida.
Polimer alami tersebut mampu dikonsumsi secara langsung ataupun terurai oleh
mikroorganisme (biodegradable) jika dibuang. Edible packaging di Indonesia
belum banyak tersebar, tetapi juga dapat ditemukan pada beberapa produk industri
pangan atau marketplace, misalnya pada produk yupi, sosis, ataupun cookie cup.
Semakin banyak penerepan edible packaging pada produk pangan menunjukkan
bahwa konsumen maupun produsen peduli terhadapt kondisi lingkungan.
Peningkatan produksi edible packaging dengan berbagai inovasi baru baik dalam
bentuk edible coating ataupun edible film mampu menekan jumlah sampah plastik
melalui berkurangnya penggunaan kemasan berbahan dasar plastik.
Sub Tema: Lingkungan
Disusun oleh:
1. Rebecca Nahashyea
2. Tesa Yemima Silalahi
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar