PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk dunia yang cukup tinggi dari tahun ke tahun dan
diperkirakan saat ini sudah mencapai 7,8 miliar orang. Penambahan jumlah
penduduk di dunia akan berimbas pada peningkatan kebutuhan sarana transportasi
yang mempengaruhi jumlah kebutuhan bahan bakar. Salah satu bahan bakar yang
banyak digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Namun ketersediaan bahan
bakar ini semakin menipis dan tidak bisa diandalkan lagi di masa depan. Oleh
karena itu, sumber energi alternatif untuk bahan bakar harus dikembangkan
sehingga dapat digunakan masyarakat luas.
Sejatinya lingkungan perlu dilestarikan sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia. Kekayaan sumber daya alam dapat dimanfaatkan sebagai mana
mestinya dan tidak ekploitasi secara berlebihan, dengan tetap berorientasi kepada
kepentingan generasi yang akan datang, dan tidak merusak fungsi lingkungan. Saat
ini, energi yang digunakan masih berorientasi pada bentuk energi tak terbarukan.
Selain jumlahnya yang sudah semakin berkurang, penggunaan energi tak
terbarukan juga memberi dampak buruk pada lingkungan. Oleh karena itu,
pengembangan dan implementasi bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan
perlu mendapatkan perhatian serius.
Selama ini, lebih dari 90% kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan bakar fosil.
Jika eksploitasi terus berjalan, diperkirakan sumber energi ini akan habis dalam
setengah abad mendatang. Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan manusia kelak
jika bahan bakar fosil yang menjadi sumber energi utama manusia selama lebih dari
dua ratus tahun habis begitu saja. Oleh karena itu, banyak negara yang mulai
mengembangkan alternatif sumber energi yang terbaharukan, ramah lingkungan,
dan relatif mudah untuk dibuat. Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil
adalah dengan bioenergi seperti bioetanol.
Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang tidak pernah habis selama matahari masih
memancarkan sinarnya, air tersedia, oksigen berlimpah. Sumber bioetanol dapat
berupa singkong, ampas tebu, kentang, ubi jalar, dan sebagainya. Sumber yang
paling potensial dikembangkan di Indonesia adalah singkong (Manihot esculenta).
Pemerintah juga sudah memperkuat pengembangan bioetanol ini dengan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti BBM
(Warsa, 2013).
Tujuan penulisan kajian essay ini adalah mengembangkan bioetanol yang
diharapkan dapat menjadi solusi sumber energi terbaharukan. Permasalahan
tersebut ketersediaan bahan bakar yang semakin menipis dan tidak bisa diandalkan
lagi di masa depan. Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk akan
meningkatkan kebutuhan sarana transportasi yang akan mempengaruhi jumlah
kebutuhan bahan bakar. Harapannya dengan inovasi ini, dapat memberikan solusi
terhadap masalah krisis energi masa dapan yang terbaharukan dan menjadikan
Indonesia sebagai negara yang mandiri energi.
PEMBAHASAN
2.1 Singkong sebagai Bahan Baku
Singkong (Manihot esculenta) merupakan makanan pokok bagi penduduk di
dunia, selain sebagai makanan pokok singkong juga digunakan sebagai bahan
baku industri dan pakan ternak. Singkong salah satu tanaman yang sudah
dikenal lama oleh petani Indonesia, walaupun bukan tanaman asli Indonesia.
Pengembangan singkong untuk diolah menjadi bahan baku bioetanol tidak
terlalu sulit. Indonesia adalah penghasil singkong keempat di dunia. Singkong
menghasilkan pati, gaplek, tepung singkong, etanol, gula cair, sorbitol, MSG,
tepung aromatik, dan pellet. Singkong merupakan sumber karbohidrat bagi
sekitar 500 juta manusia di dunia. Selain itu, singkong memiliki potensi yang
cukup bagus sebagai tanaman bahan baku etanol (Gardjito dan Murdijati.,
2013).
2.2 Pengolahan Singkong menjadi Bioetanol
Sampai saat ini produksi bioetanol dalam bentuk FGE (Fuel Grade Etanol)
besar dilakukan oleh pabrik berskala besar. Apakah masyarakat hanya sekedar
menikmati bioetanol yang diproduksi oleh para industriawan besar? apakah
rakyat hanya sekedar menjadi petani singkong penghasil bioetanol?
Jawabannya adalah tidak. Fakta menunjukkan, masyarakat sebenarnya sudah
menguasai teknik pembuatan bioetanol dari proses fermentasi. Sejak puluhan
tahun lalu masyarakat telah melakukan proses penyulingan untuk mendapatkan
minuman berkadar etanol tinggi berskala kecil.
Sebenarnya ada teknik pangolahan singkong yang sederhana untuk dijadikan
bioetanol. Proses ini cukup mudah diterapkan pada masyarakat dan hanya
membutuhkan alat yang sederhana. Proses pengolahan ubi kayu segar berkadar
pati 28%, yang ditargetkan menghasilkan 7 liter bioetanol berlangsung sebagai
berikut :
a. Kupas kasar ubi kayu segar sebanyak 50 kg. Cuci dan giling dengan mesin
penggiling listrik, mesin bensin, ataupun diesel.
b. Saring hasil penggilingan untuk memperoleh bubur singkong.
c. Masukkan bubur kayu ke dalam drum yang terbuka penuh bagian atasnya.
d. Tambahkan air 40-50 liter dan aduk sambil dipanasi diatas perapian.
e. Tambahkan 1,5 ml enzim alfa-amilase. Panaskan selama 30-60 menit pada
suhu sekitar 90° C.
f. Dinginkan hingga suhu menjadi 55-60° C.
g. Tambahkan 0,9 ml enzim gluko-amilase.
h. Jaga temperatur pada kisaran 55-60° C selama 3 jam, lalu dinginkan hingga
suhu di bawah 35° C.
i. Tambahkan 1 gr ragi roti, urea 65 gr, dan NPK 14 gr. Biarkan selama 72
jam dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat agar gas CO2 yang terbentuk
bisa keluar.
j. Pindahkan cairan yang yang mengandung 7-9 % bioetanol itu ke dalam
drum lain yang didisain sebagai penguap (evaporator).
k. Masak di atas perapian hingga uapnya keluar menuju alat destilasi.
Nyalakan aliran air di kondensator (pengembun) uap bioetanol.
l. Tahan temperatur bagian atas kolom destilasi pada suhu 79o C ketika cairan
bioetanol mulai keluar. Fraksi bioetanol 90-95% akan berhenti mengalir
secara perlahan-lahan.
2.3 Keunggulan Bioetanol Berbahan Dasar Singkong
Keunggulan bioetanol berbahan dasar singkong dapat mengatasi berbagai
permasalahan meliputi faktor ekonomi yaitu berupa jaminan ketersediaan
bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang. Selain itu, polusi akibat
emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang ditimbulkan
berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kesehatan manusia. Polusi
langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NO2, dan hidrokarbon
yang tidak terbakar, serta unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan, polusi
tidak langsung mayoritas berupa peningkatan jumlah molekul CO yang
mengakibatkan pemanasan global. Kesadaran terhadap ancaman serius
tersebut telah mengintensifkan berbagat riset yang bertujuan menghasilkan
sumber-sumber energi ataupun pembawa energi yang lebih terjamin
keberlanjutannya dan lebih ramah lingkungan (Lovisia, 2022). Selain
keunggulan di atas, bioetanol berbahan dasar singkong juga dapat menghemat
penggunaan bahan bakar fosil, memperpanjang umur kendaraan, suara mesin
kendaraan lebih halus, serta lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan
polusi sebesar bahan bakar fosil yang pembakarannya kurang sempurna.
PENUTUP
Singkong merupakan salah satu tanaman yang mengandung karbohidrat, sehingga
berpotensi besar untuk diolah menjadi sumber energi alternatif berupa bietanol.
Pengolahan singkong menjadi bioetanol, menunjukkan bahwa kita sudah
memberikan solusi terhadap masalah krisis sumber energi di masa dapan yang
terbaharukan. Pengolahan singkong menjadi bioetanol ini, bisa dilakukan secara
sederhana oleh masyarakat. Pengolahan yang dilakukan sendiri oleh masyarakat
mendorong terbentuknya masyarakat yang mandiri energi, setidaknya untuk
keadaan yang mendesak bagi masyarakat yang berada di pelosok Indonesia tidak
harus selalu menggantungkan kirimin bahan bakar karena memiliki alternatif bahan
bakar berupa bioetanol ini. Dengan demikian, hal tersebut dapat menjadikan
Indonesia sebagai negara yang mandiri energi.
Sub Tema : Energi Terbarukan
Disusun Oleh:
1. Aprilliadaipa
2. Likia Salsa Billa
3. Nanda Putri Kusuma
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar