I. PENDAHULUAN
Generalized anxiety disorder (GAD) adalah salah satu gangguan psikologis yang
sering dijumpai di masyarakat. World Health Organization (WHO) menghimpun
data penderita gangguan kecemasan mencapai 264 juta jiwa dan menempati
peringkat keenam penyebab masalah kejiwaaan yang dianggap sebagai indikasi
utama insiden bunuh diri dengan prevalensi GAD mencapai 3,6% pada populasi
global (WHO, 2017). Artinya, dari 100 orang di dunia, terdapat 3 atau 4 orang yang
menderita GAD. Di Indonesia sendiri, GAD menjadi gangguan mental terbanyak
kedua dari tahun 1990 hingga data pada tahun 2017 (Kementerian Kesehatan RI,
2019). Berdasarkan hasil penelitian Global School-Based Students Health Survey
(GSHS), tercatat dari 11.142 jumlah responden remaja Indonesia, didapatkan
40,75% mengalami kecemasan, 60,17% mengalami gejala mental emosional dan
7,33% mengalami kejadian bunuh diri (WHO, 2015).
GAD ditandai dengan rasa cemas dan khawatir yang muncul secara berlebihan dan
tidak dapat dikendalikan dalam berbagai situasi seperti dalam pertemanan, sekolah,
kesehatan, dan keluarga. Rasa cemas ini menyebabkan gangguan yang berkaitan
dengan hubungan sosial (APA, 2013). GAD dapat berdampak dan menggangu
beberapa aspek kehidupan jika tidak ditangani dengan baik. Kecemasan dan
ketakutan pada GAD ditandai dengan adanya gejala seperti kegelisahan, mudah
lelah, kesulitan konsentrasi, mudah marah, ketegangan otot, dan gangguan tidur
yang dapat menimbulkan gangguan lain seperti depresi. Perawatan konvensional
untuk GAD didasarkan pada penggunaan obat-obatan yang termasuk ke dalam
kelas farmakologi psikoaktif seperti benzodiazepine, barbiturate, dan modulator
asam gamma-aminobutyric (GABA) reseptor. Namun, obat-obatan tersebut
menyebabkan berbagai efek samping seperti ataxia, pusing, sedasi, hilang ingatan,
dan tidak bekerja efektif dalam beberapa kondisi (Pereira, et. al., 2019). Konsumsi
benzodiazepine mengakibatkan terjadinya toleransi bahkan ketergantungan obat
dan gangguan kesadaraan setelah penggunaannya (Putra dan Septa, 2018). Untuk
itu, dibutuhkan perawatan yang efektif dan minim efek samping agar GAD dapat
ditangani secara maksimal. Salah satunya adalah dengan fitoterapi.
Berbagai penyakit dapat ditangani melalui fitoterapi, mulai dari infeksi, nyeri,
penyakit saluran pencernaan, bahkan gangguan mental seperti depresi dan
kecemasan. Sejumlah eksperimen ilmiah telah membuktikan tingkat efektivitas dan
efisiensi pengobatan herbal atau fitoterapi ini relatif tinggi dan memiliki tingkat
keamanan yang tinggi karena minim efek samping (Pereira, et. al., 2019).
Pengobatan komplementer dan alternatif di antara gangguan kejiwaan, terutama
depresi dan kecemasan juga sudah menjadi hal yang lumrah. Penggunaan bahan
herbal sangat lumrah digunakan untuk terapi pada masalah kejiwaan. Bahan herbal
yang biasa digunakan untuk perawatan GAD adalah dengan menggunakan bahan
yang mengandung senyawa apigenin. Aktivitas apigenin bekerja pada reseptor
GABA A sehingga senyawa tersebut bersifat antiansientas (Putra dan Septa, 2018).
Senyawa apigenin dapat ditemukan pada berbagai tumbuhan, diantaranya terdapat
pada rumput tempuyung dan markisa. Tempuyung (Sonchus arvensis L.) memiliki
kandungan senyawa organik flavonoid yaitu kaempferol, luteolin-O-glukosida, dan
apigenin-7-O-glukosida (Gunarti dkk., 2021). Markisa (Passiflora edulis) dapat
memicu aktivitas anxiolytic melalui interaksi dengan GABA reseptor yang dapat
menghambat pelepasan glutamat sehingga aktivitas daerah otak yang bertanggung
jawab untuk gejala-gejala kecemasan akan berkurang (Pereira, et. al., 2019).
Tempuyung dan markisa dapat disajikan dalam bentuk tisane. Tisane merupakan
teh herbal yang terbuat dari satu bagian atau campuran bagian tanaman seperti daun,
biji, bunga, kulit batang, dan atau akar-akaran dari berbagai jenis tanaman yang
dikeringkan dan diseduh dengan air (Fitri dan Pamungkasih, 2022). Umumnya,
tisane dikemas dalam kemasan primer dan berbentuk produk utuh, sehingga pada
penyajiannya akan menghasilkan ampas (Pramestya dkk., 2020). Penyajian tisane
tanpa ampas dapat diperoleh dengan menggunakan tea bag. Penggunaan tea bag
juga menambah kepraktisan dalam penyajian tisane, sehingga tisane dapat diminum
kapan saja. Oleh karena itu, terciptalah Serenitea sebagai inovasi tisane tempuyung
dan markisa sebagai fitoterapi pada penderita GAD ringan.
II. ISI
Serenitea merupakan tisane atau teh bunga yang terbuat dari campuran bahan-bahan
lokal alami seperti bunga tempuyung dan buah markisa dengan filosofi
penggabungan kata "serenity" (ketenangan) dengan "tea" untuk menekankan
manfaat relaksasi dari tisane. Serenitea kaya akan kandungan senyawa apigenin
yang telah terbukti memiliki efek menenangkan serta anxiolitik alami (Safrina dkk.,
2020). Konsep tisane dari Serenitea berbentuk tea bag yang dapat mempermudah
konsumen untuk menikmati manfaat dari senyawa apigenin serta memberikan
kenyamanan dalam mengonsumsi dengan proses penyeduhan yang lebih praktis
dalam bentuk kemasan teh kantong. Penyeduhan Serenitea yang berbentuk tea bag
ketika diseduh dalam air panas maka nutrisi dari bunga tempuyung dan buah
markisa didalamnya akan larut dengan sempurna dan dapat menciptakan minuman
herbal yang tidak hanya enak dan sehat, tetapi juga dapat bermanfaat sebagai solusi
fitoterapi menenangkan pikiran serta meredakan gejala gangguan kecemasan.
Gangguan kecemasan menjadi salah satu masalah kejiwaan dengan peringkat
tertinggi yang sering ditandai dengan kecemasan yang berlebihan , disertai respon
perilaku emosional dan fisiologis. Generalized anxiety disorder (GAD) merupakan
salah satu gangguan kecemasan dengan rasa takut yang terjadi secara berulang dan
membutuhkan psiskoterapi serta pengobatan lebih lanjut secara medis. Akibat
masalah dari mengonsumsi obat secara berlebihan dapat menimbulkan
ketergantungan obat, efek samping dan gangguan kesadaran (Putra dan Septa,
2018). Penggunaan alternatif minuman teh herbal berupa Serenitea sebagai tisane
yang berbahan dasar dari campuran bunga tempuyung dan buah markisa memiliki
potensi yang signifikan dalam membantu penderita gangguan kecemasan salah
satunya Generalized anxiety disorder (GAD). Kandungan senyawa apigenin dari
bahan-bahan alami dalam bunga tempuyung dan buah markisa dikenal sebagai
senyawa alami yang memiliki sifat relaksan pada sistem saraf yang dapat
mengurangi tingkat kecemasan yang telah terbukti memiliki efek positif dalam
menenangkan pikiran dan mengurangi gejala gangguan kecemasan seperti rasa
takut, gelisah, dan ketegangan serta dapat menyeimbangkan hormon stress dalam
tubuh (Safrina dkk., 2020).
Serenitea berasal dari campuran bahan-bahan alami lokal seperti bunga tempuyung
dan buah markisa yang memiliki kandungan serta manfaat dari senyawa apigenin
yang bersifat menenangkan dan dapat mengurangi kecemasan. Penggunaan bahan-
bahan lokal dapat mendukung ekonomi para petani lokal dan memberikan
kontribusi pada keberlanjutan lingkungan serta manfaat yang jelas bagi kesehatan
dan kesejahteraan individu. Penyajian yang unik dan praktis dengan menggunakan
kemasan kantong teh atau tea bag menjadikan keunggulan dari Serenitea yang lebih
ramah lingkungan. Konsumen dapat menikmati manfaat tisane sebagai teh herbal
dengan cepat dan tanpa rumit serta dapat dijadikan solusi yang efektif dan praktis
sebagai fitoterapi untuk mengatasi gangguan kecemasan dengan after taste rasa
kehangatan yang menenangkan pikiran dan tubuh setelah dikonsumsi.
Serenitea amat baik dikonsumsi bagi orang yang memiliki gejala kecemasan ringan.
Bahan yang alami dan minim efek samping membuat Serenitea aman dikonsumsi
sekali pun dalam jangka panjang. Penggunaan bahan-bahan lokal juga membuat
Serenitea dapat diproduksi terus-menerus sehingga tidak menimbulkan
kekhawatiran bagi orang yang biasa mengkonsumsinya. Produk Serenitea
merupakan alternatif fitoterapi yang dapat diterapkan untuk memperbaiki angka
gangguan mental yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Implementasi
manfaat dari produk Serenitea dapat mengurangi angka gangguan kecemasan
karena kandungan senyawa bioaktif apigenin yang amat baik untuk mengatasi
gejala-gejala ansietas terutama pada penderita Generalized Anxiety Disorder
(GAD) ringan.
III. PENUTUP
Bahan-bahan alami yang sering ditemukan disekitar ternyata bisa dimanfaatkan
menjadi berbagai macam obat herbal untuk mengatasi berbagai gangguan
kesehatan. Daun tempuyung dan buah markisa dapat dimanfaatkan sebagai
fitoterapi untuk mengatasi gangguan kecemasan ringan. Dengan diolah menjadi
tisane, tempuyung dan markisa dapat dikonsumsi dengan cara yang praktis. Efek
relaksasi dan antiansientas pada tempuyung dan markisa membuat orang yang
mengonsumsinya menjadi tenang sehingga dampak buruk gangguan kecemasan
dapat ditangani. Pemanfaatan bahan lokal juga memberikan dampak positif bagi
konsumen dan petani. Serenitea dinilai sebagai salah satu solusi untuk menurunkan
angka gangguan kecemasan terutama pada penderita Generalized Anxiety Disorder
(GAD) di Indonesia. Dengan ide ini, penulis berharap semua elemen dapat
mendukung dan menemukan solusi lainnya untuk mengurangi permasalahan
gangguan kesehatan mental terutama pada gangguan kecemasan dengan cara yang
yang inovatif.
Sub Tema : Kesehatan
Disusun Oleh:
1. Annisa Yasmine Aulia
2. Dea Meranda
3. Rahma Anjani
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar