Sabtu, 16 Desember 2023

SIBBOSERI (OPTIMASI BIOFUEL-BIOETANOL BERBASIS ONGGOK SINGKONG DAN LERI) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KONSUMSI ENERGI BERSIH GUNA MENYONGSONG INDONESIA EMAS 2045

 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia akan merasakan masa keemasan pada tahun 2045. Pada tahun

tersebut, Indonesia bercita-cita menjadi negara maju dan setara dengan negara

adikuasa (KEMENKO PMK, 2022). Dalam mewujudkan cita-cita Indonesia,

maka perwujudan visi Indonesia 2045 perlu didukung oleh empat pilar utama

pembangunan bangsa Indonesia, diantaranya meliputi: pembangunan sumber

daya manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tata kelola

pemerintahan, pembangunan berkelanjutan, ketahanan nasional, dan

pemerataan pembangunan (Wena, 2020). Dalam konteks pembangunan

berkelanjutan atau SDGs (Sustainable Development Goals) terdapat 17 tujuan

yang harus dicapai salah satunya yaitu energi bersih dan terjangkau. Hal ini

dimaknai untuk memastikan setiap orang memiliki akses terhadap energi

modern, andal, berkelanjutan, dan terjangkau (Karyanto dan Martiana, 2020).

Menurut Sulistyono (dalam Patra, 2022) seiring dengan waktu yang berjalan

dan sektor industri yang berkembang, bahan bakar dan energi berperan

sebagai kebutuhan pokok yang pemakaiannya terus menerus mengalami

peningkatan.

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang cukup melimpah namun

pemanfaatannya belum maksimal. Salah satu jenis energi terbarukan yang

layak dikembangkan di Indonesia yaitu bioenergi dalam bentuk bio liquid fuel

(biofuel) misalnya biodiesel, bioetanol, dan lain-lain (Harahap dan Azka,

2021). Bioetanol merupakan biomassa yang diolah dengan proses biologis

seperti enzimatik atau fermentasi sampai menjadi etanol. Bioetanol adalah

solusi yang dapat menurunkan tingkat pencemaran udara yang disebabkan

oleh bahan bakar fosil. Menurut Mulyono (dalam Widyastuti, 2019) bahan

baku bioetanol bisa diperoleh dari biomassa sumber pati berupa sorgum,

singkong, jagung, dan lain-lain, sumber selulosa seperti onggok. Biomassa

yang kaya akan karbohidrat berasal dari biomassa sumber pati.

Onggok singkong merupakan ampas yang dihasilkan dari pengolahan

singkong menjadi tepung tapioka. Indonesia adalah produsen singkong

terbesar keempat di dunia, dengan total produksi tahunan sebesar 19-20 juta

ton. Menurut kajian dari Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan

Hortikultura, Provinsi Lampung memproduksi 6.719.088 ton ubi kayu atau

singkong pada tahun 2022, menjadikannya produsen utama nasional.


Masyarakat umum menggunakan singkong tersebut sebagai pengganti

makanan pokok dan sebagai sumber utama pembuatan tepung tapioka.

Onggok singkong merupakan limbah padat yang jumlahnya sangat banyak

dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Menurut Rosita (dalam Amrilia et

al., 2014) onggok adalah produk dari hasil samping yang mempunyai

kandungan pati sebesar (60-70%) sehingga memiliki potensi menjadi bahan

baku bioetanol.

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia Emas 2045 mendatang,

mengenai energi bersih dan terbarukan yang berkelanjutan maka pemanfaatan

beberapa sumber energi potensial di Indonesia khususnya di Lampung berupa

limbah singkong dan air leri bisa menjadi efektif. Air leri ini digunakan

sebagai pengoptimalan kadar karbohidrat. Karbohidrat yang terkandung dalam

air leri dari kulit ari yang terkelupas masih cukup tinggi (In et al., 2021).

Penggunaan biofuel-bioetanol sebagai pengganti bahan bakar fosil melalui

SIBBOSERI yang tertuang dalam naskah merupakan alternatif dalam

mencapai pembangunan berkelanjutan melalui energi bersih.

1.2 Tujuan

Adanya inovasi SIBBOSERI ini diharapkan dapat menjadi suatu terobosan

yang inovatif untuk mengatasi permasalahan dampak energi fosil, sebagai

inovasi transisi energi serta upaya peningkatan konsumsi energi bersih yang

berkelanjutan untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

1.3 Manfaat

Bioetanol dari inovasi SIBBOSERI ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan yang rendah emisi.


2. PEMBAHASAN

2.1 Analisis Permasalahan

Saat ini konsumsi energi di Indonesia masih didominasi oleh Bahan Bakar

Minyak (BBM). Total konsumsi minyak nasional hingga saat ini sekitar 1,63

juta bph. Kondisi tersebut tidak sejalan dengan Bauran Energi Nasional

(BEN) untuk mengurangi konsumsi energi fosil terutama minyak (Persia,

2018). Dampak dari konsumsi BBM (energi fosil) sebagai energi tak

terbarukan yaitu terjadinya perubahan iklim. Penggunaan bahan bakar fosil

merupakan sumber utama penyumbang emisi CO2 di dunia dan kontribusinya

mencapai 74% dari total emisi (Sugiyono, 2006). Hal tersebut tentunya tidak

sejalan dengan pilar Indonesia Emas 2045 khususnya pada pembangunan

berkelanjutan, sebab dalam pilar tersebut termuat adanya energi bersih dan

terbarukan, sehingga perlu adanya inovasi yang mendukung pilar tersebut

salah satunya melalui inovasi energi terbarukan yang ramah lingkungan.


2.2 Solusi yang Pernah Ditawarkan

Dalam menyikapi dan mengatasi dampak dari penggunaan energi fosil

sebagai energi tak terbarukan yang banyak menyumbangkan emisi gas buang,

pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

yang termuat dalam Siaran Pers No. 223.Pers/04/SJI/2023 pada tanggal 12

Juni 2023 yang mencanangkan upaya antara lain memasifkan program no

emisi yes konversi, yakni pengkonversian motor listrik (Direktorat Jenderal

Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi/EBTKE, 2023). Hal tersebut

diharapkan dapat mengurangi gas emisi yang dapat menyebabkan perubahan

iklim global sekaligus untuk menggantikan penggunaan motor berbahan

bakar fosil. Program tersebut dinilai belum berjalan lancar sebab berdasarkan

fakta yang dilansir dari media massa CNN Indonesia bahwa Kepala Staff

Kepresidenan (KSP) menilai program pengkonversian motor listrik belum

berjalan dengan baik (CNN Indonesia, 2023). Motor listrik juga dinilai

mudah mengalami kerusakan magnetisasi akibat panas atau reaksi armature

(Aditya dkk., 2019).

2.3 SIBBOSERI (Optimasi Biofuel-Bioetanol Berbasis Onggok Singkong dan

Leri) serta Pihak yang Terlibat

Menipisnya cadangan bahan bakar fosil dan meningkatnya populasi manusia

sangat kontradiktif dengan kebutuhan energi bagi kelangsungan hidup

manusia beserta aktivitas ekonomi dan sosialnya. SIBBOSERI (Optimasi

Biofuel-Bioetanol Berbasis Onggok Singkong dan Leri) hadir sebagai inovasi

dan solusi visioner dalam mengatasi permasalahan-permasalahan terkait

krisis energi di masa mendatang, perubahan iklim, dan peningkatan emisi gas

buang akibat tingginya tingkat ketergantungan terhadap konsumsi bahan

bakar fosil. SIBBOSERI merupakan inovasi yang bergerak di bidang energi

(EBT) yakni bioenergi berbasis biomassa dari limbah onggok singkong dan

leri sebagai upaya transisi energi yang menjanjikan di masa depan dan upaya

peningkatan konsumsi energi bersih dalam menyongsong Indonesia Emas

2045. SIBBOSERI memanfaatkan kandungan karbohidrat yang potensial dari

limbah onggok singkong yang belum dimaksimalkan penggunaannya sebagai

produk samping dari produksi tepung tapioka, sejalan dengan pernyataan

Asngad (2005) bahwa dari proses pengolahan tepung tapioka dihasilkan

limbah padat (onggok) sekitar 2/3 bagian atau sekitar 75% dari bahan

mentahnya dengan kandungan karbohidrat singkong mencapai 72,49%-

85,99%. Dalam proses pengoptimalan kadar karbohidrat pada inovasi

SIBBOSERI maka dimanfaatkanlah air cucian beras (air leri) dalam

pembuatan bioetanol. Air leri memiliki kandungan nutrisi yang terlarut di

dalamnya di antaranya karbohidrat berupa pati sebesar 89%-90%, protein,

glutein, selulosa, hemiselulosa, gula, dan vitamin B yang banyak terdapat

pada ericarpus dan aleuron yang ikut terkikis (Puspitarini, 2011). Hal tersebut

menunjukkan kelayakan pada limbah onggok singkong dan air leri yang

kandungan karbohidratnya cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai

bahan alternatif pembuatan bioetanol yang ramah lingkungan.

Untuk menyukseskan energi bersih melalui inovasi SIBBOSERI ini, perlu

adanya dukungan dari institusi penting seperti pemerintah (Kementerian

Perindustrian, Kementerian Desa, Kementerian Pertanian, Kementerian

Lingkungan Hidup, BUMN), akademisi, badan/pelaku usaha,

msyarakat/komunitas, dan media. Pihak-pihak yang terlibat tersebut

dimaksudkan dalam konsep multipihak (pentahelix).


2.4 Proses Pembuatan Bioetanol inovasi SIBBOSERI

Bioetanol berbasis onggok singkong bukan merupakan penemuan yang

pertama kalinya. Telah dilakukan penelitian-penelitian sebelumnya terkait

pembuatan bioetanol berbasis onggok singkong tersebut. Pembaharuan inovasi

yang tertuang dalam naskah ini yakni dengan memodifikasi pembuatan

bioetanol berbasis onggok singkong dengan kombinasi air leri sebagai upaya

pengoptimalan kadar kerbohidrat yang akan diserap oleh limbah onggok

singkong secara optimal. Menurut Sukumaran (2008), secara umum proses

utama pengolahan bahan berpati dalam pembuatan bioetanol dilakukan

melalui 4 proses yaitu pretreatment, hidrolisis, fermentasi, dan distilasi.

1. Ilustrasi Proses Produksi

2. Skema / Diagram Alir Proses


2.5 SIBBOSERI Terintegrasi Tools Analysis (SWOT Analysis)

Tools analysis yang kami gunakan sebagai pertimbangan inovasi dalam karya

ini yakni menggunakan SWOT analysis.




3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai Indonesia

Emas pada tahun 2045. Untuk mencapai target tersebut, banyak upaya yang

perlu dilakukan, terutama dalam hal konsumsi energi ramah lingkungan.

Potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia cukup melimpah namun

pemanfaatannya belum dimanfaatkan secara optimal. Bioetanol dapat

menjadi alternatif yang menjanjikan untuk mengurangi ketergantungan

terhadap bahan bakar fosil. Bioetanol berbahan dasar onggok singkong dan

leri menjadi salah satu pilihan yang dapat membantu mencapai tujuan

tersebut. Optimalisasi produksi SIBBOSERI merupakan langkah penting

dalam upaya peningkatan konsumsi energi bersih di Indonesia pada tahun

2045. Hal tersebut dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar

fosil, ramah lingkungan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.

Dalam mencapai hasil akhir yang sempurna memerlukan investasi, inovasi

dan perencanaan yang matang, selain itu perlu perhatian khusus dan adanya

dukungan dari berbagai intitusi penting untuk memastikan produksi

SIBBOSERI dilakukan secara masif dengan berkelanjutan dan ramah

lingkungan untuk menyukseskan Indonesia Emas 2045.


Sub Tema : Energi Terbarukan

Disusun Oleh :

1. Diva Salsabila

2. Mukhlisatun Ifah Afiari 

3. Umi Mutaqoribah


 ---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer