Desa wisata begitu terkenal akhir-akhir ini. Bapak Sandiaga Salahuddin
Uno menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia sedang gencar
menghidupkan desa wisata di Indonesia. Salah satu programnya yang terkenal
adalah Ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Pada ADWI 2021
Sandiaga Salahuddin Uno sebut ada 1.831 desa wisata yang berpotensi tarik
wisatawan. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri terdapat 74.961 desa
saat ini. Berarti hanya 2,44 persen desa yang siap tarik wisatawan. Desa
kebanggaan Lampung, Kampung Kopi Rigis Jaya di Kecamatan Air Hitam
Lampung Barat pernah meraih penghargaan ADWI 2021 sebagai juara tiga
kategori Desa Wisata Rintisan Nasional. Hal hebat itu menjadi panutan dan
memancing semangat membara bagi desa-desa lain untuk merintis dan
mengembangkan desa wisata. Lalu bagaimana nasib desa wisata yang belum
terekspos? Pemerintah dan masyarakat harus saling bersinergi agar terjaganya
kelestarian alam melalui pengembangan desa wisata. Hingga mampu memiliki
daya tarik wisatawan daerah hingga mancanegara. Sebegitu pentingkah desa
wisata?
Ubah midset kita terlebih dahulu tentang desa. Bukan tempat kumuh,
terpencil, dan miskin akses. Desa adalah tempat tinggal yang nyaman, indah, dan
tenang. Dalam bukunya yang berjudul, “Desa” terbit 1953 Sutarjo
Kartohadikusumo menyatakan, “Desa merupakan suatu kelompok masyarakat
yang mempunyai hukum sendiri, memiliki wilayah spesifik, serta berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.” Kita garis bawahi kalimat
“Menyelenggarakan rumah tangganya.” Berarti penghuni desa wajib dan berhak
mengolah segala hal di desanya terkhusus wisata. Kewajiban ini juga
menguntungkan penduduk desa karena meningkatnya lapangan pekerjaan.
Sangat benar bahwa mata pencarian masyarakat desa bersifat agraris dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor alam, seperti iklim, keadaan alam, dan kekayaan
alam. Ini menurut Paul Henry Landis, sosiolog Amerika. Contohnya seperti
nelayan dan petani. Dengan ini kami menyimpulkan bahwa desa wisata ternyata
sangat berpengaruh terhadap para petani dan nelayan. Mereka dengan mudah
menawarkan dan menjual hasil buminya sebab banyaknya wisatawan. Apalagi
hasil bumi terbaik, wisatawan semakin tertarik membeli bahkan berbisnis dan
merasa untung jika bekerja sama dengan desa. Secara tak langsung para
wisatawan juga telah mengenalkan hasil pokok desa yang mereka singgahi.
Biasanya melalui foto, media sosial, dan lisan. Ketika para wisatawan melirik
wisata suatu desa, maka penghuni desa dapat menarik wisatawan lebih lanjut dan
menawarkan banyak hal yang ada di desa. Mulai dari budaya, sumber daya alam,
adat, bahkan sumber daya manusia. Jadi, siapa yang diuntungkan dari desa wisata
selain petani? Perekonomian? Alam? Atau pemerintah?
Kita akan mengupas pentingnya wisata untuk desa. Benar. Hal pertama
dan utama yang menguntungkan adalah perekonomian. Kenapa harus wisata?
Karena ketika wisata di suatu desa diolah sekreatif mungkin dengan promosi yang
memikat, maka sesuatu yang luar biasa akan tercipta. Desa wisata mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Lapangan pekerjaan meningkat,
sebaliknya pengangguran semakin berkurang dan para penduduk bertambah
produktif. “Atas nama Bapak Presiden, saya mengapresiasi penyelenggaraan
Malam Anugrah Desa Wisata Indonesia 2021 sebagai momentum mendorong
geliat pengembangan desa wisata khususnya dalam rangka Pemulihan Ekonomi
Nasional,” ujar Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato. Ini
menunjukkan dukungan yang kuat sebab pengaruh desa wisata salah satunya
tumbuhnya perekonomian Indonesia. Apalagi saat ini, kita tahu dunia sedang
mengalami keruntuhan ekonomi, tetapi Indonesia dengan kokoh mampu
menstabilkan ekonominya dan menuai banyak pujian dari berbagai negara. Ini
juga akibat tingginya permintaan desa wisata. Otomatis kemiskinan berkurang
bahkan terhapus. Pengaruhnya yaitu menjadikan warga negara Indonesia memiliki
kesetaraan sosial dan ekonomi.
Manfaat kedua. Ternyata alam dan manusia saling mutualisme ketika desa
wisata tercipta. Dari yang dijelaskan sebelumnya yang diuntungkan adalah
manusia. Tapi tahukah kamu? Alam juga diuntungkan dengan adanya desa wisata.
Mengapa? Secara tak langsung manusia telah melestarikan alam dengan
membangun dan menciptakan wisata di desa, terkhusus wisata alam. Sementara
itu, desa adalah tempat alam itu sendiri berlindung. Dengan ini, alam akan terjaga,
dan terus lestari akibat hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah
pihak. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2016
tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Bisa disimpulkan jika
manusia tidak mengembangkan wisata, maka alam perlahan akan terkikis sebab
lahan-lahan pertanian dan perumahan yang terus melebar. Sudahkah kalian
menjaga alam?
Ketiga. Desa wisata tentu berkaitan dengan BUMDes. “Pemanfaatan dana
desa untuk membangun usaha, seperti desa wisata, harus dilakukan dan
didelegasikan melalui BUMDes.” (Kompas.id). Sumber dana pengembangan dan
pengolahan desa wisata dicairkan melalui BUMDes. Seluruh aktivitas desa wisata
diatur dalam BUMDes. Namun, ketika wisata tersebut berhasil menarik para
wisatawan, maka BUMDes juga diuntungkan. Desa wisata akan menjadi harta dan
kekayaan bagi pemerintah melalui BUMDes. BUMDes juga mempunyai
kewajiban bagaimana solusi agar wisata di desa dapat menarik banyak wisatawan.
Solusi dan Evaluasi Pengolahan Serta Pengembangan Desa Wisata Agar
Berdaya Saing Internasional
Hasil yang baik merupakan buah dari proses yang maksimal.
Pengembangan desa wisata perlu dorongan penuh dari sumber daya baik manusia
ataupun alam yang ada dari segi material, ide inovatif, dan kerja sama yang baik.
Maka beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengembangan desa wisata.
Langkah pertama. Pembentukan tim khusus atau komunitas pencinta alam
dan wisata yang lahir dari BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Langkah ini
bertujuan untuk mengolah desa wisata. Dengan begini pekerjaan akan lebih
terstruktur sehingga fokus pada tanggung jawabnya masing-masing. Tak hanya
itu, mereka perlu pengetahuan lebih mengenai pengelolaan desa wisata agar
pekerjaan terselesaikan secara maksimal. Maka suatu pendidikan pengolahan desa
wisata perlu diagendakan agar tujuan dari desa untuk mengembangkan wisata
tercapai melalui tim khusus atau komunitas.
Setelah tim khusus atau komunitas terbentuk, haruslah ada beberapa orang
yang ahli dalam memandu wisata. Hal ini begitu penting. Sebab pemandu wisata
adalah suatu bagian yang menentukan apakah wisatawan akan memberikan
sebuah respon positif atau negatif terhadap desa wisata. Jika pemandu wisata telah
andal dan profesional, proses selanjutnya akan lebih mudah karena otomatis
wisatawan telah mendapatkan kesan baik dari seorang pemandu wisata yang
unggul. Begitu pun sebaliknya jika pemandu wisata tidak andal dan profesional
dalam memandu maka kesan pertama adalah respon negatif dari para wisatawan.
Hal selanjutnya juga tak kalah penting. Sebuah fasilitas desa wisata.
Semua orang pasti menginginkan sebuah perjalanan yang mudah terjangkau.
Inilah yang kerap menjadi faktor utama terbengkalainya sebuah desa wisata.
Akses yang susah. Sulitnya akses menuju desa wisata membuat para wisatawan
mengurungkan niatnya. Mereka tentu memilih wisata yang lebih mudah dijangkau
dan tidak beresiko. Maka dari itu, akses menuju tempat wisata haruslah
diprioritaskan. Belum lagi fasilitas lain seperti homestay dan jangkauan internet
yang tidak stabil. BUMDes dan tim khusus atau komunitas harus kerja extra
berkolaborasi dengan banyak pihak seperti bank, agen wisata, dan lain-lain agar
mendapat dukungan baik finansial maupun material agar tercukupi untuk
membenahi fasilitas-fasilitas desa wisata.
Kreativitas dan inovasi. Kedua hal ini haruslah ada di setiap pengelola
desa wisata. Mengapa? Tanpa adanya inovasi dan kreativitas, wisatawan akan
bosan dengan wisata yang monoton. Contohnya, orang-orang akan berbondong-
bondong meninggalkan waterboom jika ada air terjun yang sekaligus merangkap
menjadi waterboom. Kita wajib menyediakan ide yang fresh dan unik. Berbeda
dari wisata lain agar daya tarik semakin tinggi.
Unsur kebudayaan. Pengaruh positif unsur kebudayaan begitu banyak.
Dari yang terlihat saja, contohnya melestarikan budaya setempat, menambah nilai
lebih untuk desa wisata, dan terciptanya keunikan dan kekhasan desa wisata.
Maka dari itu di tim khusus atau komunitas harus ada bagian pengelola
kebudayaan. Baik segi adat, tari tradisional, masakan khas, oleh-oleh desa
(makanan ringan dan cenderamata), serta upacara-upacara tertentu untuk
menyambut para wisatawan. Sudah terasa bukan? Dengan hanya membaca kita
membayangkan pentingnya peran kebudayaan dan manfaatnya yang luar biasa.
Terakhir adalah promosi. Semua hal yang telah kita bahas kini bergantung
pada sebuah promosi yang disajikan. Hal ini juga perlu keahlian khusus. Media
promosi haruslah mencakup segala aspek. Baik media sosial, endorse, relasi
dengan agen-agen wisata, wartawan, teknik marketing dan masih banyak lagi.
Semua promosi tersebut patut dikemas seapik mungkin agar para wisatawan
sangat tertarik dari melihat promosi yang begitu mewah dan menggiurkan.
Dengan langkah-langkah yang terstruktur, Indonesia mampu
mengembangkan desa wisata yang berdaya saing global. Para warga desa tak
perlu merantau jauh ke Jakarta atau luar negeri untuk mencari kerja, sebab
lapangan pekerjaan telah tersedia di depan mata. Warga desa harus mampu
menjaga dan merawat wilayah mereka sendiri agar timbul kenyamanan. Bung
Hatta pernah bilang, “Indonesia tidak akan pernah bercahaya karena obor dari
Jakarta, tapi Indonesia akan bersinar karena lilin-lilin yang ada di desa.” Kami
seratus persen setuju dengan beliau.
Sangat menarik, bukan? Desa dan wisata yang tak mampu terpisahkan.
Keduanya saling terikat satu sama lain membentuk suatu keharusan untuk
mengembangkan desa wisata demi kelestarian alam dan masa depan Indonesia.
Setelah membaca keseluruhan teks ini, kita begitu yakin pengaruh positif dan
manfaat desa wisata untuk Indonesia. Terkhusus lingkungan sekitar, pemerintah,
perekonomian, bertambahnya lapangan pekerjaan, berkurangnya pengangguran,
berkurangnya urbanisasi, pelestarian alam, dan pelestarian desa serta budaya.
Dengan langkah jenius dan inovatif, manfaat yang dirasakan dari desa
wisata akan maksimal. Kami yakin desa wisata benar-benar berdaya saing
internasional jika penerapan pengelolaannya benar dan terstruktur. Peran-peran
penting begitu diharuskan, seperti Kemenparekraf, BUMDes, tim khusus atau
komunitas pengelola desa wisata, masyarakat, kreativitas dan inovasi para
pemuda, serta penggerak dan penggiat budaya. Jika seluruhnya bekerja dalam tim
yang profesional, maka fasilitas desa wisata tentu tidak akan diragukan. Begitu
pun media promosi yang berperan sangat penting. Semuanya telah mencakup
untuk menarik para wisatawan baik daerah, nasional, bahkan internasional.
Sekarang Indonesia siap mengguncang dunia dengan desa wisatanya.
Sub Tema: Pariwisata
Disusun Oleh:
1. Radita Nailah
2. Lilis Nurjanah
3. Karno
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar