Minggu, 20 Oktober 2024

ANALISIS DAMPAK ALGORITMA MEDIA SOSIAL TERHADAP POLA PIKIR DAN PERILAKU GENERASI Z DI ERA DIGITAL

 Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang pesat telah berdampak signifikan pada sikap dan tindakan masyarakat, yang mengarah pada kemudahan dalam mengakses informasi melalui platform media sosial. Media sosial memungkinkan pengguna untuk berinteraksi satu sama lain dan berbagi konten dalam berbagai format, termasuk teks, audio, dan visual (Puspitasari et al, 2024).  Algoritma digunakan untuk mengubah input menjadi output, menjadikannya sebuah komunitas online yang memfasilitasi pembuatan dan berbagi konten buatan pengguna (Puspitasari et al. 2024 ). Namun, teknologi juga dapat merusak, seperti menyebabkan hilangnya kepribadian pada orang Indonesia, berdampak pada perilaku, pola pikir, nilai moral, dan etika.

oral, dan etika.

Fabriar et al (2022) dalam Ahmad et al (2024) Gen Z, yang lahir antara pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2010-an, telah mengadopsi media sosial seperti  Facebook,  Instagram,  Twitter,  dan  TikTok  sebagai  platform  utama  untuk  berbagi  konten, berinteraksi, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial online. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan seperti cyberbullying, bunuh diri, berkurangnya keterlibatan keluarga, dan pengabaian lingkungan. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa media sosial dapat meningkatkan hubungan dengan mendorong kegiatan membangun hubungan, penggunaan yang berlebihan telah dikaitkan dengan kelemahan seperti ketergantungan, pola tidur yang terganggu, dan masalah kesehatan mental. Alamsyah (2023) dalam Ahmad et al (2024) menyatakan ketakutan akan ketinggalan (fear of missing out/FoMO) di kalangan orang dewasa muda merupakan penyebab utama penggunaan platform media sosial dalam jangka waktu lama, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka dengan menyebabkan kecemasan, keputusasaan, harga diri yang rendah, dan pikiran untuk bunuh diri. Penggunaan media sosial dikaitkan dengan isolasi sosial, kecemasan, dan depresi, yang dapat berdampak negatif pada harga diri dan meningkatkan kelelahan media sosial.

Untuk mengurangi efek merugikan dari penggunaan media sosial yang berlebihan terhadap kesehatan mental, kampanye kesadaran, perawatan fisik, dan materi edukasi dapat dilakukan. Kartika (2019) dan Munajat et al. (2023) menitikberatkan pada penggunaan produk khusus dan media pembelajaran untuk meningkatkan hasil, yang dapat disesuaikan untuk membantu Generasi Z mengatur penggunaan media sosial mereka dengan lebih sehat dan produktif (Ahmad et al, 2024). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi strategi yang efektif untuk mengatasi dampak negatif ini dan mengeksplorasi potensinya sebagai alat yang konstruktif untuk memperkuat hubungan interpersonal.

Analisis Masalah

Algoritma media sosial dapat dengan mudah mempengaruhi cara Generasi Z mengonsumsi informasi dan membentuk opini dan berdampak terhadap pola pikir kritis dan kemampuan analitis Generasi Z dalam mengevaluasi informasi yang diterima. Selain itu, algoritma media sosial mempengaruhi perilaku sosial dan interaksi Generasi Z, baik dalam kehidupan digital maupun kehidupan nyata yang berpengaruh dalam pembentukan identitas dan nilai-nilai diri Generasi Z  serta mempengaruhi konsumerisme dan gaya hidup Gen Z yang dapat menentukan kesejahteraan mental dan emosional Generasi Z, terutama dalam hal stres, kecemasan, dan rasa terhubung dengan orang lain.

Analisis dampak algoritma media sosial terhadap pola pikir dan perilaku Gen Z bertujuan untuk memahami bagaimana struktur dan operasional algoritma media sosial mempengaruhi cara berpikir dan tindakan remaja yang lahir pada tahun 1995–2010. Algoritma media sosial seperti Instagram dan TikTok menampilkan contoh-percontohan (example-based) tentang bagaimana orang lain hidup dan berinteraksi. Paparan kontinu atas gambar-gambar digital yang sempurna dan gaya hidup yang tampak ideal dapat membuat anggota Gen Z merasa tertekan untuk mencapai standar yang tidak realistis, sehingga mempengaruhi cara mereka memandang diri sendiri dan nilai-nilai mereka. Media sosial memberikan informasi melalui video, foto, dan artikel yang dapat mempengaruhi sikap dan persepsi individu tentang suatu isu. Algoritma yang disesuaikan secara personal sering menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, namun ini juga dapat mempersempit pemahaman mereka tentang konteks yang lebih luas dan menghalangi kemampuan evaluasi kritis terhadap perspektif-perspektif alternatif. Remaja sering kali terjebak dalam arus informasi yang menghibur tanpa dipertimbangkan matang. Hal ini dapat membuat pola pikir mereka tak bisa hidup tanpa media sosial, meyeret mereka semakin jauh ke dalam jerat media sosial. Akibatnya, identitas diri yang terbentuk seringkali berubah berdasarkan pandangan dari media sosial, membuat sulit bagi mereka untuk mendefinisikan diri sendiri.

Analisis ini dibuat dengan tujuan untuk membuat remaja terutama Generasi Z agar dapat membedakan mana fakta dan hoaks yang tersebar di platform-media sosial, mengembangkan kemampuan kritikal dalam menyaring informasi yang diterima dari platform-media sosial, dan dapat menggunakan media sosial sebagai perantara yang positif untuk meningkatkan pemahaman, memperluas jaringan sosial yang berarti, serta mendorong transformasi positif dalam komunitas. Oleh karena itu, analisis dampak algoritma media sosial terhadap pola pikir dan perilaku Gen Z haruslah difokuskan pada strategi-strategi preventif dan edukatif untuk mengantisipasi dampak negatif serta memanfaatkan potensi positif teknologi modern demi perkembangan generasi masa depan.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif  dengan metode kualitatif dan kuantitatif untuk menganalisis dampak algoritma media sosial terhadap pola pikir dan perilaku Generasi Z. Dengan pendekatan ini, penelitian bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan bagaimana algoritma media sosial mempengaruhi cara berpikir dan bertindak generasi ini dalam kehidupan digital. Metode lainnya adalah dengan mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari kajian literatur, artikel ilmiah, dan laporan penelitian sebelumnya mengenai algoritma media sosial dan perilaku Generasi Z. Ini termasuk analisis konten dari artikel, studi kasus, dan laporan yang relevan. Data tersebut dapat diperoleh dengan survei online yang disebarkan melalui platform media sosial yang sering digunakan oleh Generasi Z, seperti Instagram, TikTok, dan WhatsApp. Penggunaan platform ini bertujuan untuk menjangkau audiens yang relevan dan memudahkan pengumpulan data. Data dari survei akan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan pola penggunaan media sosial dan dampaknya terhadap pola pikir dan perilaku. Teknik ini termasuk menghitung frekuensi, persentase, dan rata-rata untuk memahami tren yang muncul. Untuk memastikan validitas, instrumen survei dan wawancara akan diuji melalui uji validitas isi dan uji coba terhadap beberapa responden sebelum digunakan secara luas. Reliabilitas akan diuji dengan uji konsistensi internal , seperti menggunakan koefisien Cronbach's alpha untuk kuesioner survei.

Penelitian ini terbatas pada analisis perilaku dan pola pikir Gen Z yang aktif menggunakan media sosial dan tidak mencakup generasi lainnya. Selain itu, penelitian ini lebih fokus pada dampak algoritma dari platform yang paling populer di kalangan Gen Z, seperti Instagram, TikTok, dan YouTube.

Dampak Algoritma Terhadap Pola Pikir Gen Z

Media sosial memiliki dampak positif dan negative terhadap Gen Z. Dampak positif media sosial memungkinkan masyarakat, khususnya  anak muda, untuk terhubung secara tidak langsung dengan keluarga, teman, dan kolega. Generasi muda dapat memanfaatkan media sosial untuk menampilkan bakatnya baik di bidang akademik maupun non-akademik. Remaja bebas membagikan kreasi mereka, dan  media sosial memungkinkan remaja untuk memiliki karya mereka. Media sosial dapat memberikan informasi terkait isu isu yang sedang ramai dibicarakan dan dapat membuat masyarakat khususnya remaja sadar akan apa yang sedang terjadi di Masyarakat (Iryadi et al, 2024)

Dampak negatif media sosial dapat menyebabkan Gen Z Mengalami penyakit mental seperti depresi dan kecemasan dikarenakan adanya perbandingan sosial antara satu sama lain. Media sosial adalah tempat untuk berekspresi dan tempat untuk mengeluarkan pendapat tapi ketika pendapat tidak diterima oleh publik maka pengguna media sosial lainnya akan memberikan ujaran kebencian (Iryadi et al, 2024). Gen Z sering kali tidak menyadari dampak jangga panjang dari bermain media sosial karena saat ini sangat mudah mencari privasi seseorang melalui media sosial 

Generasi Z perlu memahami dan menggunakan teknologi secara bijak, mengelola risiko, dan memanfaatkan peluang. Pemerintah dan organisasi harus mengembangkan kebijakan untuk mengelola risiko dan memanfaatkan peluang digital secara bijak. Semua dampak tersebut tentunya akan mempegaruhi Gen Z dalam pola pikirnya yang akan berpengaruh juga terhadap perilaku mereka.

Perilaku Media Sosial Gen Z

Generasi Z, yang lahir antara tahun 1995 dan 2010, sangat bergantung pada teknologi karena kemajuan teknologi yang pesat. Mereka memiliki kelebihan seperti komunikasi verbal, kesabaran, dan preferensi terhadap hal-hal yang instan. Generasi Z unggul dalam menggunakan teknologi, mengakses informasi melalui aplikasi, dan bersosialisasi secara daring. Karakteristik unik mereka dipengaruhi oleh lingkungan yang beragam, karena mereka tumbuh di tengah ledakan teknologi. Karya David Stillman "Gen Z: Memahami Karakter Generasi Baru yang Akan Mengubah Dunia Kerja" menggambarkan tujuh karakteristik Generasi Z. Dalam karya tersebut disebutkan tujuh karakteristik perilaku Gen Z:

  1. Figital: Gen Z menggabungkan dimensi fisik dan digital dalam gaya hidup dan pekerjaan mereka, menggunakan platform seperti Skype, Line, dan WhatsApp.

  2. Hiper-Kustomisasi: Gen Z menyesuaikan identitas mereka secara unik dan mengekspresikannya dalam berbagai aspek kehidupan. 

  3. Realistis: Pengalaman krisis sejak dini membuat Gen Z memiliki pola pikir pragmatis dalam merencanakan masa depan dan menghadapi tantangan. 

  4. FOMO (Fear of Missing Out): Gen Z cemas tentang ketinggalan informasi dan selalu berusaha untuk tetap terdepan dalam tren dan kompetisi. 

  5. Weconomist: Gen Z melihat dunia melalui lensa ekonomi berbagi, terlihat dari preferensi mereka terhadap layanan seperti Gojek dan Airbnb. Mereka aktif memanfaatkan potensi perusahaan dengan cara baru yang praktis dan efisien serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi. 

  6. DIY (Do It Yourself): Gen Z tumbuh dalam era internet dan YouTube, sehingga mereka yakin bisa melakukan segalanya sendiri. 

  7. Terpacu: Gen Z yakin pada konsep pemenang dan pecundang, terutama setelah menghadapi tantangan seperti resesi ekonomi dan perubahan yang cepat. Ini mendorong mereka untuk berusaha lebih keras.(Stillman/David dkk. 2018).

Konsumsi Konten dan Iklan

Gen Z di Indonesia memiliki pola konsumsi media yang unik, dengan preferensi terhadap platform digital seperti YouTube, TikTok, dan Instagram. Mereka memiliki rentang perhatian yang lebih pendek, lebih menyukai format konten pendek seperti video, meme, dan cerita pendek. Gen Z juga aktif dalam pembuatan konten, mengunggah foto, video, atau cerita mereka sendiri, menciptakan budaya partisipatif. Mereka sering terlibat dalam advokasi untuk isu-isu sosial seperti perubahan iklim, hak-hak LGBTQ+, rasisme, dan isu-isu politik. Konsumsi konten mereka juga dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi, yang mendukung merek dan pembuat konten yang selaras dengan keberlanjutan, kesetaraan, dan inklusivitas. Tren-tren ini saling terkait karena kemudahan akses ke platform digital melalui perangkat seluler dan preferensi Gen Z terhadap video pendek. Tren-tren ini menyoroti pentingnya platform digital untuk hiburan, informasi, dan inspirasi di kalangan Gen Z di Indonesia (Putri, et al., 2024)

Pencegahan Terhadap Dampak Negatif Media Sosial

Dalam penelitian Iryadi et al (2024) terdapat beberapa tindakan penvegahan dapat dilakukan dengan melakukan edukasi tentang penggunaan media sosial. Penting untuk memberikan informasi kepada remaja terhadap penggunaan media sosial yang baik dan cara yang bijak untuk menggunakannya. Menerapkan batasan waktu penggunaan media sosial agar dapat mengurangi kecanduan terhadap penggunanya. Penting bagi orangtua dan pendidik untuk mendengarkan keluhan dari anak maupun muridnya karena yang mereka perlukan adalah seseorang yang bisa mendengarkan mereka. Selain itu, menghabiskan waktu luang bersama dapat membuat ikatan lebih erat dan mencegah ketergantungan terhadap media sosial.

Kesimpulan

Algoritma media sosial dapat mempengaruhi cara Gen Z mengonsumsi informasi dan membentuk opini dan berdampak terhadap pola pikir kritis dan analisis kemampuan Generasi Z dalam memancarkan informasi yang diterima. Media sosial dapat memberikan informasi terkait isu-isu yang sedang ramai dibicarakan dan dapat membuat masyarakat khususnya remaja sadar. Media sosial negatif dapat mengalami penyakit mental seperti depresi dan kecemasan karena persaingan sosial antara satu sama lain. Pemerintah dan organisasi harus mengembangkan kebijakan untuk mengelola risiko dan memanfaatkan peluang digital secara bijak. Gen Z yang lahir antara tahun 1995-2010 sangat bergantung pada teknologi karena kemajuan yang pesat. Mereka memiliki kelebihan seperti komunikasi verbal, kesabaran, dan preferensi terhadap hal-hal yang instan.

Saran

Analisis  ini  masih memiliki keterbatasan baik dalam sumber  ilmiah maupun teori yang tersedia, sehingga menyulitkan peneliti di masa depan untuk mereplikasi  tinjauan literatur  kami tentang dampak media sosial terhadap pola pikir dan prilaku Gen Z. Untuk  menjaga pola pikir sehat dan prilaku Generasi Z di era komputer dan internet, berbagai upaya dapat dilakukan, antara lain membatasi waktu di media sosial yang akan membantu  menghindari kecanduan  dan mengurangi efek negatif lainnya. Menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman dan keluarga. Tetapkan waktu dan batasan permainan media sosial sehingga permainan media sosial seperti  tidur dan istirahat tidak menyita waktu. Jika merasa cemas, stres, atau kesulitan menjaga kesehatan mental, jangan ragu untuk menghubungi ahli kesehatan mental, seperti  psikolog atau konselor. Para ahli akan  memberikan saran dan metode untuk menyelesaikan masalah yang Anda temui.


Ditulis Oleh:
  • RAYHAN FERDIANSYAH
  • RAHMA ANJANI
  • AMELIA FEBRI RANTI
  • PUTRI NURMALA SARI

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer