Minggu, 20 Oktober 2024

DARI DATA KE PETA: PEMANFAATAN GOOGLE MY MAPS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL

Latar Belakang 

Dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan teknologi sangat diperlukan, hal ini karena dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran (Wijayanto, 2017), terkait penggunaan teknologi dalam pembelajaran memiliki dampak positif berdasarkan hasil penelitian (Handayani & Rahayu, 2020). Seiring perkembangan tersebut, maka seorang guru atau pendidik dituntut untuk meningkatkan kompetensi supaya dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik (Bakri et al., 2022). Salah satu elemen penting dalam pembelajaran adalah media pembelajaran (Hasan et al., 2021). Menurut Yusufhadi Miarso dalam Nurrita (2018) mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam dengan tujuan menyampaikan sesuatu yang mampu menstimulus perasaan, pikiran sehingga muncul kemauan belajar bagi pembelajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan inovasi untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran, serta adanya media mampu membantu peserta didik dalam membangkitkan kreativitas, memotivasi belajar, dan meningkatkan berpikir tingkat tinggi (Muniadi, 2012). Media pembelajaran akan membuat proses kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, misalnya dari segi visual yang menarik serta dikombinasikan dengan video maupun animasi. Namun dalam proses pembelajaran, masih banyak pendidik yang kurang memahami dan mengetahui pembelajaran itu sendiri, sehingga pendidik hanya asal mengajar dan menerangkan tanpa memperhatikan proses dan model pembelajaran yang digunakan. Kebanyakan pendidik masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional.

Menurut (Em & Friburgo, 1995), model konvensional adalah suatu pembelajaran yang mana dalam proses belajar mengajar dilakukan dengan cara yang lama, yaitu dalam penyampaian pelajaran pengajar masih mengandalkan ceramah. Model pembelajaran ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana peran guru mengendalikan atas kebanyakan penyajian pembelajaran (Paramitha, 2017). Model pembelajaran yang demikian membuat pelajar cenderung merasa bosan dan situasi menjadi monoton. Kekurangan lain dari pembelajaran konvensional cenderung mengkotak- kotakkan peserta didik, dan kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses (Paramitha, 2017). Dampak lain yaitu siswa menjadi pasif dan kurang aktif dalam suatu pembelajaran, disertai hasil belajar kurang maksimal.

Rendahnya minat belajar di kalangan pelajar menjadi tantangan besar dalam dunia pendidikan. Hal ini mendorong perkembangan teknologi yang dirancang untuk memfasilitasi proses belajar-mengajar agar lebih menarik dan interaktif. Teknologi seperti aplikasi pembelajaran berbasis gamifikasi, platform e-learning, dan alat bantu visual seperti Google My Maps ini dihadirkan untuk mengatasi kebosanan dalam belajar serta meningkatkan keterlibatan siswa. Dengan pendekatan yang lebih dinamis dan inovatif, teknologi ini diharapkan mampu menumbuhkan kembali minat belajar yang menurun dan membuat proses pembelajaran lebih efektif.

Gambaran Umum Google My Maps Google 

My Maps adalah sebuah paket lengkap untuk menciptakan suatu rancangan sistem aplikasi yang berkenaan dengan pemetaan atau petunjuk suatu lokasi, kita bisa berkreasi dengan berbagai fitur yang disediakan oleh Google My Maps, memanfaatkan layanan Maps Application Programming Interface (API) perancang sistem Aplikasi bisa menghemat waktu karena tidak membuat peta dari awal. Kita berhak menentukan apa-apa saja yang ingin ditampilkan pada Maps dan menentukan lokasi sesuai keinginan kita sebagai pengguna Google My Maps. Google My Maps merupakan salah satu fasilitas dari Google yang menyediakan layanan pemetaan suatu daerah. Pemetaan tersebut dilengkapi dengan berbagai kemampuan dan mudah digunakan. Kelengkapan lain pendukung peta tersebut seperti layanan informasi layanan publik, jalan, lokasi, dan lain-lain.

Google My Maps adalah suatu library yang berbentuk JavaScript. JavaScript adalah bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat halaman web yang interaktif dan dinamis. Cara membuat My Google Maps untuk ditampilkan pada suatu web atau blog sangat mudah, hanya dengan membutuhkan pengetahuan mengenai HTML serta JavaScript, serta koneksi Internet. Dengan menggunakan Google My Maps kita dapat menghemat waktu dan biaya untuk membangun aplikasi peta digital sehingga kita dapat fokus hanya pada data-data yang akan ditampilkan. Dengan kata lain, dengan hanya membuatan suatu data atau atribut dan peta yang akan ditampilkan adalah milik Google sehingga tidak dipusingkan dengan membuat peta suatu lokasi.

Fitur-fitur Unggulan Google My Maps 

Berikut adalah beberapa fitur menarik dari Google My Maps yang dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran:

Marker Interaktif 

Marker adalah penanda lokasi yang bisa ditambahkan di peta untuk menunjukkan titik tertentu yang penting, seperti tempat bersejarah, gunung, atau fasilitas publik. Marker bisa diperkaya dengan informasi tambahan seperti teks, gambar, atau video. 

Contoh: Dalam pelajaran sejarah, siswa bisa menandai lokasi pertempuran penting di masa penjajahan, seperti Pertempuran Surabaya. Setiap marker akan memiliki informasi mengenai tanggal dan peristiwa yang terjadi.

Polylines dan Polygons 

Polylines dan Polygons digunakan untuk menggambar garis yang menghubungkan berbagai titik di peta, sementara polygons memungkinkan pengguna menggambar area tertutup untuk menunjukkan wilayah tertentu. 

Contoh: Dalam pelajaran geografi, siswa dapat menggambar jalur migrasi manusia purba dari Afrika ke Asia. Atau, mereka bisa menggambar polygon untuk menunjukkan batas wilayah provinsi atau kerajaan di masa lalu. Siswa bisa menggambar batas wilayah atau jalur perdagangan, memungkinkan mereka memahami konsep seperti migrasi atau pergerakan komoditas dari satu wilayah ke wilayah lain. Dalam pelajaran geografi, guru bisa menggunakan fitur polylines untuk menggambarkan jalur migrasi manusia purba dari Afrika ke Asia dan Eropa. Siswa bisa menambahkan jalur migrasi, lalu membahas faktor-faktor lingkungan dan sosial yang mempengaruhi pergerakan tersebut. Di samping itu, polygon dapat digunakan untuk menggambarkan batas wilayah kerajaan kuno, seperti Kerajaan Majapahit, sehingga siswa dapat memahami sebaran kekuasaan di masa lampau.

Impor Data Impor 

Data: Pengguna dapat mengimpor data dalam format CSV atau KML yang berisi informasi lokasi dan metadata untuk ditampilkan langsung di peta. 

Contoh: Siswa dapat mengimpor data persebaran populasi atau flora dan fauna di suatu wilayah. Misalnya, mengimpor data dalam CSV tentang lokasi habitat harimau Sumatra di Indonesia, sehingga siswa bisa langsung melihat peta persebaran populasi hewan tersebut.

Kustomisasi Visual 

Kustomisasi Visual : Fitur ini memungkinkan pengguna mengubah tampilan peta, seperti warna marker, ikon, serta gaya garis dan area. Ini membuat peta lebih personal dan mudah diinterpretasikan sesuai kebutuhan. 

Contoh: Siswa bisa menggunakan warna yang berbeda untuk menandai berbagai tipe gunung berapi di Indonesia, seperti merah untuk gunung aktif dan hijau untuk yang dorman, sehingga lebih mudah diidentifikasi pada peta.Dalam pelajaran biologi, guru dapat meminta siswa untuk memetakan persebaran ekosistem hutan hujan di dunia. Siswa dapat menggunakan fitur kustomisasi visual untuk memberikan warna yang berbeda pada wilayah hutan hujan tropis di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara.

Kolaborasi Real-time 

Kolaborasi Real-time : Beberapa pengguna bisa bekerja sama dalam satu proyek peta secara bersamaan, di mana setiap orang bisa menambahkan informasi atau memodifikasi peta secara real-time. 

Contoh: Dalam tugas kelompok, siswa dapat bersama-sama membuat peta persebaran budaya di Indonesia. Setiap anggota bisa menambahkan marker yang berisi informasi tentang suku atau bahasa di berbagai provinsi, bekerja sama secara online meski berada di lokasi berbeda.

Contoh Praktis: Cara Membuat Peta Persebaran Gunung Api Tipe A di Indonesia dengan Google My Maps 

Untuk memudahkan pemahaman dan menambah daya tarik dalam pembelajaran geografi, berikut adalah panduan sederhana dan menarik dalam membuat peta persebaran gunung api Tipe A di Indonesia menggunakan Google My Maps. Langkah-langkah ini bisa langsung diterapkan oleh guru dan siswa.

Masuk ke Akun Google dan Buka Google My Maps

Langkah pertama, buka peramban internet dan masuk ke akun Google kamu. Setelah itu, ketik "Google My Maps" di kotak pencarian atau buka situsnya di Google My Maps. Ini adalah platform yang akan kita gunakan untuk membuat peta interaktif.

Buat Peta Baru

Setelah masuk, klik tombol "Create a new map" atau "Buat Peta Baru". Kamu akan melihat layar peta kosong yang siap diisi dengan informasi lokasi gunung berapi yang akan kita tandai.

Cari Lokasi Gunung Berapi

kasi atau impor data gunung berapi tipe A yang terkenal di Indonesia, seperti Gunung Merapi, Krakatau, atau Gunung Agung. Cukup ketik nama gunung di kolom pencarian, dan My Maps akan menampilkan lokasi yang tepat di peta.

Tambahkan Marker pada Lokasi Gunung

Setelah menemukan lokasi gunung berapi, tambahkan marker (penanda) di peta dengan mengklik ikon penanda di toolbar. Letakkan penanda pada lokasi gunung berapi tersebut, lalu tambahkan informasi penting seperti: 

-Nama gunung 
-Tipe letusan (misalnya, tipe A) 
-Ketinggian gunung 
-Aktivitas terkini atau sejarah letusan besar terakhir 

Kamu bisa menambahkan deskripsi singkat atau bahkan foto terkait untuk memberikan gambaran yang lebih jelas.

Tambahkan Gunung Lainnya dan Sesuaikan Peta

Ulangi langkah yang sama untuk gunung-gunung berapi lainnya di Indonesia, seperti Gunung Rinjani, Gunung Sinabung, dan Gunung Tambora. Kamu juga bisa mengubah warna marker untuk membuat tampilan peta lebih menarik dan membantu membedakan setiap gunung.

Simpan dan Bagikan Peta

Setelah selesai menambahkan semua lokasi, klik tombol "Simpan" untuk menyimpan peta yang telah kamu buat. Peta ini bisa dibagikan kepada teman sekelas atau guru untuk didiskusikan. Kamu bisa membagikan tautan peta atau mengunduhnya untuk dipresentasikan di kelas.

Strategi Implementasi Google My Maps dalam Pendidikan 

Untuk menerapkan Google My Maps secara efektif dalam kelas, ada beberapa strategi yang dapat diikuti: 
  • Pelatihan Guru: Memberikan pelatihan kepada guru tentang cara mengintegrasikan My Maps dalam kurikulum mereka.
  • Penerapan Proyek Berbasis Peta: Menggunakan peta sebagai alat untuk proyek-proyek berbasis kolaborasi. Misalnya, membuat peta persebaran budaya di Indonesia.
  • Menghubungkan Materi dengan Realitas Dunia: Peta memungkinkan siswa untuk melihat bagaimana materi yang mereka pelajari memiliki keterkaitan langsung dengan dunia nyata.
  • Dukungan Teknologi: Sekolah perlu memastikan infrastruktur teknologi, seperti akses internet dan perangkat yang memadai, untuk mendukung penggunaan My Maps secara maksimal.

Kesimpulan 
Di era digital, teknologi seperti Google My Maps membuka peluang baru dalam pendidikan yang lebih interaktif dan kolaboratif. Platform ini memungkinkan siswa untuk belajar secara langsung dari dunia nyata melalui visualisasi peta yang dinamis. Dengan kemampuan untuk menandai lokasi, menganalisis data, dan berkolaborasi secara online, Google My Maps menjadi alat yang sangat efektif dalam mendorong pembelajaran yang aktif, relevan, dan menyenangkan. 

Saran 
Agar manfaat Google My Maps dapat dirasakan sepenuhnya, diperlukan pendekatan yang terstruktur dalam implementasinya. Pelatihan bagi guru, integrasi dalam kurikulum, serta penyediaan infrastruktur yang memadai adalah langkah- langkah kunci. Selain itu, sekolah harus terus mendorong kolaborasi antar siswa dalam proyek berbasis peta untuk meningkatkan keterampilan analitis dan kreativitas mereka.

Ditulis Oleh:
  • Ani Herawati (2313034080)
  • Najma Zinta Andina M (2314141034)
  • Alya Mei Sarah (2314121067)

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer