Jumat, 06 Desember 2024

HEALFOOD: APLIKASI PENGHITUNG KALORI DAN GIZI GUNA MENEKAN MALNUTRISI DAN TERWUJUDNYA SDGS POIN 3 DAN 10 MENUJU INDONESIA SEHAT 2045

Pendahuluan 

Kualitas kesehatan masyarakat di Indonesia masih tergolong kategori rendah.  Berdasarkan indeks  keamanan kesehatan global,  pada 2021  Indonesia berada di peringkat ke-13 dari 20 negara yang tergabung dalam G20. Perlu diketahui bahwa penilaian indeks keamanan kesehatan global didasarkan pada enam kategori, yakni pencegahan, deteksi dan pelaporan, kecepatan merespons, sistem   kesehatan, pemenuhan   terhadap   standar   internasional,   dan   risiko lingkungan (Jessica dkk, 2021). Oleh karena itu, berada di peringkat ke-13 seharusnya menjadi catatan untuk segera dicarikan solusinya dalam mengimplementasikan keenam aspek tersebut sehingga meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia. 

Salah satu penyakit yang saat ini menjadi ancaman serius bagi masyarakat Indonesia yaitu penyakit terkait gizi, dikenal dengan malnutrisi. Malnutrisi merupakan suatu keadaan kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan kalori dan zat gizi baik gizi makro maupun mikro yang berdampak pada bentuk dan fungsi tubuh (Sari dan Septiani, 2019). Malnutrisi digolongkan menjadi tiga jenis yaitu kekurangan gizi contohnya stunting, kelebihan gizi contohnya obesitas, dan defisiensi gizi mikro contohnya anemia (Maharani, 2023). Malnutrisi merupakan penyakit tidak menular (PTM), tetapi walaupun tidak menular menurut Badan Pusat Statistik mencatat PTM menjadi penyebab kematian terbanyak dengan mampu membunuh  sekitar  7,04  juta  orang  sejak  2017-2022  sehingga  sangat krusial dan dikatakan sebagai sumber masalah penyakit degeneratif seperti serangan jantung, jantung koroner, dan diabetes (Santika, 2023).

Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan solusi guna menekan malnutrisi.    Usaha    yang    saat    ini    tengah    dilakukan    pemerintah    di antaranya  pemberian TTD (Tablet Tambah Darah) bagi remaja putri,  melakukan pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan bergizi pada ibu hamil, serta pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan (Kemenkes, 2022). Usaha tersebut berjalan cukup baik dibuktikan dengan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kementerian Kesehatan yang menyatakan prevalensi stunting mengalami penurunan dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022 (Rokom, 2023). Namun, dengan melihat faktanya bahwa penyakit malnutrisi  bukan  hanya  stunting  saja,  tetapi  juga  terdapat  penyakit lainnya seperti obesitas dan anemia yang menimpa berbagai kalangan usia, jumlah penderitanya terus meningkat secara signifikan Maka dari  itu  diperlukan  usaha  dan  solusi  yang  lebih  efisien  dan  inovatif  dalam mengatasi malnutrisi.

Berbagai permasalahan Kesehatan di Indonesia terus mengalami peningkatan terutama penyakit tak menular, di Provinsi Jawa dan Bali, 30 persen kematian terjadi  diakibatkan  oleh  penyakit  jantung  (World  bank,  2015).  Hal tersebut tidak sejalan dengan salah satu poin SDGs yakni poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan di semua kalangan usia. Kesulitan  dalam  meningkatkan kualitas kesehatan  di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan karena biaya yang mahal, penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata, sulitnya akses pelayanan kesehatan, dan fasilitas pelayanan yang tidak memadai (Kusumastuti, 2020). Perbedaan daerah tempat tinggal suatu masyarakat mempengaruhi kemudahan akses kesehatan, misalnya di daerah perkotaan umumnya memiliki layanan dan fasilitas kesehatan yang lebih baik dalam segi kualitas karena dekat dengan pemerintahan daripada di daerah pelosok. Selain tempat tinggal, keadaan finansial juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan suatu masyarakat yang disebabkan oleh ketidakmampuan orang tersebut dalam memenuhi harga jasa layanan kesehatan. Mereka cenderung lebih memilih untuk mengabaikan kondisi kesehatan karena mengutamakan kebutuhan sehari-hari, sebaliknya, kaum menengah ke atas yang tinggal di perkotaan memiliki kesempatan lebih besar untuk melakukan medical check up (MCU) secara rutin, melakukan konsultasi gizi, serta uji kesehatan lainnya.

Akses Layanan dan Fasilitas Kesehatan di Indonesia Selain kesulitan akses layanan dan fasilitas kesehatan, tantangan kesehatan di Indonesia adalah gaya hidup yang terpengaruh arus globalisasi yang menyebabkan perilaku konsumtif pada masyarakat seperti mengonsumsi junk food. Pola   makan yang   buruk   diikuti   dengan   kurangnya   aktivitas   fisik   akan memperbesar risiko terjadinya malnutrisi (Purwanto, 2022). Arus globalisasi meskipun membawa pengaruh negatif tetapi juga memiliki dampak positif yang cukup berperan penting, misalnya pada aspek kesehatan kini ada yang dikenal dengan digital health. Digital health yaitu pelayanan kesehatan yang dilakukan secara digital. Penerapan digital health sudah mulai digunakan contohnya yaitu chatbot yang diluncurkan oleh WHO untuk mengatasi disinformasi terkait Covid- 19 pada saat pandemi (WHO, 2020).

Menurut Badan Pusat Statistik (2020), jumlah penduduk Indonesia pada 2020 adalah 270 juta jiwa dengan 27,94% atau setara dengan 74,93 juta jiwanya merupakan Gen Z dan 25,87% atau 69,9 juta jiwanya merupakan Gen Milenial. Di  tahun  2021  tercatat  sebanyak  57%  warga  Indonesia  telah  menggunakan aplikasi kesehatan digital. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran akan  kesehatan  di Indonesia  perlahan  mulai meningkat,  terutama  di  kalangan Milenial  dan  Gen  Z  (Kemkes,  2022).  Potensi  aplikasi  kesehatan  digital  di Indonesia semakin berkembang dengan target utama generasi milenial dan Gen Z berjumlah lebih dari 50% dari total penduduk di Indonesia. Saat ini telah banyak tersedia aplikasi kesehatan digital dengan berbagai macam fitur, tetapi masih terdapat  beberapa  kelemahan  yang perlu  untuk  ditingkatkan.  Contohnya,  fitur yang kurang lengkap, belum terdapat informasi gizi pada beberapa bahan atau produk pangan, serta beberapa aplikasi masih memerlukan pembayaran dalam penggunaanya.

Healfood: Aplikasi Penghitung Kalori dan Nutrisi Perkembangan digital health mempermudah akses pelayanan kesehatan dengan biaya yang relatif minim. Maka, kami sebagai Gen Z Indonesia turut menyuarakan digital health melalui gagasan dalam bentuk inovasi aplikasi kesehatan digital yang disebut “Healfood”.  Healfood merupakan inovasi aplikasi yang dapat digunakan dalam menghitung serta menginformasikan kalori dan gizi suatu bahan atau produk pangan. Healfood juga memiliki fitur-fitur unggulan yang dapat membantu penggunanya untuk menjaga asupan dan porsi tubuh yang ideal.   Keunggulan   tersebut   diantaranya:   (1)   pengguna   akan   mendapatkan informasi kalori dan gizi yang lebih lengkap hanya dengan bermodalkan kuota internet; (2) Healfood memiliki fitur sinkronisasi yang dapat terhubung dengan fitur aplikasi mitra seperti shopeefood, gofood, grabfood, dan aplikasi lainnya yang akan menampilkan informasi gizi pada menu yang akan dipesan oleh pengguna; (3) Healfood memiliki   fungsi lebih beragam yang bisa disesuaikan dengan   tujuan pengguna;   (4)   Healfood   memiliki   fitur   scan   yang   dapat memudahkan pengguna untuk mendapatkan informasi gizi dan kalori dari pangan yang sedang dikonsumsinya. 

Dalam penerapannya aplikasi Healfood akan melalui tahapan-tahapan perencanaan, pengembangan, hingga siap diluncurkan. Penerapan Healfood bertujuan untuk mewujudkan SDGs terutama poin ketiga dan kesepuluh di Indonesia. Healfood berperan dalam menekan malnutrisi dengan cara memberikan kemudahan akses informasi terkait kalori dan gizi yang sejalan dengan poin 3 SDGs good health and well-being. Dalam penggunaannya aplikasi Healfood tidak memerlukan biaya yang tinggi sehingga bisa digunakan oleh semua kalangan dan mengurangi kesenjangan kualitas kesehatan di Indonesia sesuai dengan poin 10 SDGs reduced inequalities.

Strategi Langkah Implementasi 

  1. Tahap Analisis dan Perancangan: Pada tahap ini dilakukan analisis informasi, identifikasi kebutuhan pengguna, penentuan jadwal, sumber daya, dan risiko yang mungkin terjadi selama pengembangan sistem, kemudian dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan perencanaan proyek secara menyeluruh. 
  2. Tahap Implementasi: Pada tahap ini secara teknis melibatkan Infrastructure Engineer dalam proses pembuatan dan pengembangan aplikasi Healfood. 
  3. Tahap Uji Coba: Tahap uji coba bertujuan untuk memverifikasi efektivitas, durabilitas, dan kesesuaian aplikasi dengan kebutuhan pengguna. Jika semua hal tersebut terpenuhi, maka akan dilakukan tahap selanjutnya. Namun, jika terdapat kekurangan dan ketidaksesuaian, maka akan dilakukan tahap pengembangan untuk memperbarui aplikasi. 
  4. Tahap Sosialisasi: Tahap sosialisasi dilakukan dengan memberikan instruksi penggunaan aplikasi Healfood kepada masyarakat baik dari pemerintah maupun lembaga yang bergerak di bidang kesehatan lainnya. 
  5. Monitoring dan Evaluasi: Tahap peninjauan kembali kendala yang terjadi di lapangan serta konsistensi dan efektivitas penggunaan aplikasi Healfood di masyarakat
Fitur-Fitur Unggulan Healfood 
  1. Beranda, merupakan halaman utama dari aplikasi Healfood yang berisi konten seperti foto, video atau resep masakan yang diunggah oleh pengguna, kemudian terdapat   fitur scan untuk mempermudah informasi mengenai pangan yang dikonsumsi pengguna, pada beranda juga menampilkan fitur lainnya. 
  2. Profil,  yang  merupakan  fitur  berisi  informasi  pengguna  Healfood  termasuk setting  tinggi  badan,  berat  badan  dan  jumlah  kalori  yang  dibutuhkan  serta pilihan tujuan pengguna yaitu untuk menurunkan, menaikkan atau mempertahankan berat badan. 
  3. Pencarian, fitur pencarian berfungsi untuk mencari bahan atau produk pangan lalu menampilkan informasi kandungan gizi makro dan mikronya, 
  4. Konsumsi Harian, Fitur ini akan menampilkan jumlah kalori yang dibutuhkan pengguna  serta  mencatat  seluruh  asupan  harian  pengguna  dan menginformasikan apakah kalori dan nutrisi pengguna sudah cukup, kurang atau berlebih. 
  5. Sinkronisasi Sinkronisasi merupakan fitur unggulan untuk menghubungkan Healfood dengan aplikasi   lain   berbasis   makanan   atau   kuliner   kemudian   akan   otomatis menghitung seluruh nutrisi dan kalori lalu menampilkannya pada menu di aplikasi mitra. Hal ini sangat membantu terutama bagi masyarakat dengan gaya hidup konsumtif. 
  6. Diet Fitur   ini   digunakan   sesuai   dengan   tujuan   pengguna   untuk   menaikan, menurunkan atau mempertahankan berat badan melalui empat fitur bantuan yaitu yang disediakan yaitu workout, pelacak diet, kalkulator IMT dan puasa.
Mekanisme penggunaa aplikasi Healfood 
Pengguna mendaftarkan diri terlebih dahulu, lalu melakukan setting tinggi dan berat badan menyesuaikan tujuan pengguna menggunakan aplikasi, kemudian pengguna sudah dapat menggunakan fitur-fitur yang tersedia.

Kesimpulan 
Guna menekan malnutrisi di Indonesia, aplikasi Healfood dapat menjadi solusi sebagai alat yang berfungsi mempermudah akses informasi mengenai gizi. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur-fitur unggulan yang sangat berguna dalam mengontrol konsumsi gizi serta pola hidup bagi penggunanya. Healfood memiliki manfaat dan berkontribusi di 3 aspek yaitu aspek kesehatan, sosial, dan berkelanjutan. Berdasarkan manfaat yang diberikan, aplikasi Healfood diharapkan dapat  mengatasi  dan  menekan  malnutrisi  melalui  pengontrolan  gizi  berbasis digital. Diharapkan Healfood dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat demi mewujudkan SDGs poin ketiga Good Health and Well-Being dan menghilangkan ketimpangan kesehatan di Indonesia yang dapat mewujudkan SDGs poin kesepuluh Reduced Inequalities.

Ditulis Oleh:
  • Annisa Lidya Maharani (2217021010) 
  • Febiyona Karinsa (2217021082) 
  • Maritsa Husna Amanati (2217011079) 
  • Riska Aulia Putri (2215041107) 
  • Sabrina Musyarrafah Putrianti (2215041116)

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer