Sabtu, 16 Desember 2023

PENGOPTIMALISASI DAN PENGELOLAAN TANTANGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI) DALAM PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

Pada abad ke-21, kecerdasan teknologi buatan atau Artificial Intelligence

(AI) telah memainkan peran yang semakin penting dalam berbagai aspek

kehidupan manusia. Dalam hal ini, dampak dari penggunaan teknologi tidak

hanya di dalam dunia teknologi informasi saja, tetapi dalam berbagai aspek

kehidupan, seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan kehidupan sehari-hari

secara signifikan. Artificial Intelligence (AI) tidak dapat dihindari dan justru harus

dipelajari lebih lanjut karena kehidupan modern adalah sebuah fakta yang tidak

dapat terelakkan atau di abaikan. Dalam penggunaan, Artificial Intelligence (AI)

memiliki dampak negatif dan dampak positif, yang menjadi fokus utama di dalam

berbagai akademisi, industri, dan masyarakat umum. Seorang ahli dalam

teknologi pendidikan, Dr. Johnson menyatakan, "AI memiliki potensi untuk

mengubah cara kita mengajar bahasa, menjadikannya lebih mudah diakses dan

efisien bagi pembelajar dari berbagai latar belakang." (Johnson, 2019).

Dalam konteks ini mengacu pada penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal

Riset Sosial Humaniora dan Ilmu Pendidikan yang berjudul "Efektivitas

Penggunaan Teknologi AI Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris" oleh Abimanto,

dkk, pada tahun 2023. Tampak jelas dalam penelitian ini bahwa penggunaan

kecerdasan buatan dalam pembelajaran bahasa Inggris mempunyai dampak yang

signifikan terhadap peningkatan keterampilan peserta. Penelitian ini juga berhasil

mengisi gap dengan penelitian sebelumnya mengenai pemanfaatan kecerdasan

buatan dalam pembelajaran bahasa Inggris di lembaga pendidikan khususnya

UNIMAR AMNI. Pemanfaatan kecerdasan buatan dalam pembelajaran bahasa

Inggris di UNIMAR AMNI mempunyai potensi besar untuk meningkatkan

pembelajaran bahasa dan berkontribusi signifikan terhadap pengembangan metode

pembelajaran baru dan adaptif (Abimanto, 2023) .


Sebagai contoh lain, penggunaan atau pemanfaatan teknologi Artificial

Intelligence (AI) terdapat dalam Jurnal on Education yang berjudul "Pemanfaatan

Teknologi Artificial Intelligence (AI) Dalam Menghadapi Tantangan Mengajar

Guru di Era Digital" oleh G. Z. Mambu,dkk melalui penelitian ini penerapan

teknologi kecerdasan buatan (AI) pada tantangan pengajaran di era digital

mempunyai potensi besar untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.

Kecerdasan buatan dapat membantu pendidik mengelola data peserta didik

dengan lebih efektif, memberikan pembelajaran yang dipersonalisasi, memberikan

umpan balik yang efektif, dan meningkatkan efektivitas pengajaran secara

keseluruhan (Joupy G.Z., 2023) .


Selain dampak positif yang telah dipaparkan. Perlu diperhatikan bahwa,

selalu ada dampak negatif di dalamnya. Melalui kedua penelitian tersebut,

Artificial Intelligence (AI) tidak dapat menggantikan peran manusia dalam dunia

pendidikan. Pendidikan, masih memerlukan tenaga manusia sebagai sumber

menerima ilmu. Artificial Intelligence (AI) dapat membuat pengajaran secara

efektif dan efisien, namun perlu diingat bahwa peran pendidik penting dalam

membimbing peserta didik. Oleh karena itu, esai ini akan membahas lebih jauh

mengenai penggunaan AI dalam sektor pendidikan, serta dampak penggunaan

teknologi AI. Selain itu, mengeksplorasi upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

mengatasi tantangan ini. Di era dimana AI semakin meresap ke dalam kehidupan,

pemahaman yang mendalam tentang dampaknya menjadi penting, dan solusi bijak

perlu diidentifikasi untuk memastikan bahwa teknologi AI memberikan manfaat

kepada pendidik dan peserta didik.


PEMBAHASAN

Pemanfaatan Teknologi AI Dalam Menghadapi Tantangan Mengajar

Dalam dunia pendidikan AI memungkinkan guru untuk mengumpulkan

dan menganalisis data dari siswa dengan melihat kinerja, gaya belajar, dan gaya

hidup mereka sehingga program pembelajaran dapat disesuaikan agar mencapai

hasil terbaik. Kecanggihan serta perkembangan teknologi yang ada sekarang

mengharuskan guru untuk memiliki kompetensi yang tinggi dalam penguasaan

AI. Kompetensi dan kemampuan dalam penggunaan AI akan mempercepat dan

mendongkrak tingkat kualitas pendidikan yang ada. Pada zaman ini guru

diharapkan memiliki kompetensi aplikasi untuk memudahkan pengajaran, seperti

aplikasi (1) rekam dan edit klip audio, (2) membuat konten video beranotasi,

interaktif, dan menarik, (3) membuat konten yang menarik secara visual, (4)

memanfaatkan kekuatan media sosial, (5) menggunakan blog dan wiki untuk

membuat ruang partisipasif bagi siswa, (6) membuat presentasi yang menarik, dan

(7) penggunaan aplikasi manajemen kelas (Batubara, 2020) .


Pada era ini pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam

menghadapi tantangan mengajar dapat dikatakan sangat penting karena beberapa

alasan berikut :

1. Efesiensi dan Pengelolaan Data: Dalam era digital yang kaya akan

informasi, guru dihadapkan dengan tugas yang semakin kompleks dalam

mengelola data siswa. Penggunaan AI dapat membantu memudahkan guru

dalam menyaring, mengelompokkan, dan menganalisis data siswa dengan

lebih efesien. Algoritma AI bisa mengumpulkan data dari berbagai sumber

dan memberikan wawasan yang mendalam tentang kemajuan dan

kebutuhan siswa secara individual, dan membantu guru dalam membuat

keputusan yang lebih terinformasi (Khairi, 2022) .

2. Personalisasi Pembelajaran: setiap siswa pasti memiliki kebutuhan dan

gaya belajar yang berbeda. Dalam kelas yang padat, sulit bagi guru untuk

memberikan individual kepada setiap siswa. Dengan bantuan AI, guru

dapat memanfaatkan mesin algoritma pembelajaran untuk

mengidentifikasi preferensi belajar siswa dan menyediakan konten yang

disesuaikan dengan kebutuhan individu. Personalisasi pembelajaran ini

dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa, serta membantu

mereka mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik (Kom, 2021) .

3. Umpan balik yang Efektif: umpan balik yang baik merupakan kunci untuk

meningkatkan pemahaman siswa. Namun, untuk memberikan umpan balik

yang tepat waktu dan terperinci kepada setiap siswa di lingkungan kelas

yang padat dapat menjadi tantangan. Dengan AI, guru dapat menggunakan

sistem otomatis untuk menganalisis kinerja siswa dan memberikan umpan

balik yang segera. Hal ini memungkinkan siswa untuk memperbaiki

kelemahan mereka dengan cepat dan guru dapat memberikan bimbingan

yang lebih efektif (Uno, 2022) .

4. Peningkatan Efektivitas Pengajaran: tekonologi AI dapat membantu guru

untuk meningkatkan efektivitas pengajaran mereka. Dengan analisis data

yang canggih, guru bisa mengidentifikasi pola pembelajaran, mengenali

kebutuhan individu siswa, dan menyesuaikan metode pengajaran mereka

secara efesien. AI juga dapat memberikan saran dan mencapai hasil

pembelajaran yang lebih baik (Rusmiyanto, 2023) .

5. Mempersiapkan Siswa Untuk Era Digital: pemanfaatan AI dalam

pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan yang

relevan dengan cara digital. Dalam dunia yang didominasi oleh teknologi,

pemahaman tentan AI dan kemampuan dalam berinteraksi dengan

teknologi menjadi semakin penting. Guru yang menggunakan terknologi

AI dalam pengajaran dapat membantu siswa menjadi terbiasa dan siap

menghadapi tantangan dan peluang di era digital (David, 2021) .


Jadi, dengan memanfaatkan teknologi AI guru dapat menghadapi tantangan

yang muncul di era digital dengan lebih baik. Pemanfaatan AI membantu

meningkatkan efesiensi, personalisasi pembelajaran, umpan balik yang efektif,

efektivitas pengajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia yang

semakin didominasi oleh teknologi. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi AI

dalam mengajar sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan hasil

pembelajaran siswa (Joupy G.Z., 2023) .


Tantangan Penggunaan AI Dalam Pendidikan

Tantangan terbesar dalam dunia pendidikan salah satunya terletak pada

baik buruknya nilai yang tertanam dalam diri setelah beradaptasi menggunakan

sistem berbasis AI. Dampak yang muncul dapat mempengaruhi siswa dan

mahasiswa dalam bertindak, memberi respon dan menyikapi masalah yang ada.

Secara umum, AI memberikan dampak yang signifikan terhadap pola pikir dan

pengetahuan umum siswa dan mahasiswa yang dituntut untuk selalu berpikir

kritis. Namun, terdapat juga tantangan dan dampak negatif yang mungkin muncul

akibat dalam penggunaan AI (Mulianingsih, dkk., 2019). Beberapa tantangan

tersebut antara lain:

Tantangan penggunaan AI dalam pendidikan yaitu adanya potensi

melanggar etika akademik. Etika akademik yang harus dimiliki seorang

mahasiswa yaitu kebenaran, sikap kritis dan kreatif, serta kejujuran. Plagiarisme

merupakan tindakan peniruan karya orang lain dan melanggar hak cipta, seperti

tidak mencantumkan sumber atau informasi dan mengutip tulisan tanpa

mencantumkan sumbernya. Tindakan plagiarisme dapat dipengaruhi keinginan

untuk menyelesaikan tugas dengan cepat, tidak berpikir kritis dan kreatif. AI dapat

menjadi ancaman dalam dunia pendidikan, maka perlu adanya pengawasan

terhadap kecurangan akademik. Maraknya plagiarisme yang dilakukan harus

dicegah dengan mengembangkan peraturan, pedoman dan tata cara penggunaan

AI dalam pendidikan agar dapat digunakan secara bijak, kreatif, tidak tergantung

pada teknologi dan mampu berpikir kritis (Maulana, dkk., 2023). Adanya security

apps juga dapat mencegah mahasiswa ataupun siswa kedalam kebiasaan buruk

seperti tindakan plagiarisme (Mulianingsih, dkk., 2019).

Peran guru selalu ada dalam pendidikan, namun peran ini dapat terancam

dengan adanya AI karena dapat melakukan tugas dengan baik. Selain membantu

pekerjaan guru, AI ternyata dapat menggeser peran guru dalam hal mengajar.

Sistem AI bahkan dapat diprogram sebagai wadah untuk mengajukan pertanyaan

dan menemukan informasi, bahkan dapat berpotensi untuk menggantikan guru

untuk materi yang sangat dasar (Tjahyanti, dkk., 2022). Kemudahan dalam

penyampaian infromasi serta interaksi yang diberikan AI, seperti voice assistant

memudahkan siswa dan guru ataupun dosen untuk berinteraksi dari jarak jauh

tanpa harus tatap muka. Kemudahan ini dapat merubah perilaku siswa untuk

menjadi pasif. Adanya AI ini belum tentu menjadi kebiasaan baik dalam beretika

dan berteknologi, sehingga peran guru untuk membimbing dan mengarahkan anak

didiknya masih diperlukan (Mulianingsih, dkk., 2019).


PENUTUP

Artificial Intelligence (AI) memainkan peran penting di berbagai bidang,

termasuk di bidang pendidikan. Perkembangan Pemanfaatan AI dalam pendidikan

dapat membantu guru untuk menghadapi tantangan mengajar untuk meningkatkan

efesiensi, personalisasi pembelajaran, umpan balik yang efektif, efektivitas

pengajaran, serta mempersiapkan siswa menghadapi tantangan di era digital

sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun AI memberikan

kemudahan, masih terdapat tantangan yang harus dihadapi sehingga perlu adanya

antisipasi dan pencegahan yang dilakukan agar AI dapat digunakan secara bijak.


Sub Tema : Teknologi dan Riset

Disusun Oleh:

1. Baginda Putri Nurhakim

2. Mutia Febi Triastuti

3. Salsabila Khalisa Tsuraya

---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

P2SOA (PENGHANCURAN PELEBURAN SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK): SEBAGAI ANTISIPASI POLUSI DI KOTA PALEMBANG

PENDAHULUAN

Palembang, sebuah kota yang terletak di tepi Sungai Musi di bagian selatan Pulau

Sumatera. Berdasarkan informasi dari DLHK Kota Palembang, pada tahun 2020

timbul sampah di kota Palembang sebesar 426.390,66 ton, dan jumlah pengolahan

sampah sebesar 76,69% atau 327.019,20 ton per tahun. Jumlah tersebut melebihi

target pengelolaan sampah nasional tahun 2020 sebesar 75%, yang terkait dengan

Perpres No. 97 Tahun 2017, sedangkan pengurangan sampah Kota Palembang

saat ini hanya sebesar 19,79% atau 84.390,61 ton per tahun. Jumlah tersebut

belum memenuhi target pengurangan nasional sebesar 22% untuk tahun 2020

sesuai keputusan Presiden Republik Indonesia 97 Tahun 2017. 

Selain itu, pengelolaan sampah sebesar 96,49% atau 411.409,81 ton dan untuk sampah yang

tidak diolah sebesar 3,51% atau 14.980. 0,85 ton/tahun (Andaryani dkk, 2023). 

Kondisi Sungai Musi telah masuk dalam kategori tercemar berat. Hal itu sangat

berdampak terhadap aktivitas masyarakat yang dominan masih menggunakan

sungai untuk keperluan sehari-hari. Jika dipersentasekan, Sungai Musi tersebut

telah tercemar berat hingga 50 persen. Ini terungkap berdasarkan pantauan yang

dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera

Selatan di tahun 2016. Kemudian Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera

Selatan menyebut Sungai Musi tercemar limbah industri dan limbah domestik

atau hasil pembuangan manusia. Meski demikian, air Sungai Musi masih

dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum (Setianto dan Fahritsani, 2019). 

Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya aktivitas industri, 

Palembang kini berhadapan dengan risiko kesehatan masyarakat yang serius. 

Beberapa laporan kesehatan telah mengaitkan polusi udara dengan peningkatan

kasus penyakit pernapasan, masalah kardiovaskular, dan dampak negatif lainnya. 

Dalam konteks ini, masalah polusi udara di Palembang telah menjadi fokus utama

bagi para peneliti, aktivis lingkungan, dan pemerintah dalam upaya untuk

mengurangi dampaknya serta menjamin kualitas hidup yang lebih baik bagi

penduduk kota (Setianto dan Fahritsani, 2019).


PEMBAHASAN

Salah satu masalah utama di Palembang adalah Polusi air yang menjadi ancaman

serius bagi Kota Palembang. Sungai Musi, yang menjadi salah satu simbol kota

ini, kini telah tercemar oleh limbah industri dan domestik. Air Sungai Musi yang

berwarna coklat dan bau tak sedap menjadi bukti nyata akan kondisi yang

memprihatinkan. Ini telah merusak ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan

sumber daya air, dan mengganggu kehidupan masyarakat yang bergantung pada

sungai ini untuk penghidupan mereka.


Gambar Polusi air akibat sampah yang menumpuk di Sungai Musi

https://www.mongabay.co.id/2023/07/01/foto-sampah-yang-mengotori-anak- sungai-musi/amp/

Sampah menjadi masalah serius yang dihadapi Kota Palembang. Pengelolaan

sampah yang kurang efisien dan kurangnya kesadaran akan pentingnya

pengelolaan sampah yang baik telah mengakibatkan penumpukan sampah di

berbagai sudut kota. Ini bukan hanya masalah visual, tetapi juga berdampak

negatif pada lingkungan dan kesehatan masyarakat. 

Sampah adalah material sisa dari aktivitas manusia yang tidak memiliki

keterpakaian, karenanya harus dikelola. 

Tanpa pengelolaan secara baik dan benar, sampah dapat menimbulkan kerugian 

karena akan menyebabkan banjir, meningkatnya pemanasan iklim, 

menimbulkan bau busuk, mengganggu

keindahan, memperburuk sanitasi lingkungan dan ancaman meningkatnya

berbagai macam penyakit (Yudistirani, 2015). 

Berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan menjadi sampah organik

dan sampah an-organik. Sampah organik merupakan sampah yang mudah terurai


dengan bantuan mikroba. Sampah ini oleh masyarakat diolah menjadi pakan

ternak atau pupuk. Sedangkan sampan anorganik merupakan sampah yang

berbahan dasar an-organik dengan proses penguraian yang membutuhkan waktu

sangat lama. Proses ini dipengaruhi oleh tingkat penguraian setiap bahan yang

berbeda (Hartono, 2008). Sampah atau limbah organik masih merupakan masalah signifikan 

di Indonesia, terutama di daerah perkotaan, sektor pertanian, pasar tradisional, dan rumah

tangga. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan

memanfaatkan sampah organik sebagai sumber energi. Sampah organik adalah

barang yang telah dianggap tidak diperlukan dan dibuang oleh penggunanya

sebelumnya, namun dapat tetap berguna jika dikelola dengan benar. Melalui

dekomposisi, sampah organik dapat berubah menjadi kompos, yang merupakan

hasil pelapukan bahan organik seperti daun, jerami, alang-alang, rumput, dan

sejenisnya, dengan bantuan manusia. Di pasar-pasar khusus seperti pasar sayur, buah, dan

 ikan, sebagian besar sampahnya (sekitar 95%) adalah sampah organik, 

sehingga lebih mudah untuk dikelola. Di pemukiman umum, sampahnya

cenderung lebih beragam, tetapi setidaknya 75%nya adalah sampah organik, sementara 

sisanya adalah sampah anorganik (Sudrajat, 2014). 

Pengelolaan sampah organik menjadi pupuk organik merupakan langkah penting

dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan. Proses ini melibatkan

pengumpulan dan pemrosesan sampah organik seperti sisa makanan, daun, dan

limbah tumbuhan lainnya dengan tujuan mengurangi timbulan sampah yang

berakhir di tempat pembuangan akhir. Melalui dekomposisi alami atau dengan

bantuan proses komposting, sampah organik diubah menjadi pupuk organik yang

kaya akan nutrisi dan mikroba bermanfaat. Pupuk organik ini dapat digunakan

untuk meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, serta

meminimalkan penggunaan pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan. Dengan

demikian, pengelolaan sampah organik menjadi pupuk organik tidak hanya

mendukung praktik pertanian yang berkelanjutan, tetapi juga berperan dalam

mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan (Surtinah, 2013).


Secara teknis limbah anorganik didefinisikan sebagai limbah yang tidak dapat

atau sulit terurai atau busuk secara alami oleh miroorganism pengurai. Dalam hal

ini bahan organik seperti plastik, karet, kertas, juga dikelompokan sebagai limbah

anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit terurai oleh mikroorganisme sebab unsur

karbonnya memebentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang. Kemudian

sampah anorganik atau sampah kering, contoh logam, besi, kaleng, plastik, karet

juga botol yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami. Selain itu

sampah berbahaya, contoh baterai, botol racun nyamuk termasuk jarum suntik

bekas (Hasibuan, 2016). Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah di sungai juga memberikan

dampak buruk. Sungai yang tercemar limbah dapat mempengaruhi kualitas air

tanah yang jika dikonsumsi akan mengganggu kesehatan. Masyarakat harus

berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaandan pengawasan

di bidang pengelolaan sampah. Masyarakat harus berpartisipasi dalam

pemanfaatan dan pengelolaan sampah dalam upaya untuk menciptakan

lingkungan yang baik, bersih, dan sehat (Dzakiya dkk., 2019).

Salah satu cara pengelolaan sampah untuk mengurangi polusi air yang disebabkan

oleh sampah dengan alat P2S0A (Penghancuran Peleburan Sampah Organik dan

Anorganik). Alat terbuat dari aluminium, yang terbagi menjadi 2 bagian. Bagian

pertama sebagai penghancur sampah organik, bagian kedua sebagai proses

peleburan sampah anorganik. Pada bagian pertama, terdapat corong untuk tempat

memasukkan sampah organik, kemudian di dalamnya ada mesin penggiling yang 

berfungsi sebagai penghancur sampah organik seperti sisa sayur, buah busuk, kulit

pisang, kulit jeruk, kulit bawang dan sebagainya. Jika sudah hancur nantinya bisa

langsung keluar ke bagian wadah penampung sampah organik yang telah

dihancurkan. Selanjutnya, nantinya diharapkan sampah organik yang telah hancur

ini bisa dijadikan pupuk kompos bila perlu ditanam tanaman penyaring udara

seperti saviriera. Pada bagian kedua berisi cairan Aseton, cairan aseton itu sendiri merupakan salah

satu bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah menguap. Menggunakan cairan

inilah nantinya akan dilakukan peleburan untuk sampah anorganik, seperti plastik

dan sterofoam. Pada proses peleburan tempat berlangsungnya peleburan akan

ditutup untuk mencegah cairan aseton ini menguap. Melalui peleburan ini sampah

plastik dan sterofoam akan mengalami penyusutan, yang menyebabkan ukurannya

lebih kecil dari sebelumnya. Jika ukurannya makin kecil, maka makin kecil pula

kemungkinan menumpuknya sampah di lahan yang telah disediakan atau

mencegah terjadinya pembakaran sampah secara berlebihan serta pembuangan

sampah ke sungai. Aseton merupakan cairan yang tidak berwarna termasuk golongan elektron yaitu

propanon. Aseton banyak dimanfaatkan sebagai pelarut. Aseton digunakan

sebagai pelarut pada proses pembuatan plastik dan produk industri lainnya. 

Pada kehidupan sehari-hari digunakan sebagai campuran kosmetik. Larutan ini

biasanya digunakan untuk membersihkan cat kuku. Aseton banyak digunakan

oleh tubuh namun tidak boleh dalam jumlah berlebih, mengingat aseton dianggap

racun oleh tubuh ( Nurmalasari, 2022 ). PENUTUP

Palembang, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, telah menghadapi

tantangan serius terkait pengelolaan sampah dan polusi. Krisis lingkungan ini

tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat tetapi juga keberlanjutan

lingkungan. Diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya

praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan, seperti daur ulang dan pemilahan

sampah, serta adopsi teknologi modern untuk pengolahan limbah. 

Selain itu, polusi udara dan air juga menjadi perhatian serius di Palembang. Untuk mengatasi

krisis lingkungan ini, pemerintah dan lembaga terkait perlu berkolaborasi dalam

merumuskan kebijakan yang berkelanjutan dan menyeluruh. Dibutuhkan inovasi

yang signifikan dalam infrastruktur pengelolaan sampah modern. Salah satu

inovasi yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat P2SOA

(Penghancur Peleburan Sampah Organik dan Anorganik) dimana diharapkan

untuk antisipasi polusi di Kota Palembang.


Sub Tema : Lingkungan

Disusun Oleh:

1. Putri Istya Romanda Ningsih

2. Desla Ananda


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

REXEL: RELAXING PUZZLE SEBAGAI ALAT BANTU MENGALIHKAN FOKUS PADA REMAJA TERSERANG NARKOLEMA

PENDAHULUAN

Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2023

menunjukkan 78,19% penduduk Indonesia sudah terhubung dengan Internet,

presentase ini meningkat dimana pada tahun 2022 hanya 77,02%. Remaja

merupakan salah satu pengguna Internet terbesar antara usia 13-18 tahun, yaitu

sebesar 98,20 %. Konten dewasa atau video porno menjadi website yang paling

sering dikunjungi. Di Amerika Serikat, pornografi menjadi populer (McNabney,

dkk., 2020). Padahal, pornografi dan perilaku seksual berpotensi merugikan dan

melemahkan generasi bangsa (Yunengsih, 2021).

Pornografi merupakan konten yang paling banyak dilihat di kalangan masyarakat

Indonesia (Gayatri, dkk., 2020). Hasil survei menggunakan sistem pendeteksi

kecanduan pornografi berbasis alat skrining kecanduan pornografi Chatbot

(PAST) yang dilakukan oleh Raditya Muhammad menunjukkan bahwa remaja

merupakan kelompok usia sekolah yang paling banyak mengakses pornografi

(Muhammad, 2022). Hal ini perlu diperhatikan karena jika seseorang rutin

mengakses pornografi, perilaku seksual menjadi gaya hidup dan memfasilitasi

perilaku seksual berisiko. Penggunaan pornografi yang tidak pantas mungkin

terkait dengan masalah mental. Mendeteksi penggunaan pornografi pada remaja

dapat menilai ciri-ciri kepribadian maladaptif. Oleh karena itu, mendeteksi

konsumsi pornografi dapat membantu mengatasi dampak dari kondisi ini (Farré,

dkk., 2020).

Remaja mudah menyerap informasi, termasuk informasi negatif, terutama

melalui internet, sehingga tidak sulit bagi remaja untuk menonton cerita, foto, atau

film dewasa (Wijaiti, dkk., 2020). Akses remaja terhadap situs-situs pornografi

memicu aktivitas seksual, tindakan seksual yang dipimpin remaja seperti

berpegangan tangan, berpelukan, dan melakukan hubungan intim atau

berhubungan seks.


Kegiatan ini sering dilakukan sebagai bagian dari hubungan dengan lawan jenis

atau pacaran (Gayatri, dkk., 2020).

Paparan Pornografi Anak Dan Pornografi Dewasa yang mengorbankan Anak.

Perkembangan media era global saat ini membawa pengaruhbesar terhadap

perkembangan anak-anak. Globalisasi saat ini yang ditandai denganperkembangan

media terutama media sosial. Bahaya pornografi pada anak adalahkarena konten

ini menghancurkan dirinya. Anak-anak yang terpapar pornografi

akanmengakibatkan kerusakan otak sehingga anak berpotensi mengalami

gangguansecarapsikis dan emosional terutama disaat anak beranjak dewasa dan

kondisi ini menjadi pemicu munculnya kekerasan seksual akhir-akhir ini. Perilaku

anak yang kecanduan pornografi sangat berbeda dengan anak yang seusianya.

Berdasarkan hasil penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan

Kesejahteraan Sosial Yogyakarta (B2P3KS) bekerja sama dengan End Child

Prostitution, Child Pornography & Traf ickingOf Children for Sexual Purposes

(ECPAT) Indonesia. Faktor pornografi berada di peringkat pertama dengan 43%,

diikuti pengaruh teman 33%, pengaruh narkoba/obat 11%, pengaruh histori

pernah menjadi korban atau trauma masa kecil 10%dan pengaruhluar 10%

(Lewoleba, 2020).

Koordinator Nasional ECPAT Indonesia Ahmad Sofian menyebut, berdasarkan

studi ECPAT International tentang 'Trends in Online Child Sexual Abuse

Material' tahun 2018, terjadi peningkatan dari waktu ke waktu terkait kasus

kriminal kejahatan materi yang menampilkan kekerasan dan eksploitasi anak,

khususnya terkait penyebarluasan gambar pornografi yang dibuat sendiri oleh

remaja dan tersebar secara online. "Berdasarkan laporan The NCMEC

Cybertipline, lembaga yang menangani laporan eksploitasi seksual anak di ranah

siber secara global, menemukan telah lebih dari 7,5 juta laporan eksploitasi

seksual anak dalam 20 tahun terakhir dan meningkat pesat dalam lima tahun

terakhir," ujar Ahmad dalam seminar End Sexual Exploitation of Children di

Gedung Kominfo, Jakarta, Kamis (23/1). Dalam laporan tersebut kasus kekerasan

seksual anak pada 2018 tercatat sebanyak 18,4 juta, meningkat dari 2017

sebanyak 10,2 juta kasus. Menurut Ahmad, fenomena eksploitasi seksual anak di


ranah online juga semakin marak terjadi di Indonesia. Menurut laporan NCMEC

yang diperoleh Bareskrim, sampai 2016 terdapat 96.824 IP (Internet Protocol) di

Indonesia yang melakukan pengunduhan dan pengunggahan konten pornografi

anak melalui media sosial, sedangkan tahun 2015 sebanyak 299.062 IP.


ISI

Narkolema adalah pornografi yang dapat di akses manusia lewat mata yang

dapat merusak otak. Karena itulah istilah narkolema digunakan, yang bisa

disebut sebagai narkoba millenum baru (Katselman, 2015). Undang-Undang

pornografi No. 44 tahun 2008 pasal 1 ayat 1, pornografi adalah gambaran,

sketsa, ilusi, foto, bunyi, tulisan, gambar bergerak, animasi kartun,

percakapan, gerak tubuh dan pesan lainnya melalui berbagai bentuk media

komunikasi yang membuat eksploitasi yang melangar norma keasusilaan di dalam

masyarakat. Media pornografi bisa melalui beberapa jenis seperti tv, radio,

internet, telpon dan komunikasi lainya serta surat kabar, majalah dan barang

cetakan lainnya.

Kejadian narkolema tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah sikap individual, kontrol diri pada remaja, peran pengawasan

orang tua. Sikap seorang terhadap suatu objek merupakan perasaan

mendukung atau memihak mampu perasaan tidak mendukung atau tidak

memihak terhadap objek tersebut (Azwar, 2012). Sikap remaja terhadap

pornografi merupakan yaitu sikap yang positif dan sikap yang negatif. Sikap

positif bisa mengarah tindakan kecenderungan mendekati, menyenangi dan

mengharapkan obyek tertentu. Sikap para remaja sejalan dengan pandangan

masing-masing, ada yang menyatakan bahwa pornografi adalah hal yang

terbuka tidak layak di tonton dan ada yang mengemukakan hal yang tidak

layak di tonton (Susanto, 2013).

Dampak yang akan timbul dari pornografi sangat beragam, dampak medis

ponografi menyebabkan kerusakan otak, penyimpangan seksual,

penyebaran penyakit menular seksual dan penyebaran HIV-AIDS. Ponografi yang

memuat gambaran tentang eksploitasi seks dapat membuat sesorang

kecanduan. Kondisi ini, jika tidak segera diatasi akan mengakibatkan

rusaknya fungsi otak bagian depan, yaitu pre frontal cortex.Pre frontal kortex

berfungsi sebagai kontrol diri, mengambil keputusan, mengatur emosi, mengorganisasi

dan merencanakan (Soebagijo, 2009). Sesuatu yang dapat merusak sistem kerja

PFC adalah ada dua hal yaitu, pertama benturan kuat di kepala bagian depan dan

kedua zat kimiawi. Dalam kasus kali ini, zat kimiawi berperan dalam merusak

PFC yang didapatkan dari pertama narkotika, kedua Psikotropika, ketiga Zat

adiktif/NAPZA dan Pornografi (Risman, 2016). Cara kerja pornografi dalam

merusak PFC yaitu berasal dari hormone dopamine yang membanjiri PFC

sehingga kemampuan dasar PFC yaitu perencanaan masa depan, memahami,

mengendalikan diri, berfikir kreatif,dan ini adalah bagian dari kepribadian

manusia menjadi tidak dapat bekerja maksimal sehingga menjadi tumpul dan

secara berkala kepribadian seseorang berubah. Seseorang yang sebelumnya

memiliki kepribadian tenang, mampu menyelesaikan masalah dengan maksimal

dan efektif, pengendalian emosi yang sebelumnya sangat baik bisa menjadi rusak

dan tidak terkontrol (Imawati, 2018).

Menurut laporan NCMEC yang diperoleh Bareskrim, sampai 2016 terdapat

96.824 IP (Internet Protocol) di Indonesia yang melakukan pengunduhan dan

pengunggahan konten pornografi anak melalui media sosial, sedangkan tahun

2015 sebanyak 299.062 IP, berdasarkan laporan tersebut dapat diketahui bahwa

internet menjadi salah satu media yang digunakan remaja dalam mengakses

konten pornografi. Sehinga kami memiliki inovasi berupa alat bantu dalam

mengalihkan fokus pada remaja yang terserang narkolema berupa REXEL, yiatu

pazzle yang dipadukan dengan aroma terapi dan musik relaksasi. Selain

melakukan penciptaan alat bantu, dalam melakukan pemasaran REXEL ini, akan

dibarengi dengan pembuatan akun media sosial seperti intagram untuk

memberikan konten edukasi mengenai bahaya narkolema. REXEL merupakan alat

bantu berupa puzzle yang dimana di dalam puzzle tersebut selain gambar akan

terdapat afirmasi positif, relaksasi afirmasi yang dapat memberikan dampak fisik

dan psikologis berupa ketenangan yang disebabkan adanya hormon anti stres,

membuat perasaan rileks dan membentuk respon emosi positif ( Zainiyah, 2018).

Selain itu, terdapat musik dan juga aroma terapi. Selain aromaterapi yang dapat

menurunkan tingkat kecemasan seseorang, terapi lain yang dapat menurunkan

kecemasan adalah terapi musik. Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas

fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme,

harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga

tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Musik memiliki

kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran

seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat

meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional,

sosial dan spiritual (Sari, 2022). Tujuanya untuk menurutkan tingkat kecemasan

saat munculnya rasa ingin memakses situs pornografi, harapanya ketika rasa

kecemasan menurun dan dalam keadaan tenang, maka otak mampu mengalihkan

fokus dari hasrat untuk mengakses pornografi beralih pada fokus menyusun

gambar dan mendapatkan afirmasi positif dari puzzle yang akan diselesaikan.


PENUTUP

Narkolema atau narkotika lewat mata merupakan salah satu penyebab kecanduan

melalui mata berupa kecanduan menonton baik video, gambar maupun tulisan

yang berkaitan pornografi. Narkolema sendiri mengakibatkan kecanduan yang

diakibatkan oleh melimpahnya dopamine yang menutup PFC ( pre frontal cortex)

akibat dari konten pornografi. Kerusakan pada PFC ini akan mengakibatkan

ketidakmampuan dalam mengontrol diri, mengambil keputusan dan mengaur

emosi, sehinga apabila PFC mengalami kerusakan, sangat sulit bagi seseorang

untuk mengontrol dirinya untuk tidak melakukan hal negative seperti mengakses

video porno. Melihat hal ini, kami mempunyai ide untuk menciptakan alat bantu

bagi remaja yang terserang narkolema melalui RAXEL, yaitu relaxing puzzle

dimana selain menjadi puzzle yang memiliki afirmasi positif, alat ini juga

terkoneksi dengan musik relaksasi dan juga aroma terapi yang menciptakan

kenyamanan bagi seseorang yang mengalami kecemasan saat hasrat atau

kecanduan dalam mekases konten pornografi muncul dalam pikiranya.


Sub Tema : Kesehatan

 Disusun Oleh:

1. Mardiyah

2. Fitriani

3. Nessa Maharani Putri


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

PARADIGMA FOLKLOR: MENGGAGAS MODERASI PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara dengan memiliki 3.000

pulau, 700 bahasa dengan lima rumpun suku yang berbeda, serta jumlah penduduk yang

lebih dari 200 juta jiwa. Terdapat pelbagai istilah yang disematkan bagi Indonesia,

seperti; keberagaman, kemajemukan, pluralisme, serta multikultralisme, di mana istilah

tersebut merujuk pada kesamaan makna. Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam

dan telah mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks ini, hal itu

terkait dengan kearifan lokal (local wisdom) sebagai simbolisasi budaya.

Tataran budaya di Indonesia tercermin keaneragaman yang konstruktif dan

struktural. Termasuk tradisi lisan setempat, atau yang dikenal dengan istilah folklor.

Esensial folklor menunjukkan kebudayaan yang bersifat kolektif, yang tersebar dan

diwariskan secara turun-menurun. Hal itu dilakukan dengan cara penuturan ulang

(repetitive style) (Sukatman, 2011). Dalam disertasi Dr. Sutarto (1991) di Universitas

Indonesia yang berjudul “Legenda Kasada dan Karo Orang Tengger Lumajang:

Dokumentasi Historis, Analisis Morfologi dan Etnografis untuk Mengetahui Konvensi

dan Fungsinya,” telah menggambarkan kajian folklor modern yang bersifat holistik

(Pudentia, 2015). Secara potensial, kajian holistik tersebut dapat dijadikan alternatif

dalam pendidikan sebagai pembangunan kebudayaan.

Pendidikan tidak hanya mencakup proses transfer dan transmisi ilmu

pengetahuan, tetapi juga merupakan proses yang sangat strategis dalam menanamkan

nilai dalam rangka pembudayaan anak manusia (Fedyani ed., 2008). Pembudayaan

tersebut dalam rangka mempertahankan dan menjaga nilai-nilai kearifan lokal.

Implementasi nilai-nilai folklor dalam pendidikan merupakan sarana dalam

pembangunan nasional dengan mengedapankan nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu,

pendidikan sebagai pranata pembangunan nasional perlu pengembangan secara

kompleks di era globalisasi, sehingga terwujudnya folklor dalam pendidikan menjadi

harapan baru. Menurut Akh. Muwafik Saleh (2012), dimensi masa lampau yang dimiliki

folklor menjadi pembelajaran yang terbaik untuk melangkah di masa depan.


ISI

Folklor dalam pendidikan menjadi resolusi untuk mencerminkan dan menjaga

kearifan lokal. Lebih jauh lagi, di era globalisasi folklor diharapkan akan mampu

menjadikan pendidikan yang moderat, sehingga tidak terpengaruh arus negatif dari

perkembangan globalisasi yang semakin pesat. Oleh sebab itu, folklor dan pendidikan

perlu dikembangan dan sinergikan secara bersama-sama. Dalam hal ini, dapat dilakukan

dengan upaya yang strategis dan konstruktif, yakni dengan menekankan aspek moderasi

pada implementasi dan output yang dihasilkan bagi generasi bangsa.


Folklor dalam Khazanah Kearifan Lokal

Secara etimologi, kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yakni folklore.

Namun, folklore sendiri berasal dari dua kata, yaitu folk yang berarti sekumpulan

individu yang memiliki kesamaan (colectivity). Sedangkan, lore yang berarti sebagian

kebudayaan yang diwariskan dari sekelompok yang sama tersebut. Folklor dapat

diartikan sebagai produk budaya kolektif tetentu, yang diwariskan melalui lisan maupun

alat bantu lisan (Pudentia, 2015). Menurut Natalis Pakage dan Titus Pekei (2013),

folklor tumbuh beriringan dengan berkembangnya kehidupan masyrakat suku bangsa itu

sendiri. Dalam hal ini, folklor adalah salahsatu budaya Indonesia. Hal itu dikarenakan

folklor memiliki kecenderungan kepada aspek lokalitas yang ada di masyarakat di

Indonesia.

Terkait dengan kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1965) sebagaimana

dikutip oleh Pudentia (2015), ada tiga aspek dalam kebudayaan, yakni; kebudayaan

sebagai tata kelakuan, kebudayaan sebagai kelakuan manusia, dan kebudayaan sebagai

hasil kelakuan(kebiasaan) manusia. Aspek pertama menjadi aspek paling penting. Hal

itu dikarenakan tata kelakuan telah menjadi pedoman. Aspek kedua merupakan

pendukung aspek pertama. Sedangakan, aspek ketiga sebagai hasil dari sinergisitas

kedua aspek. Dalam proses pembangunan juga demikian, perilaku pembangunan hanya

dapat terbentuk apabila adanya tata kelakuan yang telah bersifat kebiasaan, serta lebih

jauh lagi bersifat pembangunan pula.


Tata kelakuan tersebut bisa diartikan sebagai norma-norma kolektif, aturan-

aturan yang tak tertulis dalam mayarakat Indonesia yang secara tidak langsung

mempengaruhi hasilnya, yaitu perilaku masyarakat. Dalam hal ini, folklor termasuk

hasil dari tata kelakuan. Kemudian folklor menjadi simblosisasi yang bersifat lokalitas.

Misalnya, di Jawa Tengah terdapat “Legenda Candi Sewu”, di Kalimantan terdapat

“Sangi Pemburu dari Mahorai”, di Padang terdapat cerita tentang “Malin Kundang”,

serta masih banyak lagi cerita-cerita rakyat dan belum termasuk pribahasa-pribahasa

yang sudah lekat di masyarakat Indonesia.

Folklor menjadi sebuah refleksi kebudayaan yang telah mewakili tata kelakuan

masyarakat lokal tertentu. Urgensi nilai-nilai yang ingin disampaikan pun juga termasuk

dalam tata kelakuan masyarakat setempat. Hal ini memungkinkan untuk

menginternalisasikan nilai dan norma yang ada di suatu tempat. Sederhananya, folklor

dapat memberikan sosialisasi mengenai budaya-budaya dan norma-norma dalam

masyarakat. Dengan folklor, masyarakat dapat mengetahui dan memahami budaya yang

ada. Oleh sebab itu, hal folklor dinyatakan sebagai khazanah kearifan lokal. Meskipun

setiap daerah berbeda, tetapi sejatinya folklor menjadi simbolisasi yang melekat kuat

dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat.

Khazanah yang dimiliki folklor menjadi cerminan dalam sebuah masyarakat,

termasuk karakter masyarakat itu sendiri. Dalam konteks kebangsaan, esensial folklor

sangat penting dalam menjaga stabilitas kemasyarakatan. Hal itu dikarenakan, dalam

konteks sejarah berdirinya bangsa ini, maka tidak bisa dilepaskan dari pengaruh folklor

yang telah berkembang di masyarakat saat ini. Oleh sebab itu, perlunya pembudayaan.

folklor dalam rangka menjaga budaya, khususnya budaya kebangsaan dengan kultur

kearifan lokalnya.


Multikulturalisme: Distingsi Pendidikan Kearifan Lokal

Dewasa ini, telah terjadi krisis multidimensi di negara ini. Hal itu berkaitan

dengan maraknya kekacauan, kekerasan, kemiskinan, teror, kebodohan, pengangguran,

korupsi, dan sebagainya, sehingga mengancam stabilitas bangsa dan negara (Kharlie

ed., 2012). Terjadinya hal itu disebabkan gagalnya menciptakan karakter dalam

pendidikan. Padahal, sejatinya pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia.

Artinya, pendidikan berperan penting dalam menciptakan karakter yang secara nyata

berdampak positif.

Menurut H.A.R Tilaar (2009), pendidikan merupakan proses pembudayaan,

tetapi pendidikan perlu mendasarkan pada aspek kebudayaan. Bahkan, menurut Ahmad

Tholabi Kharlie ed. (2012), pendidikan sebagai proses transformasi sistem sosial budaya

dari satu generasi ke generasi yang lain. Antara pendidikan dan kebudayaan merupakan

satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan tanpa kebudayaan hanya akan

menjadi wacana yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Begitupun kebudayaan tanpa

pendidikan juga akan berdampak pada minimnya pengetahuan akan kebudayaan itu.

Oleh sebab itu, tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan dan begitu pula praksis

pendidikan selalu dalam lingkup kebudayaan.

Pendidikan multikultural menjadi sebuah solusi dalam krisis multidimensi.

Dalam konteks keindonesiaan, pendidikan multikultural lebih tepat dipandang sebagai

pendekatan, yaitu pendekatan pendidikan yang mengupayakan nilai-nilai budaya

kedaerahan (suku bangsa) dan agama di Indonesia dapat dipahami, dihargai, dan

dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan kebangsaan dan kewarganegaraan

berlandaskan “bhinneka tunggal ika” dan falsafah Pancasila, dengan mengedepankan

toleransi dan kerukunan antar budaya (Amirin, 2012). Pendidikan multikultural lebih

menekankan pada aspek lokalitas. Hal ini tentunya berkaitan dengan budaya yang ada

didalamnya, termasuk aspek kearifan lokal (local wisdom).

Esensial kearifan lokal secara tidak langsung berpengaruh pada pembangunan

karakter (character building). Disisi lain, lahirnya pendidikan bermakna deliberatif.

Artinya, setiap masyarakat berusaha mentransmisikan gagasan fundamental yang

berkaitan dengan hakikat dunia, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianutnya. Hal inilah

menurut Chaidar Alwasih (2009) dapat melahirkan etnopedagogi, yaitu praktik

pendidikan berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal dapat dipahami sebagai

kebijaksanaan atau nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya lokal, berupa tradisi,

pepatah-petitih, serta semboyan hidup.

Pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan pendidikan yang mengajarkan

kepada peserta didik untuk selalu dekat dengan lingkungan sekitarnya. Dengan kata

lain, pendidikan kearifan lokal sebagai sebuah model pendidikan yang mempunyai

relevansi terhadap pengembangan kecakapan hidup dengan berpijak pada potensi lokal

atau nilai-nilai luhur yang terdapat pada tiap-tiap daerah (Kharlie ed., 2012).

Keberagaman kearifan lokal yang dimiliki Indonesia juga memberikan kultur

kedaerahan antar masing-masing lokal. Namun, pada dasarnya kearifan lokal bangsa

Indonesia telah tercermin dalam falsafah Pancasila. Meskipun, masyarakat Indonesia

mengekspresikannya dengan cara yang beragam.

Multikuluturalisme dalam pendidikan yang didasarkan pada kearifan lokal perlu

pengembangan secara lebih kompleks. Selain itu, kesadaran akan pentingnya lokalitas

juga harus dikuatkan, sehingga akan dapat berimplikasi pada pendidikan berbasis

kearifan lokal. Wawasan kearifan lokal dalam perspektif pendidikan diharapkan akan

mampu menciptakan pendidikan karakter bagi generasi bangsa. Lebih jauh lagi,

berdampak pada terealisasikannya aspek humanisasi dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

Redesain Folklor dalam Menjaga Moderasi Pendidikan Kearifan Lokal

Pendidikan kearifan lokal merupakan apresiasi dalam menjaga dan melestarikan nilai-

nilai kebudayaan, termasuk implementasi folklor dalam pendidikan. Nilai-nilai kearifan

lokal pada folklor menunjukkan keteladanan yang secara tidak langsung memiliki

pengaruh terhadap pendidikan anak. Selain itu, menurut Ipriansyah (2011), folklor juga

memiliki nilai-nilai positif yang berguna bagi perkembangan anak, sehingga dapat

membantu perkembangan kognitif, seperti; bahasa dan pemikiran, serta sosio-emosional

anak. Untuk mewujudkan implementasi folklor dalam pendidikan dapat dilakukan

dengan beberapa upaya yang strategis.


Pertama, memanfaatkan fungsi lembaga keluarga. Hal ini sebagai respon

terhadap keluarga untuk diberdayakan kembali. Hubungan yang kuat antara anggota

keluarga menjadi katalisator dalam implementasi pendidikan berbasis folklor. Orang tua

memiliki kewajiban untuk memberikan nasihat terhadap anaknya. Hal itu apabila

dilakukan secara masif, maka akan berdampak pada anak. Selain itu, orang tua juga

berperan penting dalam pembentukan karakter anak sejak dini (Saleh, 2012).

Menurut Chukovsky (1968), sebagaimana dikutip oleh Murti Bunanta (1998),

cerita rakyat bagi anak-anak dianalogikan sebagai makanan pokok bagi perkembangan

dan pertumbuhan. Oleh sebab itu, implementasi pada keluarga dapat dilakukan dengan

media bercerita tentang cerita rakyat yang dilakukan sebelum tidur, atau disaat

berkumpul dan bersantai bersama keluarga. Cerita rakyat berperan membentuk

kepribadian anak, karena didalamnya terdapat nasihat. Namun, pesan moral perlu

dijelaskan orang tua sebagai hal yang penting dari sebuah cerita rakyat.

Kedua, memanfaatkan fungsi lembaga pemerintah dan masyarakat. Dalam hal

ini, perlunya menjaga dan melestarikan cagar budaya yang merupakan peninggalan dari

cerita rakyat, misalnya; Tangkuban Perahu di Bandung yang berasal dari cerita rakyat

“Sangkuriang”. Cagar budaya menjadi aset penting bagi kelestarian budaya bangsa,

termasuk pula aset penting bagi pendidikan kearifan lokal. Oleh sebab itu, lembaga

pemerintah perlu melakukan penjagaan dan pelestarian cagar budaya atau peninggalan-

peninggalan dari cerita rakyat. Selain pemerintah, masyarakat pun memiliki kewajiban

yang sama untuk menjaga dan melestarikannya, yakni dengan tidak merusaknya. Selain

sebagai tempat wisata, cagar budaya memiliki fungsi pendidikan, sehingga perlu

pendeketan kultural secara konstruktif. Dalam hal ini, dapat dilakukan dengan

melakukan “Dongeng Ceria” kepada anak-anak, sebagai agenda kewisataan berbasis

kearifan lokal melalui cerita-cerita rakyat. Dapat pula dilakukan dengan pertunjukan

teater yang bertemakan cerita rakyat.

Ketiga, memanfaatkan fungsi teknologi. Perkembangan teknologi perlu

dimanfaatkan dalam pendidikan kearifan lokal. Hal ini dapat dilakukan pada media

perfilman, di mana cerita rakyat dinarasikan dalam sebuah film. Saat ini, dunia

perfilman mendapat banyak kritikan dikarenakan tidak memiliki pesan moral yang baik.


Oleh sebab itu, hadirnya cerita rakyat dalam dunia perfilman mengembalikan fungsi

perfilman, yakni tidak hanya sebagai fungsi entertainment, tetapi juga terdapat budaya

dan edukasi didalamnya tentang nilai-nilai kearifan lokal. Namun, film yang

mengangkat cerita rakyat perlu dikemas berbeda pada era sekarang, dengan

memanfaatkan fasilitas dan perkembangan teknologi yang telah tersedia.

Upaya di atas perlu disinergikan secara bersama-sama. Dalam hal ini, keluarga

dan masyarakat harus mampu mamanfaatkan cagar budaya yang telah disediakan

pemerintah sebagai tempat rekreasi dan edukasi, serta memberikan tontonan film yang

baik terhadap anak tentang cerita rakyat. Pada aspek kepemerintahan, perlunya

kebijakan tentang kemudahan akses cagar budaya, seperti; sarana dan prasarana, tetapi

pemerintah juga perlu melakukan sosialisasi kearifan lokal. Selain itu, perlunya

kebijakan dan dukungan terhadap film cerita rakyat sebagai legitimasi. Bagi produser

film, pembuatan film cerita rakyat perlu mendapatkan saran dan rekomendasi, termasuk

pemerintah. Oleh sebab itu, melalui upaya di atas diharapkan akan memberikan wajah

baru bagi kemoderatan pendidikan kearifan lokal, sehingga tidak ada intervensi yang

negatif dari luar. Dalam konteks nilai-nilai kearifan lokal, terdapat nilai-nilai terhadap

ketuhanan, kemanusiaan, dan alam, sehingga karakter yang terbentuk melalui

pendidikan berbasis floklor akan cenderung ke arah moderat, yakni bersifat inklusif dan

toleran, serta bertanggung jawab, sehingga akan terwujud sikap yang demokratis.


Penutup

Penjelasan di atas merupakan telaah atas masalah krisis pendidikan dan

kebudayaan yang semakin mengancam bangsa ini, termasuk krisis folklor dalam

masyarakat. Atas problematika tersebut, dibutuhkan gagasan, tidak hanya bersifat

konseptual, tetapi perlu diimplementasikan secara nyata. Folklor sebagai bagian dari

aspek kearifan lokal merupakan soft-way-out bagi problematika pendidikan dan

kebudayaan. Dalam hal ini, dapat dilakukan dengan pendekatan kekeluargaan,

kelembagaan, kemasyarakatan, serta teknologis. Pendekatan kekeluargaan, dapat

dilakukan melalui implementasi nilai-nilai folklor dalam aktivitas dan interaksi yang

ada didalam keluarga. Selanjutnya, pendekatan kelembagaan dan kemasyarakatan

merupakan bentuk kesadaran untuk menjaga dan melestarikan cagar budaya

peninggalan folklor. Pada pendekatan teknologis, pemanfaatan secara positif dari

perkembangan teknologi menjadi acuan utama. Hal ini berkaitan dengan media yang

tidak hanya sebagai entertainment, tetapi memiliki unsur budaya dan edukasi

didalamnya.

Beberapa upaya di atas, merupakan upaya dalam memoderasikan pendidikan

berbasis kearifan lokal, sehingga akan tercipta sistem yang moderat, serta dapat

terwujud kedamaian bermasyarakat. Namun, untuk merealisasikan upaya di atas, maka

diperlukan peran semua pihak, sehingga pemerintah dan masyarakat harus bersama-

sama bekerja secara berdampingan. Harapan bersama terciptanya proses timbal balik

dan kerja sama yang mencerminkan nilai-nilai demokratis.

 

Sub Tema : Pendidikan

 Disusun Oleh:

1. Nurul Soffia

2. Yoanna Angelica


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

INOVASI GOUMKM APP SEBAGAI ESKALASI PRODUKTIVITAS UMKM MELALUI PELATIHAN TERINTEGRASI LITERASI DIGITAL GUNA MEWUJUDKAN INDONESIA SDGs 2030

Pendahuluan

Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) saat ini menjadi

acuan perkembangan di segala sektor seluruh negara di dunia. Hampir seluruh

negara di dunia mengusulkan program dan kebijakan terbaik guna mendorong

perkembangan berkelanjutan di berbagai sektor kehidupan. Gagasan ini dikenal

dengan istilah Suistanable Development Goals (SDGs) 2030. Yang salah satu

pilarnya yaitu pembangunan ekonomi berkelanjutan dan pembangunan SDM dan

IPTEK. Salah satu fokus utamanya adalah peningkatan kesejahteraan ekonomi

masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan

kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan

hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola

yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi

berikutnya.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia diproyeksikan melambat 4,9% di tahun

2023, yang sebelumnya mencapai 5,3% seiring dengan Kembali nirmalnya

permintaan dalam negeri setelah mengalami lonjakan pasca pandemi tahun lalu


(Worl Bank, 2023). Sebaliknya yang terjadi dengan pertumbuhan industri e-

commerce justru semakin pesat di tengah perlambatan laju ekonomi Indonesia. Dari


data analisis Ernst & Young, diungkapkan pertumbuhan nilai penjualan bisnis

online di tanah air setiap tahun meningkat 40%. Ada sekitar 93,4 juta pengguna

internet dan 71 juta pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia (KEMINFO,

2015). Hal menjadi harapan ekonomi digital mampu tetap tumbuh yang menjadi

kekuatan baru ekonomi di era revolusi industry 5.0.


ISI

Perkembangan ekonomi menuju digitalisasi saat ini mendorong para pelaku

UMKM untuk bertransformasi Go-digital untuk dapat terus bertahan, berkembang

dan berkesinambungan (Firmansyah et al., 2022). Hal ini menjadi keharusan bagi

pelaku UMKM, karena UMKM sendiri memiliki peranan yang cukup penting

yakni, sebagai perluasan kesempatan kerja dan penyerapan tenaaga kerja, Penyedia

jaringan pengaman terutama bagi Masyarakat yang berpendapatan rendah untuk

meejalankan kegiatan ekonomi yang menghasilkan, serta memiliki peran aktiv

dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini menjadikan UMKM

sektor yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia, dimana sebagian

besar penduduknya sebagai pelaku UMKM. Bahkan saat ini UMKM yang ada di

Indonesia di anggap mampu menjadi penyelamat untuk Indonesia dalam

menghadapi resesi. Kementerian Keuangan menyampaikan UMKM berhasil

menyumbang 90% dari kegiatan ekonomi dan berkontribusi lebih dari 50%

lapangan pekerjaan di seluruh dunia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah (KemenkopUKM) bulan Maret 2021, jumlah UMKM

mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

sebesar 61,07 % atau senilai Rp8.573,89 Triliun. UMKM mampu menyerap 97%

dari total tenaga kerja yang ada, serta dapat menghimpun sampai 60,42 % dari total

investasi di Indonesia (KemenkopUKM, 2021).

Menurut data yang dilansir dari Laporan Pemberdayaan UMKM

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Saat ini terdapat 65,4 juta

UMKM di Indonesia yang telah mempekerjakan 114,7 juta orang atau sekitar 56%

dari tenaga kerja di Indonesia. Selain itu, UMKM juga memberikan kontribusi lebih

dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto negara (Laporan Pemberdayaan

UMKM, 2022:5). Terdapat 83,8% pelaku UMKM yang melakukan digitalisasi atau

memanfaatkan teknologi untuk mendukung operasional bisnis mereka. Target

Presiden Joko Widodo pada 2024 UMKM go-digital mencapai 30 juta, di mana dari

target tersebut, saat ini ada 19 juta UMKM yang bergabung dalam ekosistem digital.

Menurut data idEA, terdapat 9,9 juta UMKM yang bergabung ke platform digital

sejak Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, yaitu dalam kurun waktu Mei

2020 hingga Februari 2022. Pengamat Ekonomi Rosdiana Sijabat menilai para


pengusaha lokal khususnya UMKM harus terus didorong untuk masuk ke ranah

digital. Pasalnya, saat ini kontribusi ekonomi digital terhadap PDB masih sangat

kecil, sehingga masih ada peluang besar untuk dikembangkan.

Namun hingga saat ini, Masih rendahnya persentase pelaku usaha UMKM

yang memiliki tingkat literasi digital yang baik dalam menjalankan kegiatan

usahanya. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan ada 25,4 juta pedagang atau

merchant berskala Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia yang

menggunakan Quick Response Code Indonesian (QRIS) (CNN Indonesia, 2023).

Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan pada beberapa jurnal penelitian tentang

literasi digital terhadap UMKM, penulis menyimpulkan ada dua permasalahan yang

dihadapi. Pertama, tingkat edukasi pelaku usaha UMKM terhadap literasi digital

masih minim karena tingkat pendidikan terakhir yang masih rendah. Berdasarkan

data Badan Pusat Statistik (BPS), ada 4,21 juta industri mikro dan kecil (IMK) di

Indonesia pada tahun 2020. Dari jumlah itu, sekitar 54,52% IMK dijalankan oleh

pengusaha yang mempunyai latar belakang pendidikan lulusan Sekolah Dasar (SD)

ke bawah. Sementara itu, pemilik usaha IMK yang memiliki tingkat pendidikan

terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 21,04%. Lalu sebanyak 20,99%

pengusaha IMK merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kemudian,

persentase pengusaha IMK yang memiliki tingkat pendidikan Diploma IV/S1

sebanyak 2,6%. Sementara, hanya 0,85% pengusaha IMK yang merupakan lulusan

DI-DIII (Data Boks, 2022). Kedua, kendala dilapangan yaitu berupa belum adanya

pelatihan terintegrasi mengenai literasi digital bagi para pelaku usaha UMKM.

Beberapa pelatihan pengembangan UMKM yang ada saat ini hanya memfokuskan

pelaku usaha pada strategi pemasaran yang berbasis digital, namun belum menyasar

pada praktek digitalisasi UMKM bagi masyarakat yang awam terkait digitalisasi.

Perkembangan era digitalisasi menjadikan masyarakat ketergantungan akan

jaringan digital, hingga mengubah pola dan gaya perilaku konsumen dan produsen.

kegiatan ekonomi mulai bertransformasi ke arah yang lebih mengefesiensikan

waktu dari segi konsumen untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan dari sisi

produsen yaitu UMKM, harus dapat menyesuaikan diri dengan permintaan pasar

yang fluktuatif, dimana semua aktivitas didominasi secara digital. Persoalan utama

perekonomian Indonesia adalah dampak pandemi terhadap pengembangan dan


produktivitas UMKM, yang juga berpengaruhi pada penurunan supply chain dan

demand bagi usaha UMKM. Kedua persoalan tersebut akan menjadi jembatan

terjadinya pergeseran UMKM konvensional menjadi digital yang sesuai dengan

target pemerintah. Kebijakan pemerintah masih menemui hambatan atau kendala

utama yaitu masih rendahnya tingkat literasi digital yang dimiliki oleh pelaku

UMKM. Beberapa solusi yang dapat ditempuh guna menjembatani produktivitas

dan pengembangan UMKM yaitu pertama, diperlukanya sistem satu pintu untuk

mewadahi pengembangan UMKM dalam meningkatkan literasi digital terkhusus

dalam aspek pemasaran, operasional, dan keuangan. Kedua, membangun tahap

tersistematisasi dan terukur untuk eskalasi produktivitas digital UMKM. Sehingga

ketiga, output yang dihasilkan adalah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional

melalui kontribusi aktif UMKM.

Oleh karena itu, berdasarkan temuan dan latar belakang masalah di atas,

penulis menggagas ide kreatif dan inovatif yaitu Inovasi aplikasi GoUmkm melalui

pelatihan terintegrasi berbasis literasi digital sebagai eskalasi produktivitas UMKM

menuju go-digital. Melalui layanan yang terintegrasi, GoUmkm menyediakan

beberapa fitur penunjang di dalamnya yang meliputi dua fitur utama yaitu fitur

Edukasi dan fitur Halo UMKM. Dalam fitur Edukasi ini, GoUmkmmemfokuskan

materi atau bidang yang disampaikan yaitu Operasional, Marketing, dan Keuangan.

Selain itu, pada Fitur Halo UMKM ini nantinya akan muncul beragam jenis UMKM

lainnya yang memiliki jenis usaha dan lokasi berbeda-beda. Sehingga pengguna

dapat berkomunikasi untuk memperluas jaringan pada fitur ini.

Dalam pelaksanaanya, pengguna dapat mengunduh aplikasi ini secara gratis

melalui playstore dan dapat digunakan pada smartphone maupun komputer

desktop. Pengguna dapat masuk dalam aplikasi dengan melakukan sign up terlebih

dahulu. tampilan awal dengan memasukan usernameatau email dan password.

Kemudian pengguna melakukan verifikasi data diri. Setelah itu, pengguna dapat

masuk dan menikmati fitur yang tedapat dalam aplikasi GoUmkm. Contohnya, saat

pengguna memilih fitur edukasi maka secara otomatis akan tampil tiga jenis bentuk

pelatihan yaitu marketing, operasional, dan keuangan. Kemudian pengguna dapat

memilih jenis pelatihan yang diinginkan, lalu akan muncul ragam video pelatihan

terkait bidang tersebut. Selain itu, tersedia pula info penyelenggaraan webinar

terkait jenis pelatihan yang dipilih.

GoUMKM dirancang untuk memaksimalkan kontribusi UMKM Dalam

peningkatan perekenomian di era digitalisasi saat ini. Aplikasi GoUmkm hadir

sebagai wadah untuk menghubungkan para pelaku UMKM dengan pihak

penyelenggara pelatihan untuk UMKM. Selain itu, terdapat pula monitoring pada

fitur akumulasi poin dan quiz sebagai acuan untuk memantau sudah sejauh mana

pemahaman pelaku UMKM berdasarkan banyaknya jumlah webinar atau workshop

yang diikuti serta quiz pertanyaan mengenai wawasan digitalisasi UMKM.


Penutup

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan merupakan

tanggung jawab bersama sebagai wujud dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi

yang baik dan maksimal, sehingga dengan hal tersebut akan tercipta sektor ekonomi

yang memiliki insfratruktur yang tangguh dan industrialisasi ekonomi yang inklusif

dan produktif. Maka dari itu, hadirnya aplikasi GoUmkm diharapkan mampu

meningkatkan inklusi bagi UMKM untuk bertransformasi menuju digital sesuai

dengan target program kerja pemerintah saat ini, sehingga dapat mempersiapkan

diri untuk memperlebar peluang pangsa pasar, meningkatkan keuntungan, dan

memperluas jaringan produk sehingga dapat dikenal luas oleh masyarakat.

Kemudian diharapkan peran kontribusi UMKM tesebut dapat menjadi stimulus

positif terhadap pemulihan ekonomi nasional sekaligus mewujudkan kemajuan

ekonomi dalam negeri dalam menghadapi SDGs 2030 melalui peran UMKM

Indonesia.

 

 Disusun Oleh:

1. Kurnia Salsabila

2. Az-Zahra Ahnia Rizki

3. Athaya Zulfa Zein Yasein

---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

INOVASI BIJI BUNGA TELANG (CLITORI TERNATE) SEBAGAI SUPLEMEN BERNUTRISI TINGGI UNTUK ALTERNATIF SOLUSI STUNTING PADA ANAK USIA DINI DI INDONESIA

BAB 1

PENDAHULUAN

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi

perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (Stunting). 

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan karena asupan

gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama sebagai akibat dari pemberian

makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi yang diperlukan. 

Indonesia terasuk negara dengan prevalensi gizi kurang pada balita cukup tinggi. 

Menurut data Statistik PBB 2020 mencatat, lebih dari 149 juta (22%) balita di

seluruh dunia mengalami stunting, dimana 6,3 juta merupakan anak usia dini atau

balita stunting adalah balita Indonesia. Menurut UNICEF, stunting disebabkan

anak kekurangan gizi dalam dua tahun usianya, ibu kekurangan nutrisi saat

kehamilan, dan sanitasi yang buruk. Bahkan beberapa pekan kemarin terdapat

berita mengenai balita memakan kopi sashet karena tidak mampunya membeli

susu untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Saat ini, prevalensi stunting di

Indonesia adalah 21,6%, sementara target yang ingin dicapai adalah 14% pada

2024. Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting

pada balita dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan kualitas sumber

daya manusia Indonesia di masa mendatang. Retardasi pertumbuhan atau stunting

pada anak-anak di indonesia terjadi sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis dan

penyakit infeksi dan memengaruhi 30% dari anak-anak usia dibawah lima tahun. 

Sementara itu, anak merupakan aset bangsa di masa depan. 

Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia di masa mendatang jika saat

ini banyak anak Indonesia yang menderita stunting. Bangsa ini akan tidak mampu

bersaing dengan bangsa lain dalam menghadapi tantangan global. Maka, untuk

mencegah hal tersebut permasalahan stunting mesti segera diatasi secara serius. 

Seiring dengan kemajuan penelitian pencarian solusi yang mudah didapatkan dan

alami menjadi salah satu alternatif solusi yang ada dengan memanfaatkan biji

bunga telang. Biji bunga telang merupakan sebuah biji tanaman yang

keberadaannya melimpah di Indonesia namun sering diabaikan padahal memiliki

potensi besar dalam mengatasi stunting di Indonesia karena memiliki kandungan

nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak. Penggunaan biji bunga

telang menjadi solusi yang menjanjikan dan relevan dengan memperkenalkan

sumber nutrisi yang kaya dan dapat ditemukan untuk membantu memerangi

masalah stunting di Indonesia karena pada pada biji bunga telang terdapat

kandungan protein, serat, dan senyawa antioksidan dalam biji yang menjadikan

pilihan biji bunga telang menarik sebagai solusi dari pencegahan stunting. Untuk

itu kami menawarkan solusi alternatif untuk mensukseskan program pemerintah

yaitu mengurangi angka stunting di indonesia ini menjadi 14% di tahun 2024

dengan pemanfaatan biji bunga telang yang dibuat menjadi suplemen bagi balita

dengan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kandungan Nutrisi Biji Bunga Telang

Bahan yang menggunakan biji merupakan jaringan paling sederhana mendapatkan

senyawa golongan terpenoid dan lignan (Saifudin, 2012). Kandungan yang

terdapat dalam biji adalah 25 – 48% protein, 5% gula dan 10% minyak dengan

kandungan mineral komplek dan asam amino yang cukup. Biji Clitoria ternatea

umumnya memiliki sifat antibakteri. Kandungan asam lemak pada biji adalah

asam palmitat, stearat, oleat, linoleat, dan linolenat. (Direja, 2007). Biji juga

terdapat kandungan finotin, delphinidin 3,3’, 5’- triglukosida (Al-Snafi, 2016). 

Protein seperti finotin dari isolasi biji Clitoria ternatea memiliki sifat sebagai

antifungal, antibakteri, dan insetisida (Lijon dkk., 2017). 

Dari kandungan nutrisi biji bunga telang tersebut

diharapkan dapat menjadi solusi alternatif pengganti protein hewani dengan

kandungan gizi seimbang yang tak kalah dengan daging. Dengan protein yang

tinggi pertumbuhan dan perkembangan sel sel tubuh dapat terpenuhi kebuthan gizi

dengan baik. Karena Protein adalah salah satu zat gizi yang paling penting untuk

mendukung anak bertumbuh kembang dengan optimal di usia dini. Hal tersebut

karena protein berfungsi meregenerasi sel-sel tubuh, memperbarui sel-sel darah, 

memperkuat tulang serta jaringan kulit dan otot, dan meningkatkan kekebalan. 

2.2 Suplemen Biji Bunga Telang

Produk ini akan dihasilkan dalam bentuk bubur, bubur bayi instan harus

mengandung kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Di indonesia umumnya bubur bayi instan

menggunakan beras putih dan merah sebagai sumber kandungan karbohidratnya

(Krisnatuti dan Yenrina, 2000). Namun dikarenakan harga beras yang sedang

melambung tinggi dan demi mengurangi ketergantungan akan konsumsi beras

pada gagasan ini sumber karbohidrat akan digantikan dengan ubi jalar ungu. 

Ditinjau dari nilai gizinya, ubi jalar mampu dijadikan sebagai sumber karbohidrat, 

mineral, vitamin, dan serat pangan (Husna et al., 2012). Akan tetapi kandungan

protein pada ubi jalar ungu tergolong rendah, sehingga untuk memenuhi

kandungan protein pada bubur ini akan ditambahkan ekstrak biji bunga telang

yang banyak merupakan potensi lokal karena mudah ditemukan. Untuk rasa dari

bubur ini akan ditambahkan tepung pisang agar menambah citarasa dan juga

meningkatkan nilai gizinya. 2.2.1 Pembuatan Bahan Bubur

Pembuatan bubur diawali dengan pembuatan tepung berbahan dasar ubi jalar ungu, 

lalu dilanjutkan dengan pembuatan tepung pisang, proses ini mengacu pada

penelitian Karimah dkk., 2019 dengan berbaga modifikasi. Pembuatan tepung ubi

jalar diawali dengan pengupasan ubi, lalu ubi dicuci hingga bersih, potong ubi

menjadi tipis dan rendam ke dalam air selama 15 menit. Tiriskan ubi yang telah

direndam lalu keringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 60°C hingga

benar-benar kering, proses pengeringan ini dapat memakan waktu 32 jam, lalu

haluskan dengan grinder dan diayak. Untuk pembuatan tepung pisang dilakukan

dengan cara memilih pisang yang sudah matang, disini kami menggunakan pisang

ambon. Proses pembuatan tepung pisang sama dengan pembuatan tepung ubi, 

namun proses pengeringan hanya memakan waktu 24 jam. 2.2.2 Pengolahan Biji Telang

Biji Telang ( Clitoria Ternate) yang digunakan berasal dari tanaman Telang

Ternate dengan kualitas yang baik, yaitu bijinya berwarna hitam seperti ginjal

pipih. Biji Telang (Clitoria Ternate) dikumpulkan dan dibersihkan. Pengeringan

pada suhu 105 derajat untuk menghindari rusaknya zat aditif pada Biji Telang

(Clitoria Ternate) hingga kadar air mencapai 20% yaitu dengan menimbang berat

biji telang segar dikurangi dikurangi berat biji telang (Clitoria Ternate) yang

sudah kering. Penggilingan dengan halus dan hasilnya berupa tepung dan

dimasukkan kedalam adonan tepung bubur yang sudah disiapkan. 

Setalah itu, tepung bubur biji telang dimasukkan kedalam kemasan dan siap di distribusikan.


2.2.3 Produk Suplemen Biji Telang

Bubuk biji bunga telang yang telah diolah kemudian dikemas dengan

menggunakan plastik pengemasan yang telah disediakan dengan tujuan agar

produk tidak terkontaminasi akibat kelembaban, cahaya, dan udara serta

memperpanjang masa simpan produk agar produk tetap segar dan aman

dikonsumsi. Pelabelan pada produk bertujuan untuk memberikan informasi

penting kepada konsumen seperti petunjuk penggunaan, komposisi nutrisi, tanggal

kedaluwarsa, dan manfaat kesehatan. Informasi yang terdapat pada kemasan dapat

membantu konsumen dalam membuat keputusan untuk mengonsumsi produk dan

memahami manfaat kesehatan yang diberikan oleh suplemen biji telang. 

Pengemasan yang simple dan praktis akan mempermudah masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi. Pengemasan serta pelabelan bertujuan untuk

memberikan informasi mengenai produk jahe instan. Kemudian terdapat cara

penyajian suplemen biji bunga telang dengan cara mencampurkan bubuk dengan

takaran air yang telah disesuaikan. Selain disajikan dengan air bubuk dari biji

bunga telang ini dapat ddicampurkan menjadi bahan olahan makanan lainnya

seperti kue, ataupun cemilan yang diolah menjadi makanan dengan nilai gizi yang

tinggi. Jadi produk bubuk biji bunga telang tidak hanya memberikan nutrisi secara

langsung tetapi juga menjadi bahan inovatif yang bernilai jual tinggi dan

pemanfaatan yang berkelanjutan mengenai biji telang yang belum termanfaatkan.


BAB III

PENUTUP

1. Stunting adalah masalah serius di Indonesia: Stunting merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, dengan banyak anak

mengalami pertumbuhan terhambat dan dampak negatif jangka panjang

pada kesehatan dan perkembangan mereka. 

2. Suplemen Bumilang sebagai salah satu solusi: 

Penggunaan suplemen makanan Bumilang, seperti vitamin dan mineral dan protein yang tinggi, 

dapat menjadi salah satu solusi alternatif dalam upaya mencegah stunting. 

Suplemen Bumilang dapat membantu mengatasi kekurangan gizi yang

seringkali menjadi penyebab stunting. 

3. Pentingnya gizi seimbang: Suplemen Bumilang sebaiknya digunakan

sebagai tambahan, bukan pengganti makanan utama. Nutrisi yang berasal

dari Bumilang dengan bahan alami adalah yang terbaik untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak. 

4. Edukasi dan akses: Penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat

mengenai gizi yang seimbang dan pentingnya nutrisi. Selain itu, akses

yang lebih baik ke makanan bergizi juga perlu ditingkatkan, terutama di

daerah-daerah yang rentan terhadap stunting. 


Sub Tema : Kesehatan

 Disusun Oleh:

1. Sandika Pramana 

2. Nur Fitri Rahmadanti


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Optimalisasi Revolusi Kesehatan Mental Mahasiswa Melalui Aplikasi Digital MindConnect dengan Komunitas Mco One di Era Quarter Life Crisis

PENDAHULUAN

Kesehatan mental telah menjadi isu yang sangat hangat selama satu dekade

terakhir, bukan hanya dalam skala global, tetapi juga ketika membahas tantangan

yang dihadapi mahasiswa. Gangguan kesehatan mental memiliki dampak yang

signifikan pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia di masa depan.

Mahasiswa seringkali menghadapi tekanan akademik yang tinggi, menghadapi

beban berat untuk mencapai prestasi akademik tinggi, dan ini dapat mengganggu

kesehatan mental mereka. Stres akademik menjadi salah satu permasalahan yang

sering dihadapi oleh mahasiswa. Batas waktu yang ketat, tugas-tugas yang berat,

dan persaingan yang intens merupakan tantangan umum yang dihadapi mahasiswa

dalam lingkungan perkuliahan, yang bisa meningkatkan tingkat stres dan

berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Di samping itu, mahasiswa

mungkin merasa terbebani oleh harapan yang datang dari orang tua, teman, dan

lingkungan sekitarnya (Putri, 2015).


Selain stres akademik, mahasiswa juga kerap mengalami kecemasan yang

bisa muncul dalam beragam bentuk, seperti kecemasan terhadap hubungan dengan

orang lain, ketakutan akan ujian, atau kecemasan terkait masa depan. Kecemasan

ini bisa menghambat kemampuan mahasiswa dalam proses belajar dan berprestasi

jika tidak dikelola dengan baik. Selain itu, depresi juga sering dialami oleh

mahasiswa. Depresi bisa timbul akibat tekanan akademik yang tinggi, perasaan

tidak kompeten, serta perasaan terasing dari lingkungan sekitar. Mahasiswa yang

mengalami depresi mungkin merasa putus asa atau tidak memiliki makna dalam

hidup, kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari, serta mengalami perubahan

dalam pola tidur atau nafsu makan mereka (Putri, 2015).


Berdasarkan penelitian internasional, masalah kesehatan mental di

kalangan mahasiswa dan siswa telah menjadi isu utama di beberapa negara. Ini

disebabkan oleh fakta bahwa gangguan kesehatan mental dapat memengaruhi

siapa saja, tanpa memandang latar belakang. Terkait dengan usia mahasiswa,

permintaan layanan konseling telah meningkat. Mahasiswa memang cenderung

rentan terhadap masalah kesehatan mental karena mereka harus beradaptasi

dengan lingkungan sosial baru, menghadapi tekanan untuk meraih kesuksesan

karier, dan mengatasi masalah keuangan. Di Indonesia sendiri, masalah kesehatan

mental di kalangan pelajar telah mendapat perhatian lebih intens, terutama sejak

pandemi Covid-19. Sejak diterapkannya pembelajaran jarak jauh, tercatat bahwa

kasus kecemasan dan masalah kesehatan mental di kalangan pelajar dan

mahasiswa meningkat sebesar 63,6% sebagai dampak dari pandemi tersebut

(Ridlo, 2020).


Menurut WHO regional Asia Pasifik (WHO SEARO) jumlah kasus

gangguan depresi terbanyak di India (56.675.969 kasus atau 4,5% dari jumlah

populasi), terendah di Maldives (12.739 kasus atau 3,7% dari populasi). Adapun

di Indonesia sebanyak 9.162.886 kasus atau 3,7% dari populasi. Sistem kesehatan

di seluruh dunia masih belum cukup efektif dalam menanggapi masalah gangguan

mental, mengakibatkan ketidakseimbangan yang signifikan antara kebutuhan

perawatan dan ketersediaan perawatan yang terbatas. Sekitar 85% dari individu

yang menderita gangguan mental parah di negara-negara berkembang tidak

menerima pengobatan yang sesuai. Selain itu, anggaran tahunan untuk kesehatan

mental masih sangat rendah, yaitu kurang dari US$ 2 per orang, dan jumlah

profesional kesehatan mental juga sangat terbatas, dengan kurang dari 1 tenaga

kesehatan mental per 100.000 penduduk. Di Indonesia, situasinya semakin rumit

karena faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosial yang beragam di antara

penduduk. Akibatnya, kemungkinan kasus gangguan jiwa akan terus meningkat.

Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap negara untuk meningkatkan upaya

dalam menangani dampak gangguan kesehatan mental (Ayuningtyas, 2018).


Kesehatan mental setiap individu adalah sesuatu yang tidak dapat

diabaikan. Hal ini semakin menekankan pentingnya pembahasan kesehatan

mental yang bertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan komunitas

agar mampu mengenali, merawat, dan memelihara kesehatan mental mereka

dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Salah satu tantangan lainnya

adalah stigma yang salah terhadap gangguan jiwa, yang menghambat akses ke

layanan kesehatan yang diperlukan dan mengakibatkan penanganan yang tidak

tepat. Contohnya, laporan Human Rights Watch Indonesia mencatat

ketidakmemadainya penanganan gangguan kesehatan mental di Indonesia dan

dampak negatifnya terhadap warga yang mengalami gangguan jiwa. Gangguan

kesehatan mental dapat terjadi pada setiap individu tanpa terkecuali. Mahasiswa

merupakan salah satu kelompok yang berisiko mengalami gangguan kesehatan

mental khususnya dalam mengendalikan keseimbangan emosi mereka. Hal ini

disebabkan karena mahasiswa termasuk kelompok usia 17-25 tahun yaitu masa

peralihan dari fase remaja ke dewasa awal yang memiliki resiko tinggi mengalami

gangguan emosional (Madani, 2022).


Berdasarkan argumen tersebut, untuk mengoptimalkan kesehatan mental

Mahasiswa maka dilakukan suatu Optimalisasi Revolusi Kesehatan Mental

Mahasiswa Melalui Aplikasi Digital MindConnect dengan Komunitas Mco One di

Era Quarter Life Crisis dengan fokus membangun suasana kebersamaan.


ISI

2.1 Solusi Menangani Krisis Kesehatan Mental

2.1.1 Bimbingan Kesehatan Mental (BIKAL)

Bimbingan Kesehatan Mental (BIKAL) adalah kegiatan individu

menerima dukungan, bantuan, dan saran untuk menjaga kesehatan mental

mereka dengan mengkomunikasikan kepada seseorang yang memiliki ranah

konselor kesehatan mental. Bimbingan kesehatan mental bertujuan untuk

membantu individu mengatasi masalah emosional, mengelola stres, dan

meningkatkan kesejahteraan mental mereka. BIKAL dapat diaplikasikan di

lingkungan terdekat seperti jurusan maupun fakultas dalam perguruan tinggi.


2.1.2 Lembaga Perlindungan Mental (LPM)

Lembaga Perlindungan Mental adalah lembaga yang menangani korban-

korban tindak kejahatan seperti bullying, pencabulan, perpeloncoan,

pemalakan, pengucilan, dan lain-lain. Penolakan bullying penting untuk

menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk semua orang. Hal

ini dapat dilakukan dengan kampanye di media sosial dengan cara

menyiapkan akun media sosial dan merancang konten yang mendukung pesan

penolakan bullying serta konsekuensi melakukan tindakan tersebut

menggunakan gambar, video, dan teks yang kuat untuk menyebarkan pesan.

Berikut ini propaganda pesan singkat penolakan bullying :

"Hentikan Bullying Sekarang!" - Pesan singkat dan tegas untuk

menginspirasi tindakan segera.

"Bersatu Lawan Bullying" - Mendorong solidaritas dalam mengatasi

perundungan.

"Kita Semua Berhak Merasa Aman" - Menekankan hak setiap individu

untuk merasa aman tanpa menjadi korban perundungan.


"Katakan 'Tidak' pada Bullying" - Pesan yang kuat dan jelas untuk

menolak tindakan bullying.


2.1.3 Aplikasi Penyembuhan Mental (MindConnect)

Di zaman yang sangat modern ini, memanfaatkan media sosial adalah

ide yang sangat baik. MindConnect atau disebut Mco adalah aplikasi

penyembuhan mental yang dirancang untuk membantu individu menjaga dan

merawat kesejahteraan mental mereka. Aplikasi ini dapat digunakan sebagai

alat untuk mengelola stres, kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan

mental lainnya. Aplikasi Mco di desain memilikii warna dominan hijau yang

artinya menyejukan, kesuburan, pertumbuhan dan warna yang banyak

dijumpai pada daun-daun ini bermanfaat untuk mengurangi stres. Beberapa

fitur yang dapat ditemukan dalam aplikasi ini yaitu, anonymous profil, public

profil, sharing life (chat/vn/vc/telepon), healing audio meditation dan fun

games.

Tampilan pertama akan disambut dengan healing audio meditation dan

tampilan pesan singkat dari MindConnect, healing audio meditation memiliki

suara seperti suara hujan, gerimis rintik-rintik, kicauan burung, suasana

pedesaan, air terjun, dan hembusan angin sepoi-sepoi. Lalu, dibagian setting

profile dapat mengatur anonymous profile (indentitas tidak diketahui) atau

public profile (identitas diketahui). Fitur utama yaitu terdapat sharing life


berisi chat, pesan suara, panggilan video, telepon dengan seseorang konselor

mental terkredibilitas untuk menceritakan keluh kesah atau masalah kehidupan

konseli. Dan yang tidak kalah menarik yaitu adanya fitur fun games yang

dapat bermain bersama dengan konselor atau teman disekitar secara online

untuk membuat suasana hati baik. Dalam aplikasi ini konseli akan tergabung

menjadi anggota komunitas Mco One bersama dengan konseli-konseli lainnya

yang dapat melakukan bermain game bersama dan menjadi teman (online) jika

pihak konseli menyetujui. Aplikasi ini dapat memberikan kesan bahwa konseli

tidak perlu khawatir merasa sendirian atau kesepian dalam kehidupannya

karena di aplikasi ini terdapat konselor yang kompenten dan teman-teman

yang memiliki permasalahan sama.


2.2. Saran Solusi Untuk Pemerintah Mengenai Krisis Kesehatan Mental

2.2.1 Kampanye Media yang Kuat

Dukungan untuk mengurangi stigma gangguan mental. Kampanya

media kesehatan mental adalah cara yang efektif untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental, mengurangi

stigma terkait masalah kesehatan mental, dan memberikan informasi serta

sumber daya kepada individu yang memerlukan dukungan. Kampanye media

kesehatan mental dapat berperan penting dalam mengubah persepsi dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan mental, serta memberikan dukungan dan

informasi yang diperlukan kepada individu yang memerlukan bantuan. Itu

juga dapat menjadi langkah penting dalam upaya untuk mengatasi stigma

seputar masalah kesehatan mental. Kampanye ini dapat dilakukan dengan

media sosial, berita televisi, iklan, koran, dan lain-lain.


2.2.2 Pelatihan Tambahan Profesional Tenaga Kesehatan Mental

Pelatihan tambahan bagi tenaga kesehatan mental adalah suatu keharusan

karena kesehatan mental merupakan aspek yang krusial dalam perawatan

kesehatan. Pelatihan tambahan dapat membantu para profesional dalam bidang

ini mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman yang lebih

mendalam untuk memberikan perawatan yang lebih baik kepada pasien

mereka. Pelatihan tambahan bagi tenaga kesehatan mental adalah penting

untuk menjaga mereka tetap relevan, memperbarui pengetahuan, dan

memberikan perawatan yang lebih baik kepada pasien mereka. Hal ini juga

berkontribusi pada peningkatan kualitas layanan kesehatan mental dalam

masyarakat.


2.2.3 Menciptakan Program Kelas Tambahan Mental Health

Menciptakan program kelas tambahan tentang kesehatan mental adalah

inisiatif yang sangat berharga untuk membantu siswa/mahasiswa dan individu

di berbagai kelompok usia memahami, merawat, dan memelihara kesejahteraan

mental mereka. Tentunya program kelas tambahan ini perlu dilakukan

seminimal mungkin 1 bulan sekali dengan guru mental health yg kompenten di

sekolah maupun di lingkungan perguruan tinggi. Karena semakin

siswa/mahasiswa dibuat ingat tentang pentingnya kesehatan mental maka akan

semakin dapat mengendalikan mental dan mengubah pola pikir

siswa/mahasiswa menjadi lebih baik.


2.2.4 Menyediakan Layanan Darurat Kesehatan Mental 24 Jam di

Berbagai Daerah

Menyediakan layanan darurat kesehatan mental 24 jam di berbagai

daerah adalah langkah penting dalam menjaga kesejahteraan mental

masyarakat di Indonesia seperti konsultasi kesehatan mental dengan gratis,

terapi kesehatan mental dengan gratis, dan evaluasi berkala. Kesehatan mental

juga tidak kalah penting dengan kesehatan fisik. Pemerintah harus andil dalam

hal ini, program ini dilakukan secara gratis agar masyarakat tidak segan untuk

berkonsultasi mengenai kesehatan mentalnya.


PENUTUP

Kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam

mewujudkan kesehatan secara menyeluruh salah satunya kesehatan mental pada

mahasiswa. Isu kesehatan mental pada Mahasiswa diperlukan penangangan yang

baik agar tidak terjadi kejadian buruk kembali. Kesehatan mental juga penting

diperhatikan selayaknya kesehatan fisik “there is no health without mental

health”. Terdapat beberapa cara menangani isu kesehatan mental seperti,

Bimbingan Kesehatan Mental (BIKAL), membuat Lembaga Perlindungan Mental

(LPM), dan hadirnya aplikasi MindConnect atau yang disebut Mco, yang

merupakan sebuah platform penyembuhan mental yang disusun untuk membantu

individu merawat dan menjaga kesejahteraan mental mereka. Aplikasi ini mampu

berperan sebagai alat bantu dalam mengelola tekanan, kegelisahan, perasaan

sedih, atau berbagai permasalahan kesehatan mental lainnya dengan berbagai fitur

seperti anonymous profil, public profil, sharing life {chat/vn/vc/telepon}, healing

audio meditation, dan fun games. Dalam aplikasi ini konseli akan tergabung

menjadi anggota komunitas Mco One bersama dengan konseli-konseli lainnya

yang dapat melakukan bermain game bersama dan menjadi teman (online) jika

pihak konseli menyetujui. Aplikasi ini dapat memberikan kesan bahwa konseli

tidak perlu khawatir merasa sendirian atau kesepian dalam kehidupannya karena

di aplikasi ini terdapat konselor yang kompenten dan teman-teman yang memiliki

masalah serupa.

Perlu adanya kerja sama yang solid dengan pemerintah untuk menangani isu

kesehatan mental di Indonesia, baik untuk Mahasiswa, Siswa, maupun Pribadi.

Pemerintah sangat dibutuhkan untuk menangani isu ini, seperti dengan membuat

kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan dan mengurangi stigma negatif isu

ini.


Sub Tema : Kesehatan

 Disusun Oleh:

1. Erlya Septyastari 

2. Sasa Juwitasari 

3. Suci Fitria Insani


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Upaya Revitalisasi Lingkungan Dengan Menumbuhkan Sikap Protektif Generasi Z Terhadap Maraknya Penggunaan Plastik Di Kota Bandar Lampung

Apa yang terbenak dipikiran Anda setelah melihat gambar diatas? Kedua

gambar diatas berasal dari wilayah yang ada di kota Bandar Lampung. Sangat

ironis bukan melihat tumpukan sampah yang menggunung dan lautan hampir

menjadi lautan sampah.

Jumlah sampah plastik di kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun

semakin meningkat, hal ini selaras dengan peningkatan jumlah penduduk di kota

itu sendiri. Pada umumnya setiap orang tentu tidak bisa lepas dari penggunaan

plastik, dikarenakan plastik ini memiliki kelebihan yaitu, ringan, murah, tahan

lama, dan mudah dibawa kemana-mana. Disamping kelebihan itu, sampah plastik

sendiri merupakan material yang sulit untuk diuraikan, bahkan membutuhkan

waktu ratusan tahun untuk terurai. Dengan penggunaan plastik yang terus

meningkat dan sulitnya plastik untuk terurai tentu akan menyebabkan tumpukan

sampah plastik yang menggunung. Hal ini membutuhkan suatu strategis yang bisa

menyelaraskan antara keduanya, yaitu dengan pemanfaatan kembali dari sampah

plastik itu sendiri dan juga harus didukung dengan kesadaran masyarakat akan

bahayanya dari penggunaan plastik terhadap lingkungan.


Peran pemuda pemudi zaman ini juga turut mengambil andil dalam

menangani masalah plastik ini, terutama para Generasi Z yang merupakan

generasi yang lahir pada tahun 1997-2012 yang sebagian besar berstatus sebagai

pelajar dan mahasiswa (Arum et al., 2023). Mereka mempunyai potensi yang

besar dalam upaya revitalisasi lingkungan. Lalu apa saja upaya untuk revitalisasi

lingkungan? Dan bagaimana sikap kita sebagai generasi Z terhadap persoalan

sampah plastik ini?.


ISI

TPA Bakung merupakan satu-satunya TPA yang ada di Kota Bandar

Lampung. Namun, di TPA ini sampah-sampah yang telah dibuang hanya

dibiarkan saja tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pada tahun 2019 terdapat

683,48 ton/hari sampah timbulan yang dihasilkan di TPA Bakung, lalu di tahun

2020 sebanyak 757,94 ton/hari, tahun 2021 sebanyak 770,22 ton/hari, tahun 2021

sebanyak 786,46 ton/hari dan pada tahun 2023 ini sudah mencapai 800 ton/hari

(Sipsn.menlhk.go.id). Dari tahun ke tahun jumlah sampah di kota Bandar Lampung semakin

meningkat. Sampah plastik menduduki posisi kedua sebagai sampah terbanyak

setelah sampah rumah tangga (Nugroho et al., 2023). Peningkatan jumlah sampah

plastik tanpa adanya tindakan lebih lanjut dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan, pencemaran lingkungan dan bahkan bencana alam. Untuk itu perlu

adanya suatu tindakan pencegahan agar terhindar dari dampak buruk penumpukan

sampah plastik.

Revitalisasi lingkungan merupakan suatu tindakan atau cara untuk

mengoptimalkan kembali suatu lingkungan yang mengalami kemunduran atau

degradasi (Martokusumo, 2008). Revitalisasi ini dapat menjadi salah satu upaya

dalam mengatasi permasalah sampah plastik, salah satunya yaitu dengan

menerapkan 3R (Reuse, Reduce and Recycle). Peran generasi Z juga menjadi

salah satu faktor keberhasilan dalam upaya ini.

Karakteristik generasi Z yang terlihat santai , cuek dan cenderung apatis

ini terlihat juga tertarik terkait perubahan iklim sesuai data pada survei yang

dilakukan Indikator Politik Indonesia (IPI) tahun 2021 menemukan bahwa

terdapat 82% Generasi Y dan Z khawatir dengan permasalahan lingkungan yaitu

memiliki kesadaran mengenai isu perubahan iklim. Jika di detailkan, generasi Z

memiliki persentase lebih tinggi sebanyak 85% dibanding generasi Y yang hanya

79% (Sihaloho, 2021). Hasil survei tersebut juga menunjukkan bahwa 62%

responden (Generasi Y dan Z) menganggap isu lingkungan yang paling penting

yaitu masalah sampah (Rizaty, 2021). Tetapi tidak menutup mata bahwa keadaan

yang sebenarnya dilapangan masih banyak generasi muda ini belum memulai

tindakan serta kurangnya rasa protektif dalam mengurangi pencemaran sampah

plastik (Arsya Yanuar,dkk. 2022).

Protektif dalam KBBI yang bermakna melindungi, yang menjadi dasar

pada protektif terhadap lingkungan yakni suatu sikap dan sifat yang harus

ditanamkan pada seluruh masyarakat terkhususnya menjaga lingkungan alam

sekitar. Generasi Z sebagai satu diantara pelaku utama lainnya yang sangat

berpengaruh dalam pengurangan pencemaran sampah plastik. Dalam ikut andil

menanamkan perubahan sikap dimulai dengan menggunakan seminimal mungkin

penggunaan bahan berjenis plastik sekali pakai dan membiasakan membawa

kebutuhan yang bersifat dapat dipakai berulang kali seperti botol minum, totebag

dan kepedulian terhadap pencemaran sampah plastik.

Penggunaan media sosial dapat menjadi acuan untuk menumbuhkan sikap

protektif generasi Z. Media sosial yang tak pernah jauh dari jangkauan generasi

muda yang mayoritas sudah menjadi penghuni dunia maya menjadikan media

sosial ini yang paling cepat dan ampuh sebagai sumber hingga bertukar informasi

khususnya informasi perubahan dan pencemaran lingkungan. Media sosial yang

paling banyak digemari dan digunakan seperti Instagram, Twitter, Facebook,

dan Tiktok dapat menjadi wadah penyebaran informasi terkini tentang sampah

plastik. Perkembangan kreativitas generasi muda dalam membuat konten dan isi

postingan yang unik dan menarik, salah satunya yaitu membuat video yang berisi

tentang cara mudah mengelola sampah plastik dengan kerajinan tangan yang

bernilai ekonomis, selain itu beberapa isi postingan yang menyuarakan tentang

peduli terhadap pencemaran sampah plastik. Hal ini sangat memberikan dampak

positif pada masyarakat luas khususnya generasi Z sebagai pengguna teknologi

dan media sosial tertinggi yang dapat memicu dan memberikan informasi tentang

seberapa pentingnya pencemaran sampah plastik serta cara pengelolaannya yang

mudah dan sederhana.

Selain dari penggunaan media sosial, pendidikan juga sangat berperan

penting dalam menumbuhkan sikap protektif generasi Z. Pendidikan ini sangat

penting dalam merubah pola pikir generasi Z. Pola pikir yang sudah melekat

sedari kecil akan terus menempel hingga dewasa.. Hal inilah yang digunakan

untuk menanamkan rasa kepedulian serta meningkatkan kesadaran terhadap

penggunaan plastik di kalangan Generasi Z agar dapat memahami bagaimana

plastik dapat mencemari lingkungan. Kurikulum untuk pendidikan dasar (12

tahun) sudah ada dan hal itu perlu dikembangkannya dengan tindakan aksi. Tak

hanya teoritis, namun terdapat hal praktikal di dalam kurikulum tersebut. Jadi para

generasi Z yang sekarang duduk dibangku SD, SMP dan SMA sudah mendapat

pembekalan dari sekolah tentang bagaimana cara pengolahan sampah yang baik

dan inovasi apa yang dapat mereka buat.

Upaya yang telah dilakukan pemerintahan dalam mengontrol jumlah

sampah yaitu dengan membuat regulasi regulasi yang berkaitan dengan

pengolahan sampah, seperti Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 1 Tahun

2020 yang membahas tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pemerintah juga berupaya melakukan koordinasi terkait pengolahan sampah

dengan dinas tingkat kabupaten dan kota, serta melakukan sosialisasi dan

pembinaan di daerah pedesaan. Adapun upaya yang telah dilakukan masyarakat

yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (non-profit) seperti Wahana

Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan social media influencer seperti

“Pandawara Group” yang sama-sama berfokus pada kampanye bahaya sampah,

diikuti dengan ajakan aksi nyata di lingkungan tercemar. Namun, upaya tersebut

tidaklah maksimal, karena terdapat 6 dari 9 program pengelolaan sampah yang

tidak terealisasikan pada capaian kinerja Dinas LIngkungan dan Hidup tahun 2020

(Rencana Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2022) dan upaya yang

berasal dari masyarakat juga tidak begitu maksimal, karena sampah yang sudah

dikumpulkan dalam aksi nyata tersebut akan disalurkan ke TPA dan sampah

hanya akan menggunung tanpa adanya pengelolaan sampah

Upaya yang diusulkan pada essay ini untuk meningkatkan sikap protektif

Generasi Z dalam revitalisasi lingkungan ialah antara lain :

● jangka waktu pendek

1. Mengadakan kompetisi pembuatan karya ilmiah dan kerajinan

yang berbahan baku sampah plastik

● jangka waktu panjang

1. Mengedukasi tentang penggunaan tas kain ata tote bag sebagai

pengganti plastik

2. Membawa tumbler ketika berpergian

3. Mensosialisasikan “ecobrick” yakni botol plastik bekas yang

dimampatkan dengan mengisi sampah plastik

4. Memberi edukasi dan cara untuk memanfaatan sampah plastik

sejak dibangku sekolah


Penutup

Kesimpulan yang dapat diambil dari esai ini adalah dengan melalui upaya

revitalisasi lingkungan kita dapat menanggulangi dampak dari penggunaan plastik

di kota Bandar Lampung yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Upaya

revitalisasi ini dapat berjalan jika kita memiliki sikap protektif terhadap

lingkungan, selain itu peranan generasi Z yang sekarang berstatus sebagai pelajar

dan mahasiswa memiliki potensi yang lebih besar dalam upaya ini. Kendati

demikian masih banyak generasi Z yang masih belum mencerminkan sikap

protektif terhadap lingkungan. Untuk itu diperlukan beberapa upaya yang dapat

menumbuhkan sikap protektif generasi Z, yaitu dengan menerapkan 3R (Reuse,

Reduce and Recycle), mengadakan lomba pemanfaat sampah plastik,

mendapatkan edukasi tentang cara pengolahan sampah plastik di bangku sekolah,

serta memanfaatkan media sosial sebagai ajang untuk menyuarakan tentang peduli

terhadap lingkungan. Dengan semakin meningkatnya sikap protektif pada

generasi z maka ini bisa menjadi suatu awalan yang baik untuk generasi-generasi

berikutnya, Suatu sikap dapat tumbuh seiring dengan apa yang kita lihat dan

kebiasaan apa saja yang terjadi dilingkungan kita.


Sub Tema : Lingkungan

 Disusun Oleh:

1. Adinda Tri Putri 

2. Firman Alamsyah Lubis 

3. Muhammad Rafi Muslihuddin


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Postingan Populer