Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan teknologi sangat diperlukan, hal ini karena dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran (Wijayanto, 2017), terkait penggunaan teknologi dalam pembelajaran memiliki dampak positif berdasarkan hasil penelitian (Handayani & Rahayu, 2020). Seiring perkembangan tersebut, maka seorang guru atau pendidik dituntut untuk meningkatkan kompetensi supaya dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik (Bakri et al., 2022). Salah satu elemen penting dalam pembelajaran adalah media pembelajaran (Hasan et al., 2021). Menurut Yusufhadi Miarso dalam Nurrita (2018) mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam dengan tujuan menyampaikan sesuatu yang mampu menstimulus perasaan, pikiran sehingga muncul kemauan belajar bagi pembelajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan inovasi untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran, serta adanya media mampu membantu peserta didik dalam membangkitkan kreativitas, memotivasi belajar, dan meningkatkan berpikir tingkat tinggi (Muniadi, 2012). Media pembelajaran akan membuat proses kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, misalnya dari segi visual yang menarik serta dikombinasikan dengan video maupun animasi. Namun dalam proses pembelajaran, masih banyak pendidik yang kurang memahami dan mengetahui pembelajaran itu sendiri, sehingga pendidik hanya asal mengajar dan menerangkan tanpa memperhatikan proses dan model pembelajaran yang digunakan. Kebanyakan pendidik masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional.
Menurut (Em & Friburgo, 1995), model konvensional adalah suatu pembelajaran yang mana dalam proses belajar mengajar dilakukan dengan cara yang lama, yaitu dalam penyampaian pelajaran pengajar masih mengandalkan ceramah. Model pembelajaran ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana peran guru mengendalikan atas kebanyakan penyajian pembelajaran (Paramitha, 2017). Model pembelajaran yang demikian membuat pelajar cenderung merasa bosan dan situasi menjadi monoton. Kekurangan lain dari pembelajaran konvensional cenderung mengkotak- kotakkan peserta didik, dan kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses (Paramitha, 2017). Dampak lain yaitu siswa menjadi pasif dan kurang aktif dalam suatu pembelajaran, disertai hasil belajar kurang maksimal.
Rendahnya minat belajar di kalangan pelajar menjadi tantangan besar dalam dunia pendidikan. Hal ini mendorong perkembangan teknologi yang dirancang untuk memfasilitasi proses belajar-mengajar agar lebih menarik dan interaktif. Teknologi seperti aplikasi pembelajaran berbasis gamifikasi, platform e-learning, dan alat bantu visual seperti Google My Maps ini dihadirkan untuk mengatasi kebosanan dalam belajar serta meningkatkan keterlibatan siswa. Dengan pendekatan yang lebih dinamis dan inovatif, teknologi ini diharapkan mampu menumbuhkan kembali minat belajar yang menurun dan membuat proses pembelajaran lebih efektif.
Gambaran Umum Google My Maps Google
My Maps adalah sebuah paket lengkap untuk menciptakan suatu rancangan sistem aplikasi yang berkenaan dengan pemetaan atau petunjuk suatu lokasi, kita bisa berkreasi dengan berbagai fitur yang disediakan oleh Google My Maps, memanfaatkan layanan Maps Application Programming Interface (API) perancang sistem Aplikasi bisa menghemat waktu karena tidak membuat peta dari awal. Kita berhak menentukan apa-apa saja yang ingin ditampilkan pada Maps dan menentukan lokasi sesuai keinginan kita sebagai pengguna Google My Maps. Google My Maps merupakan salah satu fasilitas dari Google yang menyediakan layanan pemetaan suatu daerah. Pemetaan tersebut dilengkapi dengan berbagai kemampuan dan mudah digunakan. Kelengkapan lain pendukung peta tersebut seperti layanan informasi layanan publik, jalan, lokasi, dan lain-lain.
Google My Maps adalah suatu library yang berbentuk JavaScript. JavaScript adalah bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat halaman web yang interaktif dan dinamis. Cara membuat My Google Maps untuk ditampilkan pada suatu web atau blog sangat mudah, hanya dengan membutuhkan pengetahuan mengenai HTML serta JavaScript, serta koneksi Internet. Dengan menggunakan Google My Maps kita dapat menghemat waktu dan biaya untuk membangun aplikasi peta digital sehingga kita dapat fokus hanya pada data-data yang akan ditampilkan. Dengan kata lain, dengan hanya membuatan suatu data atau atribut dan peta yang akan ditampilkan adalah milik Google sehingga tidak dipusingkan dengan membuat peta suatu lokasi.
Fitur-fitur Unggulan Google My Maps
Berikut adalah beberapa fitur menarik dari Google My Maps yang dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran:
Marker Interaktif
Marker adalah penanda lokasi yang bisa ditambahkan di peta untuk menunjukkan titik tertentu yang penting, seperti tempat bersejarah, gunung, atau fasilitas publik. Marker bisa diperkaya dengan informasi tambahan seperti teks, gambar, atau video.
Contoh: Dalam pelajaran sejarah, siswa bisa menandai lokasi pertempuran penting di masa penjajahan, seperti Pertempuran Surabaya. Setiap marker akan memiliki informasi mengenai tanggal dan peristiwa yang terjadi.
Polylines dan Polygons
Polylines dan Polygons digunakan untuk menggambar garis yang menghubungkan berbagai titik di peta, sementara polygons memungkinkan pengguna menggambar area tertutup untuk menunjukkan wilayah tertentu.
Contoh: Dalam pelajaran geografi, siswa dapat menggambar jalur migrasi manusia purba dari Afrika ke Asia. Atau, mereka bisa menggambar polygon untuk menunjukkan batas wilayah provinsi atau kerajaan di masa lalu. Siswa bisa menggambar batas wilayah atau jalur perdagangan, memungkinkan mereka memahami konsep seperti migrasi atau pergerakan komoditas dari satu wilayah ke wilayah lain. Dalam pelajaran geografi, guru bisa menggunakan fitur polylines untuk menggambarkan jalur migrasi manusia purba dari Afrika ke Asia dan Eropa. Siswa bisa menambahkan jalur migrasi, lalu membahas faktor-faktor lingkungan dan sosial yang mempengaruhi pergerakan tersebut. Di samping itu, polygon dapat digunakan untuk menggambarkan batas wilayah kerajaan kuno, seperti Kerajaan Majapahit, sehingga siswa dapat memahami sebaran kekuasaan di masa lampau.
Impor Data Impor
Data: Pengguna dapat mengimpor data dalam format CSV atau KML yang berisi informasi lokasi dan metadata untuk ditampilkan langsung di peta.
Contoh: Siswa dapat mengimpor data persebaran populasi atau flora dan fauna di suatu wilayah. Misalnya, mengimpor data dalam CSV tentang lokasi habitat harimau Sumatra di Indonesia, sehingga siswa bisa langsung melihat peta persebaran populasi hewan tersebut.
Kustomisasi Visual
Kustomisasi Visual : Fitur ini memungkinkan pengguna mengubah tampilan peta, seperti warna marker, ikon, serta gaya garis dan area. Ini membuat peta lebih personal dan mudah diinterpretasikan sesuai kebutuhan.
Contoh: Siswa bisa menggunakan warna yang berbeda untuk menandai berbagai tipe gunung berapi di Indonesia, seperti merah untuk gunung aktif dan hijau untuk yang dorman, sehingga lebih mudah diidentifikasi pada peta.Dalam pelajaran biologi, guru dapat meminta siswa untuk memetakan persebaran ekosistem hutan hujan di dunia. Siswa dapat menggunakan fitur kustomisasi visual untuk memberikan warna yang berbeda pada wilayah hutan hujan tropis di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara.
Kolaborasi Real-time
Kolaborasi Real-time : Beberapa pengguna bisa bekerja sama dalam satu proyek peta secara bersamaan, di mana setiap orang bisa menambahkan informasi atau memodifikasi peta secara real-time.
Contoh: Dalam tugas kelompok, siswa dapat bersama-sama membuat peta persebaran budaya di Indonesia. Setiap anggota bisa menambahkan marker yang berisi informasi tentang suku atau bahasa di berbagai provinsi, bekerja sama secara online meski berada di lokasi berbeda.
Contoh Praktis: Cara Membuat Peta Persebaran Gunung Api Tipe A di Indonesia dengan Google My Maps
Untuk memudahkan pemahaman dan menambah daya tarik dalam pembelajaran geografi, berikut adalah panduan sederhana dan menarik dalam membuat peta persebaran gunung api Tipe A di Indonesia menggunakan Google My Maps. Langkah-langkah ini bisa langsung diterapkan oleh guru dan siswa.
Masuk ke Akun Google dan Buka Google My Maps
Tambahkan Marker pada Lokasi Gunung
Ulangi langkah yang sama untuk gunung-gunung berapi lainnya di Indonesia, seperti Gunung Rinjani, Gunung Sinabung, dan Gunung Tambora. Kamu juga bisa mengubah warna marker untuk membuat tampilan peta lebih menarik dan membantu membedakan setiap gunung.
Setelah selesai menambahkan semua lokasi, klik tombol "Simpan" untuk menyimpan peta yang telah kamu buat. Peta ini bisa dibagikan kepada teman sekelas atau guru untuk didiskusikan. Kamu bisa membagikan tautan peta atau mengunduhnya untuk dipresentasikan di kelas.
- Pelatihan Guru: Memberikan pelatihan kepada guru tentang cara mengintegrasikan My Maps dalam kurikulum mereka.
- Penerapan Proyek Berbasis Peta: Menggunakan peta sebagai alat untuk proyek-proyek berbasis kolaborasi. Misalnya, membuat peta persebaran budaya di Indonesia.
- Menghubungkan Materi dengan Realitas Dunia: Peta memungkinkan siswa untuk melihat bagaimana materi yang mereka pelajari memiliki keterkaitan langsung dengan dunia nyata.
- Dukungan Teknologi: Sekolah perlu memastikan infrastruktur teknologi, seperti akses internet dan perangkat yang memadai, untuk mendukung penggunaan My Maps secara maksimal.
- Ani Herawati (2313034080)
- Najma Zinta Andina M (2314141034)
- Alya Mei Sarah (2314121067)